14)

152 22 11
                                    

Sorry for typo 🙏

Happy reading 🤗
==================



"Ngirim pesan buat siapa sih, Kha? Sibuk banget sampe gue gak didengerin!" protes Ula.

Mikha segera meletakkan Hpnya di atas meja kantin. Siang menjelang sore ini mereka berada di kantin untuk makan siang. Ajaibnya, padahal mereka beda jurusan, tapi jadwal kuliah mereka hampir di jam yang sama.

"Papa tadi tanyain kabar. Gimana? Lu bahas apaan tadi?"

"Gapapa, Kha, udah males bahas!"

"Dih gak usah sok pundung gitu! Buruan gue dengerin!"

Haneula menatap Mikha penuh selidik. Capek kan bila sudah banyak ngomong eh gak didengerin. Ula gak bisa marah kan bila memang benar Papanya Mikha? Semoga saja Ula gak tau kalau dirinya sedang dibohongi.

"Gue cuma pengen tau soal Kak Gama dan teman-temannya sih. Katanya mereka punya studio yah?" tanya Ula penuh semangat.

Melihat temannya yang tampak penuh energi itu membuat Mikha merasa bersalah bila asal menjawab pertanyaan Ula. Namun kenyataannya dia memang tak tau banyak tentang sekelompok orang-orang tampan yang tentu ada kedua sepupunya disana.

"Maaf yah, La, gue belum tau banyak sebenarnya, belum pernah main sih ke studio mereka. Cuma dari yang gue dengar pas ikut kumpul bareng waktu di rumah....,"

"Bentar! Di rumah? Lu tinggal bareng sama Ragaswara?!"

Mikha mengangguk, "Iya. Emang gue belum bilang waktu itu?"

"BELUM!!!"

Terikan Ula membuat ibu kantin yang mengantarkan pesanan mereka sedikit terkejut. Untung saja itu nampan tak bersentuhan dengan lantai. Emang dasar si Haneula Januari Putri nih tak tau situasi dan tempat.

"Maaf yah, Bu! Terima kasih," ucap Mikha.

"Iya gapapa, Mbak. Selamat makan!"

Mikha hanya mengangguk, lalu menatap tajam Ula yang juga menatapnya dengan satu telapak tangan di mulutnya dan tangan satunya membentuk tanpa peace tanda agar Mikha tak memarahinya. Sudah biasa teriak selama hidup 18 tahunnya, jadi agak sulit untuk dihilangkan.

"Lu teriak lagi, gue tinggal!"

"Janji deh gak bakal!"

"Okay lanjut!"

"Jadi selama ini lu tinggal sama mereka?" tanya Ula memastikan.

"Iya lu pikir selama ini gue tinggal dimana?"

"Iya gue kira lu gak serumah sama mereka, Kha,"

"Gue juga gak pengen sebenarnya. Mau gimana lagi? Keputusan Dion Senandhika Hadwin gak boleh dibantah,"

Meski baru dekat kurang dari satu bulan, Mikha sudah menceritakan bagaimana posesifnya Papa Dion pada anak tunggal gadisnya itu kepada Haneula. Setidaknya Mikha masih bisa sedikit bebas meski tinggal di rumah keluarga Ragaswara.

"Iya udah sih, tapi enak kan tinggal bareng dua most wanted nya kampus. Gila gue iri sama lu, Kha!!"

Mikha hanya menggeleng menanggapi Ula. Ditelan dulu makanannya baru berujar pada Ula, berharap gadis itu merubah pandangannya pada Java dan Gama setelah dia tau bagaimana kelakuan Ragaswara bersaudara itu.

"Untuk lu yang suka keramaian, sih gak bakal cocok, La. Mereka tuh jarang banget di rumah, terutama Kak Li- Gama. Hidupnya iya studio, pemotretan. Kak Java juga sama aja, alasan praktek, nugas, laporan, dan jarang keluar kamar.

"Tapi yang paling parah, mereka tuh usilnya gak ada obat, terutama Kak Java. Beh pengen gue tukar tambah di pasar loak tau! Mending jangan deh kata gue! Lu dan Helva sama aja, selalu pengen tukeran sama gue,"

Java & Mikha [Park Jisung & Kim Minji]Where stories live. Discover now