Alya yang sadar di mana arah mata Celvin, langsung saja menutup bibirnya dengan telapak tangannya sebelum hal-hal yang tidak ia inginkan terjadi.

"Izin, mau rasain bentar. Boleh?" Tatap Celvin dengan suara lembutnya, meminta izin pada Alya yang masih menutup bibirnya dengan telapak tangan nya sendiri.

Menggeleng adalah jawaban Alya. Tidak akan ia biarkan bibirnya di rasakan lagi oleh siapapun, cukup Cleo. Tidak boleh ada lagi yang merasakan nya kecuali suaminya kelak.

"Oke, kalo gitu. Bagian leher aja gimana?" Tawar Celvin mulai mendekatkan wajahnya pada ceruk leher Alya, yang di mana Alya dengan sigap menahan wajah Celvin dengan telapak tangan nya.

"Gak boleh!!"

"Bibir atau leher?" Tanya Celvin dengan tatapan dalamnya yang seakan tatapan itu bisa menenggelamkan Alya.

Menggeleng dengan tatapan melotot nya. "Gak boleh keduanya."

Terkekeh ringan, Celvin mengacak surai gadisnya gemas. "Hm, lain kali aja kalo gitu" ucap Celvin mulai menurunkan tubuh Alya dari atas meja.

"Ini sikat gigi siapa yang pink?" Tanya Alya mengambil sikat gigi yang niatnya tadi akan ia pakai, untuk menggosok giginya.

"Punya kamu"

"Oh, sejak kapan ada di sini?"

"Udah satu tahun"

Membulatkan matanya lebar. Satu tahun? Selama itu? Dan sikat gigi ini masih terbungkus rapi?

"Wow! Apa cuman di sini?"

"Di kamar Cleo, Devan sama Varren juga ada. Punya kamu yang emang kita simpan"

Jadi maksudnya. Mereka benar-benar memperhatikan Alya selama itu? Bahkan sikat giginya sudah di sediakan sejak satu tahun? Alya tidak menyangka. Ini seperti sesuatu yang Alya baca, obsesi. Jika Alya tidak kabur dari ke empat pria ini, maka ia akan di jadikan tawanan oleh mereka selamanya.

Hening. karna masing-masing dari mereka mulai menyikat gigi mereka, hingga Alya sudah selesai dengan kegiatan nya.

Menatap Celvin yang juga sudah selesai dengan aktifitasnya. Alya mulai membuka suara. "Apa kalian akan berangkat sekolah?" Tanya Alya memastikan jika ke empat pria ini akan pergi, dan dengan begitu Alya bisa bebas mencari peta tentang hutan ini.

"Hm, kenapa?"

"Tidak. Apa aku juga ikut sekolah?" Tanya Alya dengan tatapan berharapnya, agar ia bisa di ajak juga ke sekolah.

"Hm, setelah satu Minggu. Kalo kamu nurut, kami akan mengajakmu kembali ke sekolah lagi" usap Celvin yang mulai menghitung tubuh Alya untuk keluar dari kamar mandi.

Menghela nafas sejenak. Alya mulai berjalan ke arah pintu kamar Celvin untuk pergi ke dapur, karna sungguh ia sangat lapar saat ini.

Membuka pintu, di mana di samping kanan dan kiri pintu terdapat dua orang pria berbadan kekar. Alya memilih acuh dan hendak berjalan untuk menuruni tangga, sebelum tangan nya di tarik oleh seseorang dari belakang.

"Kenapa pakaian mu seperti ini? Mau pamer hm?" Bisik suara dingin milik Cleo dengan jaket kebanggan nya yang mulai ia lepas untuk menutupi baju transparan gadisnya.

Obsesi Devil'sWhere stories live. Discover now