CHAPTER 5

9 2 1
                                    

”Nek, kira-kira.. muka ayah sama bunda itu kayak gimana, ya?”

Anak itu bertanya, suaranya yang lembut membuat perhatian sang nenek tertuju pada cucunya.

Kamu udah menatap foto mereka berjam-jam, kemarin. Masih nggak inget?”

Sang anak menghela napas pasrah. Lagi-lagi, matanya tertuju pada foto kedua orang tuanya, terselip di rak buku di depannya.

”Kalau begitu, suara mereka kayak gimana? Kepribadian mereka kayak apa? Mereka suka ap-”

Pertanyaan sang anak kunjung terhenti, jari telunjuk sang nenek tertuju pada mulutnya.

”Nenek kan sudah bilang, walaupun kamu tak tahu apa-apa tentang orang tuamu, kamu akan selalu menjadi kesayangan mereka.”

....

”Selalu?”

....

”Selalu.”

....

"-ta..?"

"Velta, Bangun!"

Gepukan keras di pundaknya membuat Velta terbangun dalam sekejap. Padahal dirinya sedang mimpi.. aneh? Indah-. Ah! Siapa sih?!

"Lelah, ya? Kan aku sudah bilang, biar aku saja yang menata bagian dokumennya.."

Kata-kata Leonard seakan-akan dihentikan oleh Velta.

"Nggak usah khawatir. Aku bisa, kok."

Velta mengucek matanya, agar dirinya  bisa terbangun secara total, namun tiba-tiba terhenti disaat Leonard merampas segeprok kertas dihadapan Velta.

"Apalah, biar aku saja."

Seakan-akan ia tak menerima penolakan, Leonard langsung melanjutkan kerjaan Velta tadi. Waduh, agak berantakan. Pasti karna dikerjakan saat mengantuk tadi.

Velta sendiri sebenarnya agak tidak enakan. Pasalnya, Leonard sudah susah payah mengambil foto di kerumunan sebagai tugasnya. Lalu, Velta? Dia masih agak kesusahan menata dokumen kelompoknya, sampai-sampai ia begadang.

Namun, jangan khawatir. Sepertinya dia terlalu bodoh untuk sadar bahwa kinerja dirinya sudah lebih dari cukup. Leonard juga melakukan sedikit bagian Velta agar dia tidak terlalu memaksakan diri.

"Tenang aja. Aku akan membataskan kinerjaku. Tidak sepertimu."

Velta hanya memutar bola matanya seiring telinganya mendengar ejekan dari temannya secara beruntun.

"Omong-omong, Nela kenapa jarang muncul akhir-akhir ini?"

"Nela sakit. Katanya dia terlalu sering begadang."

Wah, sekarang Velta sadar diri.
Nggak mau kan, dia izin satu sampai dua hari, sakit karena dia begadang? Nggak. Lebih baik dia mendengar ceramah nona Sershatt tentang pentingnya nutrisi untuk mendapatkan tubuh yang kuat.

Leonard juga pasti memaksa mengambil sedikit bagian kerjaan Velta agar dia tidak nekat begadang tujuh hari tujuh malam. Demi kebaikan dirinya sendiri, katanya.

Ya.. kalau begini, bukannya lebih cocok Leonard yang menjadi ketua kelompok?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Fool's Betrayal Where stories live. Discover now