"Maunya sama Alex, jangan usir aku lagi," lirihnya membuat jantungku berdegup cepat. Jarang sekali aku mendengar Natalie memohon, tanpa sadar tanganku memeluk tubuhnya yang mungil dan hangat.

Sangat nyaman hingga akhirnya mataku dapat tertutup dengan tenang.

"Aku bisa saja menyerangmu," peringatku yang tidak diindahkannya sama sekali. Dia malah mengelus perutku yang tidak tertutupi apapun. Tangannya melingkari pinggangku dan menghirup kuat kulitku.

Tumben sekali Natalie se-manja ini, aku sangat menyukainya. Diam saja aku sudah terpancing, apalagi jika bertingkah, aku bisa gila. Perkataan selanjutnya pun seakan belum cukup memantik api nafsuku.

"Serang saja, aku tidak akan menolak," bisiknya, menjawab ancamanku tanpa rasa takut sama sekali. Kancil kecil yang pemberani.

Senyum nakalku terbit seiringan dengan posisi kami yang berubah. Tanpa aba-aba aku membalikkan badannya hingga kini berada di bawahku. Melihat matanya yang sayu dengan bibir digigit itu, menggodaku.

Sebisa mungkin aku tetap menahannya. Hidung kami bersentuhan, akan tetapi bibir kami tidak menyatu. Setiap Natalie mencoba mendekat, aku bergerak mundur.

"Sudah sebesar ini, tapi tidak berani tidur sendiri hmm? Tutup matamu, bocil bandel!" godaku dengan berbisik tepat di hadapan bibirnya. Wajahnya merenggut sebal dan terlihat sirat frustrasi.

Menyenangkan sekali melihatnya seperti ini, hal yang sangat langka. Suaraku saja sudah sangat serak, ingin segera menyentuhnya.

Menyeringai puas, aku melepaskan pelukanku dan membalikkan badan, memunggunginya. Mengingat wajahnya yang cemberut, kurasa aku bisa bermimpi indah malam ini.

Tangannya tiba-tiba saja melingkari punggungku dan mengelus dadaku dari belakang. Hembusan napasnya hangat dan wangi lavendernya terasa menguat.

Semakin bernafsu, harumnya semakin menyerbak.

"Kenapa berbalik? Sentuh aku," pintanya sambil mencium belakang punggungku berulang kali. Bahkan tangan nakalnya menarik kemejaku hingga semakin turun.

Meneguk ludah kasar, cepat-cepat aku memejamkan mata dan menumpukan kepalaku pada pegangan sofa. Tidak ada pilihan lain selain cepat tertidur. Berada di dekat Natalie terasa membahayakan untuk gairahku.

Saking mengantuknya, mataku dengan cepat memburam dan mulutku pun tidak berhenti menguap. Habis berendam, tubuhku memang suka lelah dan mengantuk.

Ditambah lagi tangannya yang lentik tidak berhenti mengelusku. Tidak butuh waktu lama, napasku mulai teratur.

Badanku terasa dibalikkannya dan tangannya semakin turun hingga ke celana. Namun, aku tidak kuat lagi untuk membuka mata. Lagipula ini Natalie, mau dia memperkosaku sekalipun, tidak masalah sama sekali.

Napasnya terasa sangat dekat dengan wajahku dan beberapa kali pula ku rasakan benda halus menyentuh bibirku.

"Alex jahat, seharusnya ga boleh tidur duluan!" rajuknya yang samar-samar masih dapat ku dengar, sebelum aku menutup mata dan tidak mengingat apa-apa lagi.

Sepertinya Natalie benar-benar memperkosaku. Bagian bawahku terasa dingin, seakan tidak ada sehelai benang pun yang menutupinya. Begitu pun dengan tangannya yang menyentuhku sana sini.

Kaki ku sedikit gemetar saat merasakan tangan halusnya meremasku. Mataku hanya terbuka sebentar dan tidak lama kembali tertutup. Yang terakhir ku lihat adalah wajah sebalnya yang menatapku tajam.

"Licik! Milikmu harus dihukum."

------------------

Mulutku menguap lebar dengan badan yang terasa remuk. Mataku perlahan terbuka dan hanya buram yang ku lihat.

Pet Me, I'm Your Wolf!Место, где живут истории. Откройте их для себя