44. Pemuda Pemuda Syam

Start from the beginning
                                    

Azzam, pria itu mengusap kepala nya kemudian memasang tawa kecil. Anak anak itu menunggu jawaban nya demikian.

"Saya tidak tau kapan. Tapi kalian, jaga diri baik baik."

Kedengarannya, tidak menyenangkan untuk Hadi. Pemuda itu memandang raut sedih meski ia tak mampu memperlihatkan nya dengan jelas. Ia hanya bisa menyembunyikan nya.

••••

Suara ramai dari luar. Membuat Hadi terbangun. Ia memperbaiki pandangan nya, mengambil kacamata nya dan segera melihat pemandangan yang ia lihat secara jelas.

Ia berada di ranjang tingkat nya. Di sediakan untuk santri santri. Ia berada di tingkatan atas. Ketika ia mencoba untuk menunduk, ia melihat Fatih masih tidur lelap di ranjang tingkat bawah nya.

Sebenarnya, itu tempat Hadi. Tapi Fatih tak berani untuk menaiki ranjang atas.

"Oh iya. Tahajjud." Gumam nya.

Hadi langsung saja turun untuk membangunkan penghuni asrama nya. Kebetulan, satu asrama nya adalah murid murid baru yang setingkat dengan nya. Mungkin, pengurus asrama belum kunjung datang. Dan Hadi sudah lebih dulu terbangun.

"Bangun! Bangun!!! Tahajjud!"

Hadi melihat sekitar. Ia mengambil ember yang ada di dekat pintu. Entah siapa punya. Tapi ia mengambil nya. Memukul nya dengan keras.

"Bangun!!! Bangun! Tahajjud!!"

Hadi berkeliling, sembari meluahg ke Arab mereka mereka yang belum bangun. Satu dari persatu mulai menyadari nya. Ada yang cepat bergegas, ada yang masih enggan meninggalkan ranjang. Bahkan masih ada yang melanjutkan tidurnya.

"Ya Allah, akhi. Cepetan bangun!!"

Hadi melihat Ilham tengah sibuk membangunkan Ikhsan. Ikhsan terbangun dengan malas. Bahkan membuka pejaman mata nya saja masih enggan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Ketukan pintu sempat terdengar sebelum akhirnya salam terdengar. Pintu asrama terbuka dan seorang pria yang mereka kenal berada disana.

Loh, Gus Azzam. Batin Hadi terkejut.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Hadi duluan, kemudian di susul teman teman satu asrama nya. Ia berdehem singkat.

Sementara Azzam. Ia melihat semua nya sudah bangun. Ia tentu terkejut tak menyangka. Ia melihat Hadi memegangi ember disana. Iw bahkan sudah menduga duga ini yang terjadi. Senyum tipis nya terlihat.

"Semua nya, ambil wudhu, kemudian ke masjid."

"Siap, Gus!"

Azzam sudah pergi ketika mendengar kesiapan mereka. Ia datang untuk membangunkan mereka karena berhubung ia berada di Al-Hussein di waktu sepertiga malam itu. Apalagi Hadi dengan teman teman nya berada disana.

Azzam rasanya lega. Hadi, Ikhsan, Ilham, dengan Fatih menerima tempat tinggal mereka dengan baik.

Ia bisa berangkat ke Arab Saudi dengan rasa yang lega itu setelah kekhawatiran menyelimuti nya akhir akhir ini.

GUS AZZAM Where stories live. Discover now