17 - A Lovely Maiden's Love

2 0 0
                                    

Awalnya, Hana tertarik pada teman sekelasnya yang bernama Arthur Lenoir murni karena penasaran. Seperti para gadis lainnya, untuk standarnya, Arthur itu benar-benar tampan. Setelah menghabiskan waktu beberapa minggu di kelas, Hana menambahkan poin plus untuk Arthur; dia benar-benar orang yang baik dan ramah! Bahkan, beberapa kali Arthur membantunya piket meskipun itu bukan giliran piketnya. Bagaimana bisa Hana tidak menyukainya?

Satu hal yang sangat disayangkan adalah bahwa Arthur telah berkencan dengan sahabatnya, Lilian.

Hubungan keduanya telah berjalan selama kurang lebih dua bulan. Lilian menyatakan perasaannya pada Arthur pada bulan kedua sejak tahun ajaran baru dimulai—benar-benar cepat. Kata Lilian, itu adalah cinta pada pandangan pertama. Terlebih, Lilian tidak ingin kalah cepat dengan gadis-gadis lain yang juga sama-sama menyukai Arthur. Sebagai sahabat yang baik, tentu saja Hana mendukung sahabatnya. Dia bahkan ikut senang saat Arthur menerima sahabatnya dan kini keduanya telah menjalin hubungan selama dua bulan lamanya.

Tetapi, dia semakin jarang menghabiskan waktu dengan Lilian.

Sejak berkencan dengan Arthur, Lilian lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Arthur. Memang, dia masih bisa berkirim pesan dan jalan-jalan, namun jauh lebih jarang dibandingkan ketika Lilian masih belum berkencan dengan Arthur.

Hana kesepian, sekaligus iri.

"Hana? Hei."

Hana menoleh, mendapati Leila berdiri di samping mejanya dengan kotak bekal berwarna hijau di tangan. Gadis itu tersenyum, "Mau makan siang bersama?"

Hana membalas dengan senyum dan mengangguk, "Boleh." Diambilnya kotak bekal dari laci meja, lalu mengikuti Leila menuju sekumpulan siswa lain yang telah duduk di salah satu meja yang telah digabung dengan meja lain agar cukup untuk empat orang makan siang bersama. Ketika Hana duduk di salah satu kursi yang kosong, kedatangannya disambut dengan sorakan gembira, "Hana bergabung lagi dengan kita setelah sekian lama!"

"Selamat datang kembali, Hana!"

Buru-buru Leila menyuruh kedua temannya untuk diam, yang langsung ditanggapi dengan kedua orang itu yang menutup mulut. "Maaf, Hana," kata Leila sekaligus mewakili kedua temannya. Ucapan maafnya diikuti oleh kedua orang yang lain.

"Tidak apa-apa," kata Hana, "Aku juga sudah lama tidak menghabiskan waktu dengan kalian. Maaf."

"Aw, Hana begitu baik dan manis. Aku menyayangimu."

Kalimat itu ditanggapi dengan tawa ringan oleh Hana.

"Bicara soal itu, Hana," Leila membuka percakapan lagi kemudian, "apakah tidak apa-apa kau bergabung dengan kami? Bagaimana dengan Lilian?" tanyanya, lalu menoleh ke arah meja Lilian, namun tidak menemukan seorangpun di sana. Menyadari bahwa dia baru saja menanyakan sesuatu yang salah, Leila buru-buru meminta maaf lagi.

"Tidak apa-apa," kata Hana.

"Maaf, apakah kalian sedang bertengkar?" tanya Leila, kali ini suaranya dipelankan agar siswa lain yang berada di kelas tidak mendengar percakapan mereka. Siapa tahu ini topik sensitif untuk Hana.

Jawaban Hana adalah gelengan kepala. Kemudian, dia teringat bahwa Lilian selalu makan siang dengan Arthur setelah keduanya resmi berkencan. "Kami hanya—uh ..." Hana mencari kata-kata yang tepat, "Mungkin, bisa dibilang, sedang sibuk dengan urusan kami masing-masing. Begitu."

Tiga orang lainnya mengangguk mengerti. Ya, tentu saja. Lilian pasti sibuk dengan Arthur.

"Tapi, Hana," Nana, yang sedari tadi terlihat gatal ingin mengatakan sesuatu, akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "apakah benar kalau Arthur dan Lilian ... berkencan?"

The FallenHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin