43. Perjalanan Jauh Untukmu

Mulai dari awal
                                    

Anora, gadis itu berada di sana. Bersembunyi di balik rimbunan tanaman cabai. Saat Raka mencoba mendekatinya tampak dirinya tengah mencabut rumput liar di sekitar tanaman tersebut. Belum juga dua langkah Raka mendekat, gadis itu sudah menangkap keberadaannya segera.

Ia tampak terkejut dan segera berdiri melihatnya yang begitu jelas di hadapannya saat ini.

"K—kamu?"

"Hai."

Yang bisa dilakukan Raka hanyalah tersenyum menyapanya dan Anora yang tampak terkejut seolah melihat keberadaan hantu di pagi ini.

"Ngapain ke sini?"

"Ya... liburan."

"Kamu sendirian?"

"Violet ada di sana lagi main ayunan."

Bayangan seminggu lalu dimana malam terakhir mereka bertemu di dalam mobil itu. Anora tak bisa menyingkirkan sediki pun pikiran itu, ia masih mengingat dengan jelas suaranya, ekspresinya dan genggaman tangannya. Raka yang melamarnya di sana dan membuat dirinya selalu kepikiran semenjak pulang ke rumah.

Raka berdeham lebih dulu menghilangkan sedikit canggung karena Anora tampak enggan menatapnya saat ini.

"Kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya pria ini.

"Emang kenapa?" tanya Anora balik tanpa sedikit pun menoleh padanya.

"Mau aku bantu?" Raka menawarkan diri untuk membantunya. Karena dirasa tak ada kerjaan dan suasana semakin canggung, Anora pun mengizinkannya.

Tugas pria ini adalah memetik buah cabai yang telah merah. Anora mengambil lebih dulu keranjang untuk diberikan ke dirinya. Kini kembali lagi mereka berdua larut dalam keheningan yang hanya ditemani suara petikan dan semilir angin pagi.

"Kenapa kamu ke sini?" buka Anora.

"Aku kan liburan," balas Raka.

"Ke tempat ini. Rumahku. Kamu gak liburan ke tempat lain apa?"

"Sebenarnya... aku suka tempat ini pas pertama kali datang ke sini. Suasananya enak, sejuk, tenang, beda dari tempat lain. Aku kayaknya bakal bahagia bisa ke sini terus."

"..."

"Bukannya aku emang bakal ke sini terus ya nanti."

Tak butuh waktu lama untuk Anora mengerti apa yang diucapkan oleh pria itu. Raka tiba-tiba berlutut di hadapannya dan membuat Anora seketika panik melihatnya.

"Jangan!—"

"Sebentar aja, Anora, aku mohon!"

"Aku juga mohon jangan lakuin itu!"

Belum sempat berucap lagi, Raka langsung menarik tangannya untuk ia genggam dan menunjukkan keyakinannya untuk berkata sesuatu. Mengenai pembicaraan mereka yang tertunda dulu.

"Ra, aku gak bakal nyerah buat ngejar kamu. Aku udah kehilangan kamu dulunya dan jangan sampai aku kehilangan lagi. Aku mohon... sekali lagi."

Mendadak Anora sedikit sulit bernapas saat ini san jantungnya berdegup cepat. Ia tak berani menatap Raka dan hanya bisa melihat bagaimana eratnya genggaman tangan pria itu pada tangannya.

"Aku ingin kamu untuk sisa-sisa hidup aku, untuk Violet dan untuk semua impian yang ingin aku wujudin bersama kamu. Atau juga impian kamu yang belum terwujud, aku ingin jadi orang pertama yang melihat itu terwujud untuk kamu. Anora... aku ingin kamu jadi tempat istirahat aku, setelah pencarian panjang aku selama ini. Jadi yang terakhir karena dari awal, dari pertama kali aku lihat kamu di ruang kelas, aku udah jatuh untuk kamu."

butterfly disaster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang