47. Perihal Sadam

Magsimula sa umpisa
                                    

"Jangan kaget, ya. Ini rahasia besar."

Azzam terdiam. Sadam mengangkat tangan nya. "Jangan kasih tau Umma dulu."

Pria itu berdehem. "lalu, kenapa harus saya yang di beritahu?"

"Takut Umma. Apalagi Abah. Jangan tanya lagi."

Azzam sedikit bingung. Baru kali ini Sadam terlihat serius. Biasanya, pria itu akan selalu saja bercanda. Azzam menggeleng-geleng kepala. Sadam terlihat ragu harus memulai dari mana.

"Mulai dari mana?"

Sadam mengepalkan tangan nya.

"Gua udah nikah."

Hening. Kedua alis Azzam mengerut tajam. Ia memiringkan kepalanya. Menatap adiknya bingung. Bingung. Bingung sekali. Dan ia juga bertanya tanya. Ia juga terkejut. Perasaan itu yimbum di saat yang bersamaan.

"Apa maksud kamu? Kamu bercanda?" Tanya Azzam awalnya tak percaya. Sadam mengacak rambut nya.

"Udah gua duga ini jawaban lo." Sadam menghentikan dirinya. "Tapi ini nyata, zam. Ini udah lama. Boleh berkata kasar ga sih."

"Tidak." Azzam menggeleng.

Pria itu masih terkejut. "Bagaimana? Dan kapan? Sadam?" Azzam mendorong pundak nya. "Tunggu, tunggu sebentar. Kamu bilang, ini rahasia besar. Kamu bilang ini sudah lama. Sejak kapan? Kenapa orang orang ndalem tidak boleh tau? Apalagi Umma?"

Sadam terdiam untuk sesaat. Ia mengangkat pandangan nya. Respon Azzam sesuai dengan ekspektasi nya tapi ini lumayan sedikit jauh. Ia pikir, pria itu akan merespon nya datar. Tapi tunggu, bagaimana bisa di respon datar begitu saja? Sadam mengatakan nya tiba tiba. Dan ini membuat keterkejutan.

"Zam, ijinin gua cerita."

Azzam yang melirik ke arah lain awalnya, kini menatap Sadam. Tatapan nya tajam.

"Ya, silahkan."

Sadam berdehem.

"Ingat, cewe yang pernah gua ceritain?"

Alis nya terangkat. Azzam menatap Sadam kembali. "Kenapa dia?"

"Nah itu."

"Siapa namanya?"

"Ayra."

Azzam memegangi kepalanya. Sementara Sadam mengusap leher belakang nya. Mereka sama sama gelisah. Terlebih lagi Sadam. Namun sesaat, ia merasakan pundak nya di tepuk.

"Kapan?"

"Setelah Ali di lahirkan."

Azzam mencengkram pundak nya. Sadam lumayan terkejut.

"Kenapa baru cerita?"

Sadam melepaskan tangan Azzam. Ia lumayan takut dengan kakak nya. Sadam mengingat ingat alasan nya.

"Karena, gua takut. Takut sama Ayra. Gua pikir, Ayra itu melihat gua bukan sebagai pria baik baik. Gua malu mengakui diri sebagai seorang Gus."

GUS AZZAM Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon