39)

107 14 0
                                    

Sorry for typo 🙏

Happy reading 🤗
=====================


Yanu, Haris, Ghifar, Vano, Juan dan Leon berasa sedang menjadi obat nyamuk bagi mereka yang berpasangan. Tentu mereka tak secara langsung merasa, hanya Yanu yang mengomel sejak kemarin.

Bukannya tak senang dirinya jadi kemana-mana berenam, tapi tetap saja rasanya aneh. Walau begitu ia punya prinsip menjomblo dulu daripada ribet mikirin cinta. Kadang mikir caranya balikin suara sehabis manggung saja dia masih suka ngeluh.

Hari ini mereka keliling di sekitar Bantul dan Sleman. Berangkat bareng dan seperti biasa, mencar saat sampai di tempat tujuan. Kan walau barengan gak harus kesana kemari bersama. Belum lagi para bucin pengen memiliki waktu berdua.

"Bang, lu gak sama Helva?" tanya Ghifar.

"Lah lu lihat gue lagi sama Helva gak? Lagian anaknya seneng tuh sama Evan,"

"Lah bukannya dia sukanya sama Bang Gama yah?" Vano membuka suara.

"Lu juga mau sampai kapan itu rasa lu pendem mulu ke Mikha? Keduluan sama orang lain kan lu jadinya, Van,"

Vano hanya diam, Juan emang sudah biasa berkata ceplas ceplos begitu. Haris dan Ghifar saling pandang, lalu menatap Vano nanar. Walau belum lama dekat, mereka tau bagaimana tersiksanya Vano dengan status friendzone nya dia dan Mikha.

"Helva terlihat melupakan perasannya pada Gama saat bareng Evan, jadi gue gak perlu khawatir,"

Juan segera mengalihkan pembicaraannya ke Helva lagi. Meski sedikit merasa bersalah, dirinya enggan meminta maaf. Pemuda itu ingin Vano segera sadar dan mencari kebahagiaannya sendiri tanpa Mikha.

"Kenapa lu bisa seyakin itu sama Evan? Kan dia sahabatnya Gama yang pasti sifatnya gak bakal jauh beda, Bang," kali ini Haris yang tak tahan untuk berdiam.

"Gue temanya Gama dan Evan, jadi banyak tau bagaimna sifat mereka berdua yang sebenarnya gak ada beda sih. Bila dikasih pilihan yah gue bakal pilih Evan,"

"Kenapa Kak Evan? Kalau sama gue gak lu ijinin juga, Bang?"

Bukan hanya Juan, tapi Haris dan Vano juga menatap Ghifar penuh tanya. Masalahnya pemuda itu terlihat biasa saja dengan Helva, jadi mereka lumayan terkejut dengan kalimat Ghifar barusan.

"Far, lu gak kesambet kan?"

"Lu do'ain gue kesambet, Van?"

"Iya gak gitu anjir, lagian lu aneh," heran Haris.

Juan, Vano dan Haris menatap curiga kepada Ghifar yang nampak salah tingkah. Pemuda itu merutuki lidahnya yang suka gerak reflek sendiri untuk mengetahui hal yang ingin ia tau.

"Gapapa udah, gak usah dibahas!"

"Lu gak suka sama adek gue kan? Gak bakal gue setujui kalau beneran,"

"Kenapa, Bang?"

"Kalian beda, gue gak bakal setuju kalau Helva harus ngikut lu, Far. Lu baik kok, suatu saat nanti lu bakal bertemu dengan yang lebih dari adek gue,"

Semua seketika terdiam membuat suasana menjadi agak canggung. Vano dan Haris saling pandang lalu beralih pada Ghifar yang jadi terdiam kaku. Mana Juan pun seperti tak ada rasa bersalah setelah mengucapkan kalimat yang cukup menyakitkan itu.

Beruntungnya Yanu dan Leon datang. Haris dan Vano segera menarik Ghifar untuk menjauh dari mereka agar tak terlalu sedih mengingat perkataan Juan tadi. Mereka berjalan keliling Alun-Alun Selatan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Java & Mikha [Park Jisung & Kim Minji]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang