39. Beberapa panggilan

Mulai dari awal
                                    

"Kenapa bisa gitu?"

"Siapa tau kamu ngidam. Mau berbisik selama 24 jam?"

"Memang nya Kazam sanggup?"

"Kenapa saya yang harus di tanyakan kesanggupan nya?"

"Kalo misalnya aku berbisik terus. Kazam bisa bisa ga dengar jelas.."

"Saya kan bisa mendekat. Dan hanya saya yang bisa mendengar nya." Perkataan Azzam membuat Hana cengengesan. Sepertinya candaan nya barusan di mengerti langsung oleh sang suami. Meski sedikit di tanggapi serius.

"Kalau boleh tau, kenapa bisa kamu terlambat mencuci surban nya?" Tanya Azzam cukup penasaran. Tak biasa nya Hana seperti itu. Dan ketika ia mengetahui kejanggalan nya, ia harus mencari tau sebab apabila hal ini terjadi.

Sementara Hana. Perempuan itu terdiam sejenak. Azzam menunggu jawaban saat itu.

"Kalung ku putus."

Azzam membelakkan mata nya terkejut. Alis nya mengerut. "kapan? Dan bagaimana bisa?"

"Sebelum mandi, aku mau lepasin kalung nya. Tapi ngga bisa. Aku coba berkali kali, malah ngga sengaja kalungnya putus. Kazam lagi ada di luar sama Ayah."

"Kemudian?"

"Kalung nya udah putus, ngga bisa di pakai lagi. Dan baru sadar kalau surban nya Kazam belum ku cuci kemarin. Jadi cuci nya baru tadi pagi."

"Mana kalung nya? Biar saya perbaiki."

"Memang nya bisa?"

"Kamu meragukan saya kalau begitu."

Hana menelan air ludah nya sendiri. Ia cengengesan kembali dan berlari kecil ke meja rias untuk mengambil toples kecil yang berisi tali kalung yang terputus. Ia memberikan itu pada Azzam. Azzam membuka tutup toples nya dan melihat semua butiran itu.

"Kazam beneran mau masangin?"

"Insyaallah bisa. Kalau memang benar benar sudah tidak bisa di perbaiki. Saya bawa yang baru."

"Bawa?" Perempuan itu bergumam. Lalu menatap Azzam kembali.

Azzam tersenyum.

••••

Masih di rumah Bunda. Ia tumbuh besar disana. Tentu membuat Hana selalu teringat akan kamar nya yang selalu ia tempati untuk berbagi keluh kesah dan cerita cerita yang ia keluarkan di masa lalu.

Sekedar untuk beberes kamar. Hana menemukan beberapa sampah kecil dan menyatukan nya kedalam kantung plastik hitam berukuran sedang, namun tidak sampai penuh.

Ketika perempuan itu ingin menuju ke pintu kamar untuk segera membuka nya, ia terkejut ketika seseorang membuka nya secara tiba tiba. Ketika terdengar suara salam nya, Hana baru sadar jika itu adalah Bunda.

"Eh, waalaikumussalam. Bunda?"

Hana memiringkan sedikit kepala nya. Bunda membuka lebar pintu itu, bersamaan dengan nya, Hana memperbaiki posisi nya. Bunda melihat Hana sedang memegangi kantung plastik hitam itu.

"Itu? Kamu mau ngapain, nak?"

"Mau buang ini."

"Loh? Kamu ini lagi hamil. Kenapa harus bawa ini?" Bunda berbicara cepat. Hana menggelengkan kepala.

"Ngga apa apa, Bun. Ini ngga berat."

Bunda menatap Hana. Hana ikut menatap nya demikian. Sebelum akhirnya ia menyadari akan kehadiran Bunda yang secara tiba tiba datang ke kamar nya.

GUS AZZAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang