10 - Even the Moon has Its Dark Side

2 0 0
                                    

Pasca kejadian rencana masa depan itu, sejujurnya, Rey tidak bisa untuk tidak memikirkannya barang sehari. Dia menyadari fakta bahwa ujian akhir semakin dekat, dan itu berarti ujian seleksi masuk universitas juga semakin dekat. Mau tidak mau, dia harus segera menentukan ke mana dia akan melanjutkan pendidikannya—baik itu program studi maupun universitas tempat dia akan menimba ilmu. Rey tidak terlalu ambil pusing dengan universitas, yang menjadi masalah adalah program studinya.

Keinginan egoisnya adalah dia ingin mengambil jurusan seni, tetapi orangtuanya berkata lain. Ayahnya menolak jurusan yang ingin dia pilih dengan alasan bahwa dirinya tidak memiliki argumen kuat yang menjadi alasan untuknya mengambil jurusan seni. Katanya, "Kau tidak bisa memilihnya hanya karena kau suka."

Mengingatnya hanya membuat tangannya gatal untuk membanting meja. Tapi, tidak. Set catur yang ada di atas meja terlalu berharga untuk dirusak—meskipun dia bisa membelinya lagi jika dia mau. Tapi, tidak.

Waktu yang dia miliki di malam hari kini dibaginya untuk memikirkan rencana masa depan, rencana hidup Hana, dan tentu saja, belajar untuk ujian akhir dan ujian seleksi universitas. Karena itu, waktu tidurnya berkurang drastis dan itu membuatnya semakin sering tertidur di sekolah; entah di kelas ataupun di ruang kesehatan.

Rey tahu, Seth telah menyadari kegiatan yang dia lakukan setiap malam karena sejak itu dia tidak lagi menyelinap ke dalam kamar Seth untuk tidur. Tetapi, Seth tidak mengatakan apapun meskipun Rey sering mendapati Seth menatapnya khawatir setiap pagi. Pun setiap Sabtu dan Minggu Seth akan berkata, "Anda bisa tidur lebih lama, Nona. Ini akhir pekan." Ya, khusus hari Sabtu dan Minggu, Rey akan mendapat jam tidur ekstra selama satu jam sebelum kembali berkutat dengan kegiatannya.

Tidak hanya Seth, Arthur juga ikut mengkhawatirkannya. Kini, setiap pagi dia akan membawa satu cup kopi hitam panas untuknya. Terkadang, dia akan membawakan minuman energi. "Tetap makan dan istirahat yang cukup, okay?" pesannya selalu seperti itu.

Mengingatnya membuat Rey tersenyum, bersyukur bahwa masih ada orang yang peduli padanya. Hanya Seth dan Arthur saja cukup, Rey tidak perlu banyak orang. Dia akan ingat untuk memberi kedua orang itu hadiah setelah semua ini selesai. Tiket perjalanan liburan? Voucher all you can eat di salah satu resto terkenal? Rey akan memikirkannya nanti.

Seth dan Arthur sudah memutuskan tujuan mereka entah sejak kapan. Yang jelas, saat sesi konseling dengan wali kelas, tujuan mereka sudah jelas. Terjun ke politik, dan yang satunya ke militer. Rey merasa jadi satu-satunya orang yang tidak memiliki tujuan yang jelas di sini. Meskipun Arthur berkata padanya untuk tidak perlu terburu-buru, tetapi dia tetap tidak ingin merasa 'tertinggal.' Dia harus cepat memutuskan kemana dia akan melangkah.

"Ingin jalan-jalan sejenak?"

Seth bertanya setelah melihat Rey terdiam lama menatap papan catur di hadapannya. Menuang teh panas ke dalam cangkir, Seth melirik Rey sekilas. "Tidak ada salahnya melepas penat sejenak. Bagaimana kalau sekalian mencari camilan sore? Nona juga bisa makan malam di luar kalau mau."

Biasanya Seth akan menyarankan untuk makan malam di rumah. Apa wajahnya dengan jelas menunjukkan bahwa dia terlalu lelah?

Menatap papan catur sekali lagi, Rey beralih kepada Seth dan berkata, "Setelah aku menghabiskan teh ini. Kau mau menemaniku, Seth?"

Seth tersenyum sekilas, "Dengan senang hati, Nona."

Matahari semakin bergeser ke barat ketika mereka menginjakkan kaki di area perbelanjaan. Rey tidak langsung berlari dan menghilang di antara kerumunan seperti biasa; dia menunggu Seth dan berjalan bersama. Pun Rey tidak terlalu banyak bicara. Sekiranya, Seth dapat menebak penyebab dari diamnya Rey, namun dia tidak bertanya. Seth hanya mengikuti ke mana Rey pergi, mengajak Rey berbincang ringan tentang beberapa hal ketika ada sesuatu yang menarik.

The FallenWhere stories live. Discover now