11. Like crazy

11.1K 490 3
                                    

🔞 (kyknya?)









***











Delvin sudah beberapa kali berciuman dengan perempuan di sekolahnya.

Tapi Dirandra berbeda.

Perempuan itu jarang memakai liptint atau benda sejenisnya yang membuat bibir lebih berwarna. Jadi saat mereka berciuman Delvin tidak pernah terganggu dengan rasa pahit manis dari perasa liptint itu sendiri.

Dan bibir Dirandra murni memiliki rasa manis. Atau mungkin itu hanya ilusi Delvin yang mulai kecanduan dengan bibir tersebut.

"Delvin? Dirandra?" Terdengar suara Ranya disusul ketukan pintu yang pelan.

Delvin menjauhkan bibirnya sedikit dari Dirandra lantas menjawab panggilan itu. "Ya, Nya?"

"Kalian masih lama?"

"Seb—mmh..." Delvin melenguh ketika merasakan elusan diluar celananya.

Shit.

Kenapa Dirandra jago sekali membuatnya turn on? Padahal sebelumnya Delvin tidak pernah langsung tegang hanya karna sebuah french kiss.

"Ssh Dir!" Delvin kehilangan tumpuan pada tangannya ketika tangan Dirandra bergerak semakin liar. Cowok itu menelusupkan wajahnya di perpotongan leher Dirandra, berusaha meredam suaranya sendiri. "Eumh..."

"Delvin?" Ulang Ranya lagi dari luar. "Lo gakpapa?"

Delvin meremas seprai di dekat kepala Dirandra. Menelan salivanya susah payah sebelum menjawab. "I-iya Nya..."

Dirandra tersenyum tipis. Merasakan benda dibalik celana itu semakin keras dan membesar.

"Kalian masih lama?"

"Bentar lagi Nya..."

"Oh, oke kalo gitu."

Suara Ranya yang sudah tidak terdengar lagi sontak membuat Delvin langsung menghela nafas lega. Cowok itu kembali menyesap bibir dibawahnya dengan cepat. Melesakan lidahnya kedalam mulut Dirandra yang langsung dibalas dengan lumatan oleh perempuan itu. Ciuman Delvin bergerak turun ke leher Dirandra. Memberinya jejak merah di dekat tulang selangkanya sementara lengannya menelusup kebalik kaos Dirandra.

Tapi baru saja Delvin menemukan bra yang menutupi payudara itu, Dirandra langsung berhenti menggerakan tangan dibawahnya dan menahan lengan Delvin.

Delvin mengernyitkan kening dan menggeram protes. "Apalagi? Gue udah keras banget Dir."

Dirandra terkekeh mendengarnya. "Ranya udah lama nunggu diluar."

"Ya terus???" Delvin bertanya tak sabar. "Lo sendiri yang bilang buat ngebiarin dia tadi."

Dirandra tersenyum dengan manis kemudian mengusap pipi Delvin lembut. "Kayaknya gue berubah pikiran deh sekarang."

Delvin menggeram kesal. "You play me...!"

Dirandra tidak mengindahkan protesan cowok itu dan malah buru-buru menyingkirkan Delvin dari atas tubuhnya sebelum bangkit dari kasur.

"Lo main pake sabun dulu aja oke?"

"Dir, lo seri—DIRANDRA!" Delvin melotot nyalang ketika Dirandra benar-benar meninggalkannya di kamar sendirian.

"Anjing."




***




"Delvin mana Dir?" Ranya langsung berdiri ketika melihat Dirandra keluar kamar Delvin.

Perempuan itu mengernyit bingung ketika tidak kunjung mendapati Delvin.

Dirandra tidak langsung menjawab dan malah menyodorkan payung serta sebuah jaket pada Ranya. Membuat perempuan itu semakin mengernyit bingung.

"Delvin lagi sakit perut dan bakal lama di WC. Ini dari dia. Delvin bilang lo boleh pake payung sama jaketnya buat lo pulang ke rumah." Dirandra tersenyum manis. "Atau lo mau gue pesenin ojek online sekalian?"

Ranya terdiam menatap tanda kemerahan di leher Dirandra dengan ekspresi sulit dibaca.

"Bentar ya, gue ambil hp gue dulu buat pesenin lo oj—"

"Gak perlu. Gue bisa pulang sendiri." Jawab Ranya cepat.

"Lo yakin? Diluar masih hujan loh. Meski udah reda dan cuma sisa gerimis sih. Tapi emang kayaknya lebih bagus kalau lo pulang cepet deh. Soalnya takut kemaleman. Nanti banyak begal. Iya kan?"

Ranya tidak menjawab tapi menerima benda yang disodorkan Dirandra itu dengan sorot mata penuh kebencian.

Tapi Dirandra sama sekali tidak mempedulikannya dan buru-buru mengantar Ranya keluar pintu apartemen.

"Bye Nya! Sampai ketemu di sekolah!"

Dan pintu apartemen ditutup tepat ketika Delvin keluar dari kamarnya. Cowok itu mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan bingung.

"Loh Ranya mana?"

"Balik. Katanya udah dijemput bokapnya."


***



Delvin mengambil sekaleng soda yang dibelinya melalui mesin minuman. Disebelahnya ada Ranya, sedang mengintilinya seperti anak ayam pada induknya. Padahal Ranya biasanya hanya mengikuti Delvin saat cowok itu latihan basket. Tapi sekarang perempuan itu benar-benar menempelinya setiap ada kesempatan. Membuat orang-orang yang melihat dari luar pasti akan mengira kalau Ranya pacar baru Delvin meski faktanya bukan.

"Vin, gue mau nanya."

"Nanya aja." Delvin menjawab apatis sembari membuka tutup kaleng sodanya.

Hari ini tidak ada jadwal latihan basket jadi cowok itu tidak perlu melewati kelas dan menjalani sekolah seperti biasa.

"Lo sama Dirandra pacaran ya?"

Delvin terbatuk keras sampai air soda yang sudah masuk kedalam mulutnya tersembur keluar. Cowok itu menepuk-nepuk dadanya beberapa kali sampai membuat Ranya menatap panik.

"Eh Vin? Lo gakpapa?!"

"Gue gakpapa." Jawab Delvin meski harus terbatuk beberap kali lagi.

"Sorry Vin, pertanyaan gue terlalu frontal ya?" Tanya Ranya dengan nada menyesal.

Delvin buru-buru menggelengkan kepala. "Nggak. Gakpapa. Tapi gue gak pacaran sama Dirandra. Mana mungkin gue pacaran sama nenek lampir itu."

"Nenek lampir?" Ranya menautkan alis bingung.

"Dirandra emang cantik. Tapi dia galak. Lo tau kan gimana bencinya dia sama gue?"

Ranya mengangguk dengan mata seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Lagian gosip darimana sih itu? Bisa-bisanya ngegosipin gue sama jadian ama ibu tiri cinderella."

Ranya tertawa kecil mendengarnya. "Gak ada yang gosipin kok Vin. Gue cuma nanya aja." Sahut Ranya.

Delvin menyuarakan "Oh..." tanpa suara ketika pandangannya tanpa sengaja melihat sosok familiar yang memasuki UKS di sebrang koridor.

Delvin mengernyit kening bingung. Seseorang yang ternyata seorang perempuan itu berjalan cepat menuju UKS dengan tangan seperti menutupi hidung.

"Delvin, lo liat apa?" Tanya Ranya keheranan.

Delvin mengerjap tersadar tapi dengan tatapan masih terarah pada pintu UKS yang sedikit terbuka.

"Oh? I-itu..." Delvin terdiam sebentar kemudian membuang kaleng sodanya ke tong sampah. "Sorry Nya kayaknya gue ada urusan mendadak."

Dan tanpa menunggu jawaban Ranya, Delvin buru-buru berlari menuju UKS.


***

End GameOù les histoires vivent. Découvrez maintenant