3. Champagne problem

13.8K 591 9
                                    

"Pernikahannya bakal diadain satu bulan lagi secara tertutup. Nanti Mamah yang bakal minta ijin langsung ke pihak sekolah kamu."

"KOK CEPET BANGET MAH?!"

Liliana yang mendengar teriakan anaknya itu berjengit kaget. "Loh? Ngapain lama-lama? Toh ini cuma intimate wedding. Nanti kalau kamu mau yang heboh baru diadain pas lulus."

"Nggak gitu mah maksud Vin." Delvin berdecak kesal. Kemudian menatap Mamahnya dengan lebih serius. "Mah, Mamah serius nyuruh Delvin nikah apa? Delvin masih muda loh. Masih sibuk ngurusin ujian masuk universitas."

"Kalo Mamah gak serius ngapain Mamah repot-repot nelfonin pihak gedung dan catering?" balas Liliana dengan sewot.

Delvin mengusap wajahnya dengan kasar. Agak frustasi juga berbicara dengan ibu-ibu yang keras kepala. "Mah, gimana kalau Delvin kebablasan dan gak sengaja buntingin Dirandra, coba? Dia kan masih sekolah juga mah!"

Liliana menghela nafas panjang lalu gantian menatap serius anaknya. "Vin, Mamah tau kamu sering nonton video dewasa tengah malem ya. Mustahil kamu nggak tau yang namanya kondom."

Delvin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menganga.

"Dan berhenti cari alesan! Keputusan Mamah udah bulet. Jadi jangan coba-coba ngehasut Mamah!" dan dengan ancaman tersebut Liliana meninggalkan anaknya begitu saja.

Sekarang ia tahu darimana sikap frontalnya ini berasal. Pantas saja Liliana dan Rendra berjodoh.

Tapi tunggu, darimana Liliana tahu Delvin sering nonton video 18+ saat malam sementara pintu kamarnya selalu dikunci rapat?

Cowok itu melotot lebar lalu dengan cepat menggeledah setiap sudut kamarnya untuk mencari CCTV tersembunyi.

***

Dirandra menatap sebuah foto berfigura diatas meja kerja itu cukup lama kemudian beralih pada Zevanya yang sedang sibuk mengetik di komputer.

Sebagai seorang Pengacara kondang, ibunya itu kadang bisa lebih sibuk dibanding ayahnya.

"Mom kayaknya deket banget ya sama Tante Liliana?"

Zevanya yang mendengar pertanyaan itu melirik anaknya sekilas sebelum kembali sibuk mengetik di komputer.

"Kita udah kenal sejak SMP. Makanya Mom percaya untuk nikahin kamu sama Delvin di usia muda. Kalau nggak, mana mungkin Mom mau lepasin kamu? Anak perempuan Mom satu-satunya?"

Dirandra mengangguk paham mendengarnya sembari memperhatikan wajah Liliana di foto. Kalau dilihat-lihat lagi, Delvin memiliki fitur wajah yang mirip dengan ibunya. Sama-sama berkulit super putih dengan bulu mata lentik dan alis tebal. Tipikal wajah cowok yang akan dihentikan oleh seorang recruiter dari sebuah agency selebritis.

"Ngomong-ngomong kamu sendiri nggak keberatan dijodohkan dengan Delvin? Papah kamu mungkin mendukung karna bisa memperluas bisnisnya. Tapi Mom nggak akan maksa kamu kalau kamu gak mau."

Dirandra tersenyum menenangkan kali ini. "Gakpapa Mom. Dad udah janji buat biarin Dira milih jurusan kuliah yang Dira mau nanti kalau mau married sama Delvin. Dira gak mau ambil bisnis. Dira mau ambil hukum dan jadi Jaksa."

Zevanya yang mendengarnya ikut tersenyum. "Tapi Mom dengar Delvin itu bukan anak baik-baik loh. Kamu yakin sanggup nanganin dia?"

"Mom, bukannya Mom sendiri yang bilang kalau dulu Mom sendiri yang jinakin Dad sampai berhenti mainin cewek?"

Zevanya tertawa kecil lantas mengangguk paham. "It's okay kalau itu memang keputusan kamu."

Dirandra mengangguk meyakinkan ketika ponselnya bergetar menandakan panggilan masuk dari Morea.

End GameWhere stories live. Discover now