09 kerasahan gadis yang sedang sakit

615 61 0
                                    

Gara melihat sang kakak yang baru keluar dari kamar adik baru mereka. Pria yang lebih tua tiga tahun darinya itu terlihat lelah, dan lebih anehnya lagi belum bersiap untuk berangkat kerja. Mau tidak mau ia menegak di tempatnya berdiri sampai Jendra mendekat.

"Lo gak kerja hari ini?" tanya Gara sembari melirik pintu kamar si adik baru.

"Gue berangkat agak siangan, ngantuk banget. Pak Baskara yang handle bentar." Kantuk memang terlihat jelas di mata Jendra yang memerah, kelopak matanya pun tampak berat dan masih saja dipaksa untuk terbuka. "Oh iya... pastiin si Haji gak keliaran sembarangan lagi. Gue gak mau tahu." Setelah mengatakan itu ia langsung berlalu untuk menuju ke kamarnya.

Menatap punggung kakaknya menjauh untuk beberapa saat, ketika Jendra sudah tidak terlihat oleh pandangannya karena telah menghilang di balik dinding, Gara mengikuti rasa penasarannya dan melangkah mendekati kamar si adik baru. Saat sudah berada di depan pintunya, ia terdiam sejenak karena bimbang, padahal tangannya telah memegang kenop pintu. Hingga akhirnya rasa penasarannya yang menang, ia membuka pintu sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar.

Berhasil masuk dan kembali menutup pintu di kamarnya, Gara mendapati si adik baru terbaring di bawah selimut. Kening lelaki itu sempat mengkerut ketika melihat stiker kompres dingin yang tertempel di kening gadis itu.

Perlahan mendekati tempat tidur adik baru, ia akhirnya dapat melihat dengan jelas bahwa Kayela tidak tertidur dengan nyaman. Sesekali terdengar rengekan pelan... dan Gara melihat belas air mata di kedua pipi gadis itu.

"Lemah," gumamnya pelan dengan tangan yang terposisi menopang dagunya.

Ia memperhatikan Kayela untuk beberapa saat sebelum mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar. Meja belajar milik gadis itu hanya terdapat sebuah buku tebal, dua buah buku paket, dan pencil case. Dipikirnya sang ayah telah benar-benar mengisi kamar adik barunya itu.

Kemudian lelaki itu beralih ke jendela besar yang ada di kamar itu. Membuka tirainya lalu mendudukkan diri dudukan yang ada. Kolam dan sebagian taman belakang terlihat dari sana.

Merasa cukup untuk melihat-lihat, Gara akhirnya beranjak dari sana, kembali menghampiri Kayela untuk melihat gadis itu lebih dekat sekali lagi. Tangannya terulur ke kening Kayela yang mengkerut karena tampaknya tidak terlihat nyaman dalam tidurnya. Dengan jari telunjuk, ia mengelus pelan kening gadis itu hingga kerutannya menghilang.

Setelah itu, ia benar-benar meninggalkan kamar Kayela.

Ketika sedang menuju garasi, ia bertemu dengan sang kembaran yang juga baru menyiapkan mobilnya.

"Tumben lo baru turun," ujar Sena begitu menyadari kehadiran Gara.

"Terserah gue mau berangkat jam berapa."

"Wih, title anak rajin lo dicopot."

Gara tahu bahwa saudara kembarnya itu memang sedikit aneh, sangat berbeda dengan dirinya, tetapi ia tidak tahu bahwa Sena bisa setidak-jelas itu. Jadi, ia memutuskan untuk tidak lagi menghiraukan Sena dan masuk ke dalam mobilnya yang telah disiapkan. Setelah menekan tombol dengan tulisan start engine dan mesin menyala, ia segera melajukannya keluar dari garasi.

· · ·

Ketika akhirnya terbangun dari tidurnya pada pukul setengah sembilan pagi, Kayela mendapati sepiring makanan dan segelas air berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Tubuhnya yang sudah terasa lebih baik berubah posisi menjadi duduk. Kepalanya sesekali masih berdenyut sakit, tetapi kini bisa ia tolerir.

Menyentuh piring, tangannya merasakan sensasi hangat, yang berarti makanan itu diantar belum lama. Karena merasa harus mengisi perutnya, dengan hati-hati Kayela mengangkat nampan untuk dipindahkan ke atas karpet. Pun ia mendudukkan diri di atas karpet sebelum mulai makan. Tidak ingin mengambil risiko berjalan ke meja belajarnya ketika kakinya masih terasa lemas.

Membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya untuk gadis itu menghabiskan makanannya. Baru menelan beberapa suapan dan perutnya sudah terasa penuh. Namun, karena harus menghabiskan semua makanan di piring, jadi ia memutuskan untuk berhenti sebentar beberapa kali sebelum lanjut menyuapkan makanan ke mulutnya.

Setelah menghabiskan makanannya itu, Kayela menatap langit dari jendela yang telah terbuka tirainya. Rautnya berubah sedih begitu mengingat Glowy yang tidak ia temui sejak kemarin, pun tidak ia ketahui keberadaannya. Terakhir kali ia ingat membawa Glowy ke kolam bersama, setelah itu ia tidak tahu lagi keberadaan si bebek kuning.

Ia hanya bisa berharap bahwa Glowy tidak dibuang oleh orang yang menemukannya.

Jika tidak salah menebak orang yang menyelamatkannya adalah Sena, nanti Kayela akan mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya pada lelaki itu. Mungkin saja kakak ketiganya itu tahu tentang keberadaan Glowy.

Beberapa saat setelahnya Kayela meraih strip obat yang diberikan dokter sebelumnya untuk diminum. Tabletnya tidak besar sehingga bisa melewati kerongkongannya dengan mudah. Kemudian nampan kembali ia taruh di atas nakas dan dirinya sendiri kembali ke tempat tidur. Tidak langsung membaringkan diri, ia akan menunggu sampai makanan benar-benar tercerna di dalam perutnya.

[]

The Light, Its Dark, and HopeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora