Hatiku khawatir mendengar Alex menghilang, akan tetapi lebih khawatir lagi setelah mengetahui Natasha pun menghilang. Dia belum meninggal, mana mungkin Alvin dan Alden tidak mengetahuinya.

Aku baru ingat jika Alex tidak sempat membakarnya, seorang penyihir hanya akan mati dengan api. Tubuh kami bisa menyatu kembali, walau sudah terbelah sekalipun.

"Mereka hilang bersama, Bri, dan Alex tidak menemuiku sama sekali. D-dia pasti melakukannya lagi dengan Natasha—" lirihku yang terpotong begitu saja dengan jari telunjuk pria itu.

"Ssst, sekarang kita pulang dan istirahatlah dulu. Pikiranmu sedang kacau, Nat," suruh Bryan dengan melajukan mobilnya meninggalkan rumah Alex.

Terpaksa, aku mengangguk dan melihat jendela dengan tidak bernafsu. Padahal tadi aku semangat sekali saat kesini. Namun mengetahui Alex tidak ada di kediamannya, malah membuatku semakin kepikiran.

Tidak mungkin juga aku kembali ke tempat Bryan, barang-barangku sudah tertata rapi di bagasi mobil dan rasanya tidak enak saja harus merepotkan pria itu lagi.

Menggigit bibir dalam, sepertinya aku harus sendirian malam ini.

"Antarkan aku ke apartemen saja, Bri," pintaku yang langsung ditatap tajam olehnya.

Dengan cepat pula Bryan menggeleng, menolak pernyataanku. Mobilnya tetap mengarah ke bukit dan kupingnya seakan tuli mendengar permohonanku.

"Aku butuh waktu sendiri, Bri, please."

Mengcengkram kemudi dengan kuat, akhirnya dia menurutiku. Mobilnya putar balik dan menuju ke kota. Wajahnya mengeras dan tidak ada satu pun kalimat yang terucap dari bibirnya.

Jelas sekali Bryan sedang marah padaku. Biar saja, aku sudah terlalu lelah untuk menghadapinya. Lagipula amarahnya tidak akan bertahan lama, beberapa jam lagi dia pasti sudah menghubungiku.

Jalanan yang tidak macet hanya memerlukan waktu sebentar saja untuk sampai di apartemen. Rasanya aku sudah sangat merindukan tempat ini. Terlalu sering menginap di rumah Alex, aku sampai melupakan kamarku sendiri.

Untungnya Alex yang membayarnya, dia benar-benar menanggung seluruh hidupku. Dari apartemen, biaya kuliah, hingga biaya hidup.

Jangan tanyakan apa balasannya, tentu saja diriku sendiri.

Menggeleng, aku tidak mau memikirkannya lagi. Alex tidak ada di sini dan aku takut kembali merindukannya.

Keluar dari mobil Bryan, aku tersenyum padanya sambil mengucapkan terima kasih. "Aku akan menjemputmu lagi jika kau kesepian, Nat. Call me," ucap Bryan dengan merenggut kesal.

Setelahnya dia benar-benar pergi dari hadapanku.

Dengan tubuh lemas dan tidak bersemangat, aku membawa dua koper di sisi kanan dan kiriku. Pikiranku masih melayang jauh, memikirkan hal buruk apa yang sedang Alex dan Natasha lakukan.

Kalau sampai dugaanku benar, aku tidak akan segan-segan lagi untuk membunuhnya. Enak saja berduaan dengan wanita lain di saat aku ingin memaafkannya.

Baru saja menghidupkan lampu, jantungku berdegup cepat melihat sosok laki-laki yang sedari tadi ku cari-cari. Tubuhnya basah kuyup dan tangannya bersedekap di dada. Jangan lupakan tatapan elangnya yang menatapku tajam.

"A-alex?"

"Lama sekali selingkuhnya! Aku menunggumu dari tadi," rajuknya dengan pipi mengembung.

Berbeda denganku yang masih terpaku di depan pintu, bahkan untuk menggerakkan kaki ku saja rasanya berat sekali. Mataku masih terbelalak dengan mulut menganga lebar.

Melihatku yang masih terdiam, Alex mendekat dan membawaku masuk. Tubuhnya menekanku ke pintu dan mengurungku di sana.

Jaraknya yang dekat sekali membuatku tanpa sadar menelaah wajahnya, meyakinkan diri jika ini bukan sekadar halusinasi.

"Alex, kau disini! Orang-orang mencarimu dan kau hanya diam di apartemenku?!" tanyaku dengan sedikit berteriak. Jariku menunjuk wajahnya dan menoel-noel pipinya.

Dia benar-benar di sini, di hadapanku. Tiba-tiba saja aku merasa sangat gugup dibuatnya.

Tanpa peringatan pula, tangannya menarik pergelangan tanganku dan menatapku lekat. Hidungnya kempas kempis, seakan sedang menikmati wangi tubuhku. Terbukti dari matanya yang terpejam berulang kali.

"Aku juga mencarimu, sayang, dan ternyata kau masih berduaan dengan pria lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku juga mencarimu, sayang, dan ternyata kau masih berduaan dengan pria lain. Menyebalkan, Natalie selingkuh terus," omelnya di telingaku. Nadanya terdengar seperti anak kecil, namun bertolak belakang dengan suara serak yang ia keluarkan.

Entah mengapa hawa di sekitar kami terasa panas, begitu pun dengan kupingku yang kegelian merasakan hangat napasnya.

Namun mengingat Natasha yang ikut menghilang saat Alex tidak ada, pikiranku pun kembali bercabang. Batinku masih mempercayai mereka melakukan sesuatu di belakangku.

Meneguk ludah kasar, aku menatapnya ragu. Takut dengan jawaban yang akan dikeluarkannya.

"Natasha juga menghilang, Al. Apa kau tadi bertemu dengannya?" tanyaku semakin mencicit. Suaraku saja sampai tidak keluar saat menyebutkan namanya.

Mataku melihatnya dengan lekat, menelaah bagaimana ekspresinya langsung berubah terkejut. Dari raut wajahnya saja, aku tahu bahwa dia sedang menyembunyikan sesuatu.

Firasat burukku terasa semakin nyata saat Alex mengangguk, membenarkan pertanyaanku. Helaan napasnya terdengar kasar dan tangannya mengelus pipiku, menenangkan.

"Ya, aku tidak akan berbohong lagi, Nat. Aku ada urusan penting dengan Natasha dan ku harap kau tidak membahasnya lebih lanjut. Aku sudah sangat merindukanmu, cantik."

-----------

TEBAKKK ALEX NGAPAIN SAMA NATASHA?

DANNN ABIS INI ALEX BAKAL NGAPAIN NATALIE? AHAAHHA

YG BENER DAPET PIRING CANTIK

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAA

LOVE YOUUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now