0609 🖤 Pembalasan

29.1K 4.2K 2.2K
                                    

"Ooh, jadi si pecundang sembunyi di sini," celetuk Jendral

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ooh, jadi si pecundang sembunyi di sini," celetuk Jendral. Malam itu, Ia bersama Aji dan Arga tiba di sebuah bangunan yang agak jauh dari permukiman warga. Lebih tepatnya adalah markas sebenarnya dari Kelvin dan teman-temannya.

Tak hanya Kelvin, semua temannya langsung tertarik menghentikan kegiatannya hanya untuk menoleh.

"Hoo? Siapa ini yang dateng? Tamu kehormatan banget, ada perlu apa nih? Jendral?" sambut Kelvin berjalan ke arah mereka. Lagaknya masih sama seolah tak memiliki rasa bersalah sedikitpun. Bahkan dengan satu tangan yang patah sepertinya tak membuat dirinya jera.

"Jendral? Yang rebut cewek lo itu?" sahut salah satu orang dari gerombolan di belakang Kelvin dengan nada sinis. Laki-laki itu terlihat lebih tua beberapa tahun, ia bergabung dengan Kelvin berdiri menghadap ketiga anggota Klandestin.

"Sejak kapan gue rebut cewek lo? Ngarang banget," kata Jendral sambil tertawa remeh, tatapannya menunjukkan sikap santainya dalam situasi ini.

"Jangan sok polos, lo tau Karin itu cewek gue, tapi lo dengan PD-nya godain dia sampai dia mutusin gue."

"Hey, kalo jelek mah jelek aja, jangan nyalahin gue kalo cewek lo ternyata udah sadar kalo ada yang lebih ganteng daripada lo," balas Jendral dengan nada mengejek. Aji dan Arga spontan tersenyum miring, menikmati adegan tersebut.

"Anj--"

"Vin, tahan, liat kondisi lo," kata laki-laki yang terlihat seperti preman jika ditelaah dari penampilannya dengan nada berusaha menenangkan.

"Haa, liat kondisi lo, itu tangan di tendang Aji sekali aja mungkin udah lepas dari badan lo," sahut Jendral dengan candaan mengejek. Aji yang namanya terseret dalam obrolan itu terlihat tertawa kecil.

Kelvin lantas tertawa remeh, meski terlihat masih mencoba mempertahankan wajah tenangnya.

"Daritadi lo ngomong terus, Aji oke lah, tapi dia, Arga, lo kenapa? Anteng banget, bukannya lo itu orangnya kasar, ya? Kok mata lo sembab gitu sih? Keliatan lemes juga, kenapa? Udah denger kabarnya Haikal, ya? Dia mati?" tanya Kelvin, mencoba merusak ketenangan Arga.

"Berengsek!" Satu pukulan mendarat pada wajah Kelvin dari Arga yang sudah tidak bisa menahan gejolak emosi dari dalam dirinya. Langsung tanpa ragu, Arga memberi balasan atas semua ketidaknyamanan yang dirasakannya. Belum sempat membalas pukulan Arga, Kelvin jatuh tersungkur saat Arga lebih dulu menghajarnya, mengirimkan pesan jelas bahwa tindakannya tidak akan ditoleransi lagi. Sementara Jendral dan Aji hanya menatap Arga sembari melipatkan kedua tangannya, seolah memberikan ruang untuk Arga.

"Eh, tega banget sih lo! Lo gak liat adek gue tangannya udah patah gara-gara lo? Cari mati lo?" teriak satu orang di samping Kelvin, suaranya penuh emosi. Perkataannya berhasil membuat Aji dan Jendral melihat kearahnya dengan tatapan bingung.

"Kalo tangan dia patah karena gue, lo mau apa? Bales kalo bisa, tangan gue di sini nih," jawab Arga dengan nada dingin, menegaskan bahwa dia tidak akan mundur hanya karena ancaman.

SAPTA HARSA {TERBIT} ✓Where stories live. Discover now