Hey! I was enchanted to meet you
Recomend song:
Enchanted - Taylor Swift~💡~
"anter ke Abah dulu." Ajakku.
"Jauh nggak?"
"Enggak, deket kok."
"Beneran?"
"Yaudah sih ikut aja... ntar juga tau."
"Yaudah."
Akhirnya dia hanya mengikutiku. Ya seperti biasa kita tak pernah habis topik kalau jalan bareng seperti ini.
"Semangat deh ngegendong anggota kelompoknya."
"Dih! Ngeledek!"
"Kalau gue sih Emm... Se kelompok sama Widya, iri ya iri ya?" Dia semakin meledek.
Pasalnya memang anggota kelompokku... Bisa di bilang yang... Jarang masuk sekolah. Kelompok di pilih oleh guru, jadi mau ga mau, aku harus terima.
Sedangkan anggota kelompok yang Adrian, semuanya pada rajin termasuk Widya.
Soal Widya—Saat kita tau kita tak sekelompok kita pelukan dulu sambil sedih sedihan, "kenapa dunia ga adil buat kita Nay? Kenapa kita harus terpisah?"
"Dunia jahat banget Nay, kita harus kuat, semoga kita kuat ya nay,"
"Iya dunia ga adil!"
Kita sama sama menangis. Mereka yang melihat ke arah kita menggeleng geleng kepala. "Ni berdua stresnya udah balik."
"Tukeran njir!"
"Sok weh kalau bisa! Hahahaha!" Tawanya, aku mendengus kesal, dia semakin saja meledekku.
Dug
Aku tertawa pada saat itu juga, melihatnya yang tersandung batu, tidak jatuh—hanyq tersandung.
"Nah kan karma is real brother!"
Sekarang dia yang mendengus kesal.
Jarak beberapa meter dia kembali tersandung, "ini siapa sih yang nyimpen batu disini?" Kesalnya, aku hanya bagian tertawa saja melihat dia yang marah marah sama.benda mati.
Selang beberapa langkah lagi dia tersandung karena ada kresek.
Dan selang dari itu dia tersandung dan kali ini terjatuh, aku reflek menahan tasnya namun itu percuma.
"Lo sih ngeledek gue." Tuturku, sambil membantunya untuk berdiri.
"Iya deh maaf, aspal jangan marah dong, nih gue minta maaf ke Naya."
YOU ARE READING
Sampai Sini | On Going
Tínedžerská beletria𝘼𝙠𝙪 𝙧𝙚𝙡𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙪𝙣𝙜𝙜𝙪 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙥𝙖 𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙥𝙪𝙣 𝙬𝙖𝙠𝙩𝙪𝙣𝙮𝙖, 𝙙𝙚𝙢𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙡𝙖𝙧𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙠𝙞 𝙠𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙩𝙧𝙤𝙩𝙤𝙖𝙧-Naya Kalau di pikir-pikir lagi, banyak kenangan yang tidak tahu harus di...