0209 🤎 Saling Membutuhkan

34.2K 4.5K 2.6K
                                    

Kamar itu terasa dingin, dengan tirai jendela yang setengah tertutup dan sinar matahari sore yang samar-samar menyelinap masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kamar itu terasa dingin, dengan tirai jendela yang setengah tertutup dan sinar matahari sore yang samar-samar menyelinap masuk. Di atas tempat tidur, Arga terbaring dengan tubuhnya yang tampak lemah. Wajahnya pucat, dan keringat tampak membasahi dahinya.
Tangan anak itu tergeletak lemas di sepanjang sisi tubuhnya. Sebuah termometer digital terletak di atas meja kecil di dekatnya. Tangan Haikal bergerak menyentuh dahi Arga lalu detik berikutnya, Pemuda berbalut pakaian serba hitam itu memutuskan untuk duduk di lantai, tepat di sebelah tempat tidur Arga. Ia tak berniat untuk membangunkan laki-laki itu sampai Aji dan Jendral tiba.

Ia hening. Tapi kepalanya sangat berisik. Beragam pertanyaan dan pernyataan berkecamuk di dalamnya. Ditambah dengan rasa nyeri di badannya yang tidak bisa ia tutupi lagi, Haikal beberapa kali terdengar mendesis menahan sakit. Kepalanya sakit dan ia juga sadar suhu tubuhnya kini semakin tinggi, tapi ia tak ingin bersantai di tempat tidur sementara Arga sakit karena dia.

Kenapa Kelvin tiba-tiba nargetin gue?
Kenapa dia berulang kali nyebut nama Nana?
Dendam apa yang dia maksud?
Bukannya dari awal masalah Kelvin itu ama si Jendral sama Aji?
Apaan dah ini?
Gue kayaknya ngelewatin sesuatu yang penting.
Tapi apa?

Suara batuk Arga membuyarkan lamunan Haikal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara batuk Arga membuyarkan lamunan Haikal. Dengan hati-hati ia bangun sembari memegangi perutnya yang memiliki luka.

"Na," panggilnya, ia kini duduk di tepi ranjang. Memegang tangan Arga yang hangat. Anak itu masih terbatuk beberapa kali. Napasnya juga tak teratur, demam tinggi yang Reihan katakan sepertinya belum berkurang sama sekali.

"Nana?"

Arga bergerak dengan lemah di balik selimutnya.

"Kal, lo kapan pulang?" gumam Arga masih dengan mata yang terpejam. Haikal menatapnya sendu, tapi detik berikutnya ia mengulum senyum. Tangannya mengulur menangkup pipi Arga.

Dengan nada suara yang hampir tak terdengar, Haikal mendekatkan wajahnya ke telinga Arga yang terbaring lemah.

"Na, gue udah pulang," bisiknya.

SAPTA HARSA {TERBIT} ✓Where stories live. Discover now