Chapter 20

1 1 0
                                    

Sementara itu, Androme terpelosot didalam terowongan luncur yang gelap. Dia berteriak seperti sebelumnya, walaupun sebelumnya Andorme tidak pernah diperlihatkan terpelosot di terowongan luncur. Saat dia telah melihat sebuah lubang bersinar diujung, Androme pun langsung melintasinya dengan kencang. Akhirnya, dia berhasil keluar. Dengan duduk diatas sebuah tanah.

Saat dia menoleh keberbagai arah , ternyata dia telah kembali berada dihalaman sekolah. Disana masih siang seperti sebelumnya, terik matahari masih bersinar, tapi genangan air sudah tidak ada.

Paling luar biasanya lagi, pintu gerbang sekolah sudah diperbaiki. Para welder pun sudah pergi entah kapan itu. Androme kembali melihat arlojinya, ternyata sudah pukul 4 sore. Itu berarti semua murid dan guru telah pulang kerumah mereka masing-masing, termasuk satpam sekolah juga.

Setelah beberapa detik, disusul oleh kedatangan keempat rekannya dari depan melalui lubang hitam spiral. Didahului oleh Ashana, Bizmo, Gorbel, dan Moulie. Beruntungnya, Ashana tidak tertindih sama sekali. Karena dia meluncur begitu cepat sampai mendarat dihadapan Androme. Namun Bizmo tertindih oleh Gorbel dan Moulie yang berada diatas punggungnya. Anehnya, senapan yang telah diberikan Felix kepada Bizmo seketika telah menghilang.

" Ashana! kau tidak apa-apa?," Tanya Androme. Menggapai tangannya untuk membantunya berdiri.

" Iya! tapi aku agak terkejut, ternyata ada  sebuah terowongan luncur dibawah terowongan luncur itu," Balas Ashana. Lalu dia menoleh keberbagai arah." Apa kita telah kembali kesekolah?"

" Iya! sebelumnya kita juga telah memasuki sebuah genangan air, saat kau tersungkur pingsan ditanah"

Ketiga teman Androme yang berada dibelakang Ashana, telah bangkit berdiri. Gorbel meminta pada Androme untuk segera pulang kerumah. Karena dia merasa lapar . Androme langsung memekiknya untuk jangan menganggu orang saat sedang berbicara. Ashana hanya tersenyum mendengar hal itu.

" Androme! aku ingin ke rumahmu malam ini," ucap Ashana tersenyum dihadapannya. Lalu memberikan sepotong kertas dan pulpen, yang dia ambil dari saku bajunya" Ini tulis nomor ponselmu! nanti aku akan meneleponmu!"

Androme seketika mendelik, dan mengambil kertas dan pulpen itu secara perlahan. Lalu menuliskan nomor ponselnya. Setelah Androme menulis dengan tangan yang begitu gemetaran. Akhirnya dia telah menulis nomor ponselnya, lalu mengembalikan kertas dan pulpen itu kepada Ashana.

" Ashana, sepertinya aku tidak yakin kau akan menyukai rumahku!," Pikir Androme.

" Tidak apa-apa! aku tetap ke rumahmu malam ini  bagaimana pun kondisinya!"

Ashana segera melangkah untuk menghampiri motornya yang sedang terparkir dihalaman. Motornya terlihat terpencil, karena sudah tak ada kendaraan lagi, mengingat para murid dan guru telah pulang. Tapi dia baru ingat, bahwa tas nya tertinggal didalam kelas. Dia tidak yakin bisa memasuki kelas , karena kelasnya mungkin sudah terkunci oleh guru..

Andorme menoleh kesamping, dia pun langsung mendelik. Ternyata tas mereka berdua sudah berjejer diatas tanah. Mungkin yang meletakkannya ialah para murid atau guru . Tapi sepertinya tidak, karena ada selembar kertas yang menempel didepan tas Androme. Dia pun mengambil kertas tersebut, lalu membacanya.

" Androme! akulah yang telah meletakkan tas mu disini 20 menit yang lalu!"

Androme langsung melipat kembali kertas itu secara perlahan. Ashana meneriakinya sampai membuat Androme agak reflek.

" Androme!! siapa yang meletakkan tas kita berdua disitu?," Tanya Ashana.

" Mungkin guru atau murid, aku kurang tau! soalnya kita berada didalam dunia lain sebelumnya," Senyum palsu Andorme sambil mengelus rambutnya sendiri.

The Arkachia Gate #1 - The Magic dust ( Completed )जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें