34 : Elisa's Transmigration

47.6K 3.2K 129
                                    

Elisa sudah kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa. Elisa kini tengah berjalan santai memasuki kelasnya.

Gadis itu tak henti-hentinya tersenyum mengingat kejadian semalam antara dirinya juga Edwards. Etss, jangan berfikir negatif dulu. Maksud Elisa dimana ia dan Edwards semalam menghabiskan waktu bersama dengan menonton sembari berpelukan mesra ditemani oleh makanan-makanan ringan.

Juga ketika mendengar pengakuan dari Elisa membuat Edwards enggan melepaskan gadis itu dari dekapannya. Sepanjang malam menjelang pagi pria itu peluk terus Elisa penuh kasih sayang.

Terlebih lagi sangking bahagianya Edwards, pria itu benar-benar mewujudkan perkataan Elisa. Yaitu, memberikan 50% dari keseluruhan hartanya untuk Elisa yang nyatanya masih menjabat sebagai kekasih. Ingat kekasih, bukan istri.

Melihat hal itu Elisa hanya mampu menghela nafas singkat. Tapi dia cukup bersyukur, karena itu ia tak perlu repot-repot memikirkan biaya apapun.

Ibaratnya gini wir, lu punya Edwards lu punya kuasa.

Rawrr

♡♡♡♡

Selang beberapa saat Elisa sudah selesai dengan kelas nya. Gadis itu mulai merapikan barang-barangnya yang berada dimeja.

Elisa sudah bersiap untuk kembali pulang. Gadis itu keluar dari kelasnya dan mulai berjalan menjauhi area kampus.

Lagi santai-santainya berjalan. Elisa menyipitkan matanya, dari kejauhan gadis itu melihat ada seseorang yang tengah menangis lirih merasa kesakitan.

Elisa terdiam sejenak, ia mulai berfikir ada apa kiranya disana.

Daisy!

Entah kenapa pikiran Elisa menuju kepada Daisy--adik angkatnya itu. Dengan cepat Elisa berlari kencang menuju segerombolan gadis-gadis itu.

"Awas!" Sentak Elisa sembari mendorong salah satu antek-antek dari mereka.

"Dai---"

"...sy."

Bukan. Bukan Daisy.

"Claudia," ucap Elisa pelan.

"Hai El, apa kabar?" Tanya salah satu dari gadis-gadis tadi.

Elisa mengalihkan pandangannya menatap gadis itu yang Elisa tebak sebagai ketuanya. Elisa mengerutkan keningnya, "Maaf?"

Gadis itu tertawa pelan. "Melupakan ku El? Tidak masalah," gadis itu menjulurkan tangannya. "Aku Rani."

Ah Elisa ingat sekarang, dia--Rani Pranita selaku antagonis di dalam novel ini. Di novel Rani diceritakan sangat membenci Claudia karena Claudia lah yang membuat dirinya terjauhkan dari kekasihnya---Raefal. Rani juga diceritakan sebagai tukang bully di kampus ini, namanya begitu di takuti karena keganasannya dalam membully orang banyak. Elisa sedikit prihatin dengan gadis bernama Rani ini ia berakhir cacat karena ulah Aldirch. Tak ingin di pandang buruk oleh sekitar akhirnya, Rani memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara memotong urat nadinya sendiri.

Meskipun begitu Elisa mengangguk. Gadis itu membalas uluran tangan gadis bernama Rani itu. "Elisabeth." ucap Elisa.

Rani mengangguk kemudian melepaskan jabatan tangannya. Rani mengalihkan pandangannya kearah Claudia. Dengan tatapan jijik Rani memandang Claudia. Lalu sesaat kemudian.

Bugh!

"Bangun! Aku tau kau tidak selemah itu bodoh!" Rani menendang Claudia yang tengah duduk di rerumputan dengan kondisi yang sedikit memprihatikan.

Elisa memilih untuk memundurkan langkahnya, ia membiarkan Rani membully Claudia. Elisa tak peduli toh, siapa itu Claudia? Dan perlu di ingat, sejujurnya Elisa sangat muak dengan drama murahan yang sering Claudia lakukan terhadap dirinya.

Bugh!

Sekali lagi, Rani menendang Claudia. Tapi tendangannya kali ini membuat Claudia sedikit tergeser. Dan dapat Elisa tebak, tendangan Rani memang lumayan.

Rani berjongkok ia meminta salah satu temannya untuk memberinya apa yang ia pinta. "Sini Del." ujarnya.

Adela selaku teman Rani pun mengangguk. Adela membuka tas yang ia bawa khusus untuk membully orang-orang disekitarnya. Adel mengeluarkan bungkusan berwarna hitam yang tidak di ketahui apa isinya. Dengan cepat Adel memberikannya kepada Rani.

Rani menerimanya, gadis itu langsung membuka bungkusan tersebut kemudian.

Byur!

Tubuh Claudia sudah dipenuhi dengan lumpuran yang Rani dkk ambil dari selokan. Bau menyengat mulai bertebaran, disitu Claudia sudah tak sanggup gadis itu hanya mampu menangis lirih dengan mulut yang berkali-kali berucap 'hentikan'. Namun apalah arti, berpura-pura tuli, Rani malah tertawa kencang melihat penderitaan Claudia.

Melihat tindakan tak bermoral Rani tersebut tak membuat Elisa bergerak. Gadis itu malah menikmati nya dengan senyuman kecil di bibir. Entah mengapa Elisa cukup senang melihat Claudia yang sedikit--emm terlihat seperti orang gila.

Rani mendongakkan kepalanya menatap Elisa. Elisa yang merasa di tatap mengalihkan pandangannya. Dengan santai Elisa bertanya. "Kenapa?"

Rani berdiri dari jongkoknya. Ia berjalan sedikit mendekati Elisa. "Mau coba El?"

Elisa menggeleng. "Tidak berminat." balas Elisa.

Rani hanya tertawa pelan. Gadis itu berdiri disamping Elisa sembari pandangannya menatap kearah Claudia yang tengah di rundung oleh teman-teman nya.

Dengan santai pula, Rani mengeluarkan sebungkus rokok, ia meraihnya satu lalu menyodorkan kepada Elisa. "Mau?" tawarnya.

Elisa menolak. Tentu saja, jika ia terima bahaya. Mata-mata Edwards ada dimana-mana, jika salah bertindak sedikit saja mungkin Elisa tak akan selamat dari hukuman menggelikan dari kekasihnya itu.

Rani mengangguk. Ia memasukan kembali sebungkus rokoknya kedalam saku celana. Gadis itu mulai menyalakan rokoknya. Menikmati hisapan demi hisapan dari nakotin itu.

Elisa menatap Rani. Lalu terlintas sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah Elisa ketahui jawabannya. "Kenapa kau membullynya Ran?"

Rani tak mengalihkan pandangannya.

"Apa karena, Raefal?" sambung Elisa.

Rani terkekeh. "Kenapa kau bisa berfikir seperti itu El? Apa karena aku yang terlihat bodoh mencintainya?"

Elisa mengangkat bahunya. "Entahlah, cuman aku merasa kau begitu terobsesi untuk memiliki lelaki bodoh itu." ujar Elisa.

Rani menggelengkan kepalanya. "Tidak ada sangkut pautnya terhadap lelaki El."

"Lalu?"

Rani menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. "Dia-- dia pelacur El. Persis seperti ibunya." ucapan Rani membuat Elisa terdiam sesaat.

"Pelacur? Claudia? Tapi dengan siapa?" tanya Elisa lagi.

Rani mengalihkan pandangannya kearah Elisa. Gadis itu menatap dalam kearah manik mata Elisa. "Dia, simpanan ayahku El." ucap Rani dengan suara serak yang mampu membuat Elisa diam tak berkutik.

"Perempuan itu, jahanam Elisabeth."

♡♡♡♡

Bersambung....

Wadidawww Claudia simpanan om-om dong.

NEXTT??? SPAM KOMEN.

VOTE JUGA.

USAHAIN VIEW JUGA VOTE NYA SEIMBANG YAAA BARU AKU NEXTT!

Biar ChaiiRawrr/authorRawrr semangatt ya Rawrrr😘

Nanti aku kasih bunga---niehh💐💐💐💐 karna aku tau kamu pasti belum pernah di kasih bunga sama doi yekannnn, sama aku juga😔😔😔😔eh kok curhat. Maapin yaaa cintah klo ga suka skip aja gapapa😌

Salam hangat dari author Rawrr😘💐

Publish : 24.09.2023

Elisa's Transmigration Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz