16)

134 21 9
                                    


Sorry for typo 🙏

Happy reading 🤗
=================

"Ayo pulang!"

"Ya Tuhan! Kakak tuh gak bisa yah gak ngagetin sehari aja?"

"Lu juga gak bisa gak pakai ngomel apa? Dilihatin banyak orang tuh!"

Mikha dengan sebal meninggalkan Java di tempat es krim, tak lupa membawa barang belanjaannya yang penuh di kedua tangannya. Emang dirinya tuh tak cocok dengan Java, ada saja hal yang menjadi perdebatan mereka.

srek.

Tas belanja tersebut seketika berpindah tangan, dari tangan mungil ringkih ke tangan kekar penuh otot. Yah tindakan Java selalu saja tanpa aba-aba membuat Mikha tak dapat menyembunyikan keterkejutan nya.

"Mana yang itu siniin!"

"Kak Raja gak kesambet kan?"

Melihat Mikha memiringkan kepalanya dan menyentuh keningnya membuat jiwa Java memberontak ingin mencubit dan mencium wajah gadis yang amat sangat menggemaskan itu. Ingat masih di tempat umum, tak boleh pamer keuwuan.

Tanpa menjawab Java mengambil tas belanja yang satunya, ia bawa ditangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya meraih tangan kanan Mikha lalu menggenggam jemari lentik yang tampak begitu mungil bersanding dengan jari besarnya.

Pasokan oksigen di sekitar Mikha tiba-tiba menipis, mengakibatkan jantungnya berdetak lebih cepat karena meminta udara lebih banyak. Java bukan pengendali udara kan yang selalu membuat dirinya sesak napas setiap kali berada di dekat kakak sepupunya itu?

Okay lupakan pemikiran konyol Mikha, perempuan model dia ini memang susah sekali untuk peka balik bila hatinya tertarik, seketika indra dan insting kepekaan Mikha menghilang tanpa jejak.

Sudah pernah dibilang kan bila Mikha ini peka dengan keadaan? Apalagi bila ada lelaki yang menyukai, dia akan tau tanpa harus meminta konfirmasi dulu. Iya sepeka itu seorang Mikhaella Hadwin.

Contohnya saat Leon tiba-tiba mendekatinya, benar kan pemuda itu ingin meminta nomer dan mendekatkan diri lebih padanya. Mikha tak masalah akan hal itu. To, Leon teman kedua kakak sepupunya, ia tak perlu khawatir.

Yang paling gila kasus Jaevano. Saking pekanya, ia menawarkan bibir dan pelukannya untuk lelaki yang merupakan sahabatnya itu. Bukan tanpa alasan, Mikha hanya ingin Vano tenang atas masalah yang sedang dia hadapi waktu itu.

Agak gila memang, tapi sangat ampuh. Dan begitulah ciuman pertama Mikha terenggut. Mikha akui Vano sangat jago waktu itu, walau tak sejago Java kemarin. Padahal mereka baru pertama kali, tapi rasanya Mikha ingin mengulanginya lagi dan yah itu berlalu begitu cepat.

Dengan cekatan, Java segera menarik tengkuk Mikha setelah mereka masuk ke dalam mobil. Menyatukan bibir mereka, melumatnya pelan membuat kewarasan Mikha semakin mengikis.

Tangan mereka berada di tubuh lawannya, Java pada pinggang Mikha dan gadis itu menempatkan tangannya pada bahu dan leher lelakinya. Mereka semakin larut dalam ciuman yang intens itu tanpa peduli yang melihat kegiatan mereka di dalam mobil yang sudah nyala mesin itu.

"Kk-kak Raja.....,"

"Heem?"

"Katanya pulang barengnya besok aja. Kk-kenapa tiba-tiba ngajak pulang bareng?" tanya Mikha dengan napas yang masih sedikit tersengal.

"Gak suka pulang bareng gue?"

Mikha menunduk, masih berusaha menetralkan detak jantungnya yang tak mau berhenti. Entah mengapa gadis itu selalu merasa terintimidasi dengan segala yang keluar dari mulut Javalendra, lidah dan ludah mereka yang sempat bertukar saat mereka ciuman tadi misalnya.

Java & Mikha [Park Jisung & Kim Minji]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon