9. Falling down

10.8K 575 4
                                    

"Vin, kamu gakpapa?"

Ranya menyodorkan sebotol air mineral dan memberikannya cowok berbaju basket yang menepikan diri ke tepi lapangan indoor. Melihat wajah Delvin yang pucat dan mengeluarkan banyak keringat sontak membuat perempuan itu berinisiatif mengelap keringat di pelipisnya.

"Hm..." Delvin menjawab seadanya lalu menenggak air yang diberikan hingga tandas separuh.

"Lo gakpapa?" Jefan menghampiri temannya yang sedang duduk di kursi pemain. "Kalo gak sanggup gue bisa minta coach buat ngasih lo break."

Delvin menggeleng cepat. Alfred, coach basketnya itu sangat keras apalagi menjelang tournament nasional. Hanya yang terbaik yang bisa dipilihnya sebagai line up utama. Dan jika Delvin sedikit saja menunjukan kelemahan atau kekurangannya ia bisa didepak kapanpun oleh para pemain cadangan yang berlatih sama kerasnya.

Apalagi posisinya saat ini sebagai Center. Dan menjadi tombak utama untuk mencetak skor.

"Lo sih segala datang telat. Untung coach cuma nyuruh lo push up 100 kali."

Delvin mendelik sengit yang langsung membuat Jefan terkekeh.

Cowok itu berniat membalas ucapan Jefan ketika suara teriakan dan bunyi peluit Coach Alfred langsung membuat Jefan bangkit. Dengan sigap Jefan mengulurkan tangan untuk membantu Delvin berdiri.

"Thanks Nya." Delvin berkata tulus sembari memberikan bekas botol mineral pada Ranya.

Ranya tersenyum lebar dengan pipi bersemu merah. "Sama sama Vin."





"Pass!"

"Vin!" Jefan yang sedang mendribble bola langsung melakukan fast break (operan cepat) pada temannya yang berlari lebih dulu ke area lawan.

Delvin dengan sigap menerima pass Jefan dengan mudah. Sebagai point guard, kemampuan mengoper Jefan sudah tidak bisa diragukan lagi.

Delvin berhasil melewati salah satu pemain lawan dan melakukan jump shoot. Tapi sayang, bola berputar di kerangka ring sebelum akhirnya terjatuh di sisi luarnya.

Delvin berdecak kecewa sedangkan Jefan menepuk bahunya seolah menenangkan.

"Sekali lagi, coba lebih fokus." Saran Jefan yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Delvin.


Permainan kembali berjalan dan bola orange itu sudah kembali berada di tangan Jefan. Kedua cowok itu saling tatap penuh arti sebelum bergerak memasuki front court. Namun lawan yang sudah tahu taktik keduanya langsung menghadang Delvin dengan dua orang sekaligus.

Delvin menggertakan gerahamnya. Jefan berhasil memberinya no look pass tapi sekarang cowok itu kewalahan melawan dua orang sekaligus.

"Delvin pass!" Seruan Jefan membuat Delvin yang sedang melakukan crossover buru-buru melakukan back door lalu mengoper bola kearah Farhan yang dalam posisi free menerima passing.

Otomatis, pandangan lawan teralihkan pada arah bola dan Delvin langsung melewati keduanya dengan cepat.

Tepat ketika ia sudah dalam jarak tembak, Farhan melakukan overhead pass dan membiarkan Delvin melakukan alley-oop. Tapi shooting yang dilakukannya kelewat impulsif sehingga lawan dengan mudah memblocking tembakannya.

Bola otomatis terpental dibawah ring.

Tapi Adrien dengan cepat mengambil bola dan memasukannya kedalam ring. Skor tambahan untuk tim mereka.

Delvin mengelap keringatnya yang jatuh membasahi leher. Nafasnya memburu hebat dan jantungnya berdetak tidak karuan.

"Fokus Delvin fokus! Kamu bilang akan menjadi MVP lagi tahun ini! Tapi bisa-bisanya menyia-nyiakan dua kali kesempatan free shoot. Sekali lagi kamu melakukan kesalahan, nama kamu saya coret dari daftar line up utama!" Suara bentakan coach Alfred membuat atensi Delvin teralihkan.

End Gameजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें