3)

190 22 19
                                    

Sorry for typo 🙏

Happy reading 🤗
===================


Seperti yang dijelaskan bahwa Mikha bukan gadis yang suka bangun siang, dia akan auto banget pukul 6 pagi. Ia segera cuci muka, gosok gigi dan turun ke bawah, siapa tau Budhe nya butuh bantuan.

"Pagi, Budhe," sapa Mikha pada Luna.

"Pagi juga, Sayang. Rajin yah udah bangun,"

"Perempuan memang harus bangun pagi, Mi,"

Mikha tergolak kagek dengan suara berat Java yang julid kepadanya. Apakah Java marah karena dia tak menyapa lelaki itu? Ayolah Mikha tak lihat keberadaan lelaki tinggi yang sedang mengambil minum itu.

"Eh, ada Kak Raja,"

Java menengok kearahnya. Lagi dan lagi mereka saling bertatapan. Java memutuskan kontak mata mereka lalu berjalan kembali menuju kamarnya. Duh Mikha semakin merasa tak diterima kehadirannya oleh kakak sepupunya itu.

"Ressta bantu yah, Budhe?"

"Boleh, Sayang. Kamu bantu siapin alat makan yah, udah mau selesai kok ini!"

Mikha bergegas menjalankan permintaan Luna. Badannya sedikit kaku saat merasa Java sedang memperhatikan dirinya. Namun benarkah? Mikha tak berani menoleh, tatapan Java bak tombak yang menusuk.

"Eh mau kemana, Mas?" tanya Luna pada anak sulungnya.

"Mandi, Mi. Nanti aku antar Papi Mami ke Bandara sekalian Raja mau ngerjain laporan di studio,"

Luna mengangguk, lalu melanjutkan kembali kegiatan memasaknya dibantu Mikha. Tak enak kan bila ia sudah menumpang tinggal tapi ongkang kaki tak membantu tuan rumah? Meski slengekan gini, Mikha masih punya etika.

"Budhe, nanti Ressta ijin keluar dengan teman yah, mau nyari perlengkapan buat ospek!" ijin Mikha.

"Iya, Sayang. Kalau ada apa-apa selama Pakdhe dan Budhe di Paris, kamu bisa bilang ke Raja dan Lingga yah!"

"Siap, Budhe,"

Tuh kan Jeffrey dan Luna tuh baik banget, Gama juga, tapi kenapa Java tak menunjukkan sikap baiknya itu padanya? Mungkin bila sudah lama tinggal bareng Java bisa bersikap ramah padanya. Semoga saja.

Namun sepertinya sikap dingin Java akan bertahan lama padanya. Kata-kata tak mengenakan selalu terlontar dari mulut Java. Kalau tak ingat ia sedang menumpang, ingin rasanya Mikha lempar dengan sepatu muka tampannya itu.

"Baik-baik yah kalian! Jagain Karessta dengan baik!" pesan Luna.

"Jangan suka keluyuran, jangan keluar malam terus! Ingat sekarang ada adek sepupu yang harus kalian jaga!" imbuh Jeffrey.

"Tenang aja, Pi!" jawab Gama.

Berbeda dengan Java yang malah memutar bola matanya malas. Tak lupa menatap malas ke arah Mikha yang sukses membuat gadis itu mengulum bibirnya menahan tangis. Bahkan kehidupannya setelah SMA tak semudah yang ia bayangkan.

"Dasar nyusahin!"

"Raja!!!"

Java berlalu begitu aja mendapat teriakan dari Jeffrey, duduk di kursi kemudi. Barang bawaan Papi dan Mami sudah dimasukkan ke dalam mobil semua oleh Pak Jito tadi, jadi mereka tinggal berangkat saja.

"Gak usah dimasukin ke hati yah, Ress, Raja memang suka begitu!"

"Iya gapapa kok, Budhe,"

Luarnya bilang gapapa, gak tau saja Mikha seketika cosplay jadi pemain sinetron yang batinnya bisa bicara dan mengumpati Java. Baru juga dua hari tinggal bersama, Java sudah sukses membuat Mikha pening.

Java & Mikha [Park Jisung & Kim Minji]Where stories live. Discover now