12 : Elisa's Transmigration

88.8K 5.6K 57
                                    

Heyooo cintaaa😻

Jangan lupa vote dan komenn nya sayy

Tandai jika ada yang typo ya bebb

Happy Reading!💗

Giorgio Edwards Robbertson. Pria tampan kelahiran Itali, pria yang umurnya hampir 27 tahun namun belum kunjung memiliki istri. Bukannya tak ingin menikah atau tidak laku. Edwards hanya enggan melakukan hal yang menurutnya tidak penting.

Tapi itu fikiran Edwards sebelum mengenal Elisabeth. Gadis dengan senyuman ceria yang mampu menghipnotis seorang Tiran bisnis itu.

Konyol memang. Edwards kala itu jatuh cinta pada Elisabeth hanya karena senyuman Elisabeth menjadi candu baru untuknya. Bodoh nya lagi kala itu Edwards jatuh hati pada Elisabeth yang nyatanya seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA.

Edwards terus mengawasi Elisabeth dari jauh. Ia tak berani mendekati gadis itu, ia takut. Takut ketika Edwards mendekat Elisabeth menjauh.

Jadi Edwards hanya mampu memandang, menjaga, serta melindungi Elisabeth dari jauh. Tak tanggung-tanggung Edwards pernah membunuh seorang gadis yang kala itu tak sengaja membuat Elisabeth kesal.

Rasa cinta nya perlahan berubah menjadi obsessi. Edwards semakin hari semakin gila, kala asisten nya--Hans memberinya sebuah rekaman.

"Elisabeth. Kau tau, pria yang bernama Edwards itu?"

"Ah dia? Aku pernah mendengar namanya, ada apa dengannya?"

"Dia baru-baru ini terkenal Elisabeth. Dan kau tau--dia berhasil merebut posisi orang terkaya"

"Ohya? Itu bagus. Dia termasuk tipe ku--Kaya."

"Astaga. Selain kaya, dia juga katanya tampan. Argh andai saja dia jodohku. Bayangkan sebahagia apa aku?"

"Hahaha kau ini! Tapi kurasa memang dia hebat. Bisa meraih itu dalam sekejap, kalau tampan itu bonus."

"Kau memujinya El?"

"Ya dia pantas untuk di puji."

Mendengar itu dari suatu rekaman membuat Edwards tidak bisa tidur sepanjang malam. Ia selalu mendengar suara lembut dari Elisabeth yang tiap hari membuatnya semakin merasa candu. Gadisnya, cintanya, pujaan hatinya, memujinya. Sepanjang hari itu Edwards selalu tersenyum bahkan karyawan nya baik yang dikantor atau di mansion mengira jika Tuan mereka sedang kerasukan.

Karena membagi senyuman adalah sebuah kemustahilan untuk seorang Edwards. Tapi seolah di tampar kenyataan mereka hanya mampu menatap kebingungan kearah tuan mereka.

Bertahun-tahun berlalu. Edwards semakin mencintai Elisabeth. Cinta tak harus bertemu bukan? Edwards juga dapat menyaksikan kala Elisabeth yang begitu tergila-gila dengan sahabat kecilnya. Elisabeth yang terus mengejar sahabat kecilnya namun tak dibalas perasaan nya. Membuat Edwards kesal setengah mati, apa yang sebenarnya Elisabeth cari dari sahabatnya itu?! Kenapa tidak memandangnya saja?! Bukan kah dia tampan, kaya, juga pastinya memiliki segalanya.

Namun Edwards tak mampu berbuat apapun. Lelaki itu hanya mampu mengawasi Elisabeth. Semua pergerakan Elisabeth, Ia rekam dengan baik. Termasuk kekerasaan yang Elisabeth alami, juga fitnahan yang ia dapatkan.

Edwards tentu tak tinggal diam. Lelaki itu mengambil tindakan Edwards membalas perbuatan keji yang mereka lakukan pada pujaan hatinya. Tapi dengan cara yang mulus tentu saja.

Melihat kelakuan Elisabeth bukannya membenci Edwards malah semakin mencintai.

Entah kata apa yang cocok untuk pria satu ini. Satu berita yang membuat Edwards terkejut bukan main dimana ia mendapat kabar bahwa, Elisabeth masuk rumah sakit. Awalnya ia terkejut juga langsung khawatir namun semua itu terganti menjadi perasaan bahagia.

Karena kecelakaan itulah, Elisabeth berubah 180 derajat. Elisabeth yang dulunya terobsesi untuk menjadi kekasih dari sahabatnya sendiri, berubah. Elisabeth tak lagi mengejar Aldrich. Elisabeth tak lagi memandang Aldrich.

Melihat itu tentu Edwards bahagia. Kebahagian nya tak berarti apa-apa kala Edwards belum juga berani menunjukkan wajah tampannya kehadapan Elisabeth. Ia belum berani menemui pujaan hatinya.

Akhirnya lagi-lagi Edwards harus menahan perasaan nya. Terakhir Edwards mendapat kabar dari Hans bahwa Elisabeth sekarang sedang dekat dengan seorang pria asal turki--Farezta. Kedekatan mereka semakin menjadi, bahkan Farezta tak segan-segan mendekati Elisabeth dengan tujuan tertentu.

Edwards tak terima. Elisabeth hanya miliknya. "Bukan kah sudah seharusnya, kita menyingkirkan sesuatu yang 'menjijikan'?" Gumam Edwards setelah puas berperang dengan pikirannya.

♡♡♡♡

Malam ini tepatnya pukul 22:56 Farezta baru kembali dari kantornya. Seusai mengantar Elisa pulang, Farezta langsung menuju kantornya.

Lelaki itu melirik jam tangannya, kemudian menghembuskan nafas pelan. Ia lupa. Seharusnya ia pergi ke toko kue terlebih dahulu mengambil kue untuk ibu nya.

Tanpa pikir panjang Farezta bersiap menuju toko Kue yang ingin ia kunjungi.

Mobilnya pun berjalan dengan kecepatan sedang.

Ting!

Ponsel miliknya memunculkan notif yang berarti ada pesan yang masuk. Farezta mengeceknya,

Aletha

Kamu dimana?!

Kue mama mana?! Ini keluarga udah nungguin astaga Rez! Pulang sekarang cepat tidak pakai lama. Kamu ini gemar sekali melambat! Jangan lupa kue mama!

Farezta berdecak sebal kala mendapat pesan seperti itu dari kakaknya. Dengan malas pun Farezta mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Ia menggas mobilnya agar lebih cepat sampai. Karena takut dengan kakaknya--Aletha. Aletha seperti macan jika mengamuk dan Farezta tidak ingin itu terjadi.

Dringg...

Dringg...

Ponsel milik Farezta berdering. Tanpa memelankan gas mobilnya, lelaki itu meraih ponselnya sembari sesekali melirik ke arah depan. Takut-takut ada kendaraan lain.

Baru hendak mengepit ponsel itu di telinga nya. Ponselnya malah terjatuh. Farezta pun memelankan gas mobilnya, ia memperhatikan ke arah sekitar nya yang untungnya sepi. Fareta menundukan badannya ia meraih ponselnya. Saat sudah dapat, Farezta menghembuskan nafas pelan. Ia kemudian menelpon balik kakaknya.

"Halo?"

Belum sempat Farezta menjawab ucapan sang kakak. Ia membelalakan matanya, kala melihat mobil yang berjalan didepannya.

Farezta membanting stir ke kiri,

BRAK!

"Argh!" Kepala nya membentur stir mobil. Kepala Farezta berdenyut nyeri, mobilnya mulai mengeluarkan asap. Farezta berusaha mempertahakan kesadarannya, namun ia tak mampu menahan rasa sakit di kepalanya.

Hingga akhirnya, Farezta pingsan.

♡♡♡♡

Bersambung....

Spamm comment hayuuuu

Publish : 10.08.2023

Elisa's Transmigration Where stories live. Discover now