Tingkahnya sangat menggemaskan, sayangnya otakku tidak dapat meresponnya. Di pikiranku hanya terdapat bayangan makanan panas yang terhidang di hadapanku. Mulutku yang sudah lama tidak merasakan aneka ragam makanan, terasa hambar.

Meneguk ludah kasar, aku tidak dapat menahannya lagi. Sontak aku menatapnya memelas.

"Aku lapar, Al, sudah seminggu lebih kita tidak makan," rajukku mendorong dadanya dengan lemah.

Melihatku yang tidak ada bertenaga sama sekali, akhirnya Alex terduduk dan membawaku di pangkuannya. Tatapannya khawatir dan dengan sigap dia menyodorkan bahunya yang sudah dipenuhi bekas gigitan.

"Minumlah darahku, sayang, kau akan bertenaga lagi," ucapnya yang langsung ku balas dengan gelengan. Refleks aku menjaga jarak darinya dengan menjadikan tanganku sebagai pembatas.

Aku sudah sangat bosan meminum darahnya. Kata Alex, cairan itu sebagai pengganti makananku. Memang hasilnya aku tidak merasa lapar, namun tetap saja rasanya tidak enak. Seperti bau besi, aku tidak menyukainya.

"Tidak mau, aku mual," tolakku dengan menutup mulut.

Alex itu keras kepala, dia bisa saja memaksaku untuk meminumnya dibandingkan harus melihatku sakit. Namun, aku tetap kekeuh tidak mau. Darah hanya dapat menunda lapar, bukan berarti aku merasa kenyang.

Alex yang tidak peka malah mengucapkan sesuatu yang membuat darah tinggiku naik. Matanya menatapku terkejut dengan kedua tangan yang berada di kedua pipiku.

"Kau hamil, sayang?" tanyanya dengan senyum lebar yang tercetak jelas di bibirnya.

Apalagi mendengar teriakan Rolf yang terdengar sangat senang di dalam sana. Sudah pasti dia juga salah mengira, tidak manusianya tidak serigalanya, sama-sama tidak peka.

"Asik! Mini Rolf is coming soon! Aku akan memanggilnya Lolf, aumm!" ucap serigala itu sambil mengaum kencang. Bahkan gertakan giginya terdengar kuat, menandakan dia tengah bahagia.

Tidak mau semakin salah paham, spontan aku mencubit pipi Alex, menyadarkan.

"Bukan itu! Aku memang selalu mual setelah meminum darahmu, tidak enak, Al. Mau makanan manusia," melasku dengan bibir mengerucut.

Mataku mengedip-ngedip, memohonnya agar dituruti. Membayangkan di hadapanku sudah ada mie instan yang biasa ku makan, terasa sangat nikmat. Ditambah lagi dengan telur mata sapi di atasnya.

Namun sayang, Alex tetap menggeleng, tidak mengizinkanku.

Pelukannya kian erat hingga wajahnya bersembunyi di ceruk leherku. Dia menghirupnya dengan rakus di sana seakan ingin mengambil semua pasokan oksigenku.

"Tidak! Nanti kalau keluar kamar, Natalie bakal balik sombong, tidak mau disentuh Alex," lirihnya dengan sedih.

Ucapannya memang tidak salah, aku malas bermain di luar kamar. Bagaimana tidak jika Alex selalu menidurkanku di lantai atau meja dapur, alhasil punggungku sakit setelahnya. Karena itu aku selalu menolaknya.

Lagipula rasanya aneh melakukan hal tersebut di siang hari, aku harus mandi dua sampai tiga kali. Terkadang aku memang membatasi keinginannya, kalau ku turuti semua, ku yakin kegiatan ini tidak akan berhenti sampai Alex puas.

Dan selama ini, aku belum pernah melihatnya benar-benar puas, selalu saja menginginkannya lagi dan lagi.

"Habis Alex maunya tiap hari, tiap jam, tiap menit," ucapku dengan mendorong bahunya menjauh. Bisa bahaya jika jarak kami sedekat ini, dia akan mudah mengurungku.

Sebisa mungkin aku harus menghindari skinship terlebih dahulu. Keinginanku sekarang adalah mengisi perut dengan makanan. Aku tidak mau meminum darah pahit itu, titik.

Tidak terima dengan ucapanku, Alex mengerut kesal dan menatapku tajam. Jari telunjuknya mengarah padaku, menuduh.

"Kan Natalie juga mau!" balasnya tidak mau kalah.

"Tapi tidak sebanyak Alex! Punya Alex tuh baperan, disenggol dikit tegang, disentuh dikit minta elus, sebal!" keluhku yang malah membuat senyumnya melebar. Tawa renyah keluar dari bibirnya dan dengan gemas dia mengelus-elus rambutku.

Padahal aku sedang serius.

Sontak mataku menatapnya tajam dengan tangan yang bersedekap di dada. Aku hanya mengeluarkan isi hatiku sejujur-jujurnya, bukan sedang melawak.

Memang benar, milik Alex gampang berdiri. Aku diam saja, dia sudah meminta pertanggung jawaban. Dan akhirnya, kami melakukannya terus menerus. Sialnya lagi, hal itu bukan hanya terjadi sekali dua kali.

Sebelah alis Alex naik dan menatapku dengan menyeringai. Matanya sayu dan kurasakan miliknya dibawah sana yang menekanku.

Sepertinya aku salah sudah mengungkit-ngungkit kemaluannya, aku lupa jika otak Alex mudah sekali terpancing. Pikirannya saja kini sudah penuh dengan hal dewasa yang ingin dilakukannya.

"Ayang kalau marah gini tambah sexy deh, Alex suka," pujinya yang membuat tubuhku menegang, merasa was-was dengan tindakannya yang sudah siap menyentuhku. Tangannya yang berada di bahuku mulai turun menelusuri punggungku dengan perlahan.

Hingga tidak lama, sampai di bawah pinggulku, itu adalah tempat yang berbahaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hingga tidak lama, sampai di bawah pinggulku, itu adalah tempat yang berbahaya. Apalagi tangannya sudah masuk ke dalam pakaianku.

Tidak, aku tidak mau. Sekali melakukannya, aku akan terus terjebak semalaman penuh. Saat ini aku sedang bernafsu makan, bukannya ingin bercinta lagi.

Alex benar-benar menyebalkan, sepertinya semua nafsu sama saja baginya.

Namun, entah apa yang merasuki Alex tiba-tiba saja dia mengangguk, menyetujui permintaanku sebelumnya. Refleks mataku menatapnya berharap, tidak sabar untuk makan.

"Aku akan memberikanmu eskrim, bagaimana?" tanyanya yang membuatku langsung mengangguk dengan semangat.

Membayangkan es dingin itu berada di mulutku di tengah panasnya hari ini, terasa sangat nikmat. Apapun selain darah dan cairan Alex, aku menginginkannya.

Menjilat bibir tidak sabar, aku berniat berdiri dari pangkuan Alex. Namun anehnya, dengan cepat pula, dia menahan tubuhku. Lidahnya menjilat telingaku dan menggigitnya dengan gairah. Keningku mengerut bingung dibuatnya.

Bukannya kita mau makan? Kenapa masih berada di sini?

Menatap matanya yang sayu, sepertinya aku yang bodoh karena sudah salah mempercayainya. Tentu saja tidak mungkin semudah itu Alex menurutiku. Secepat kilat kesenanganku dihempaskan begitu saja olehnya.

"Tapi eskrimnya ku baluri ke milikku, ya? Kau jilatnya dari sana, cantik. Aku akan mengambilnya, kau jangan kemana-mana!"

------------

ADA ADA AJEEE PIKIRAN LU LEX, KASIAN ANAK ORG KELAPERAN🌝

SIAPA YG MAU GANTIIN? BOLEHH! GUE COD IN YAH😇😇

JANGAN LUPA VOTE COMMENTSS BIAR GUE CEPET UPDATE

KLOO PADA GA KOMEN, GUE NGAMBEK EHEHHE

100 KOMEN DULU GA SIEE🥺🥺

LOVE YOUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now