12. Luka tak berdarah.

249 13 0
                                    

Tandai jika ada typo berterbangan! 🙏

.
.
.

"Bagi kebanyakan Orang tua, anak adalah anugrah terindah dari Tuhan yang Maha Kuasa. Tapi tidak bagi orang tua gue, bagi mereka gue adalah  beban dan malapetaka yang tak terhindarkan."

~Arziki Davian Rafisqi.

*****

Di sinilah tempat Saka berada, di dalam ruangan kecil yang penuh dengan bau obat-obatan. Sahabatnya menahan tawanya saat melihat Saka hanya terdiam saat Alesha memarahinya, kini wajah Saka pun mulai muncul ruam merah di bagian pipinya.

"Tangannya!" tegur Alesha saat melihat tangan Saka yang bergerak ingin menggaruk pipinya.

"Gatel Al," ujar Saka sembari menatap Alesha dengan polos.

"Salah siapa?!" kesal Alesha.

"Iya, aku salah."

Saka menunduk pasrah membuat Alesha menghela napas. "Aku masuk kelas dulu, jangan lupa minum obatnya!" pamit Alesha.

Setelah berpamitan dengan sahabat Saka, Alesha pun berlalu pergi ke kelasnya karena bel masuk telah berbunyi. Sementara itu, kelima sahabat Saka tertawa melihat wajah Saka apalagi mengingat Saka yang seperti anak ayam saat dimarahi Alesha.

"Diam!" tegur Saka.

"Jangan lupa minum obatnya Kai," goda Arzi.

"Cuma kita yang bisa lihat tingkah hello kitty ketua geng Dandelios yang terkenal Ibukota," timpal Givan.

"Tan, tolong ambilin hoddie gue di kelas," ujar Saka pada Ratan.

"Siap pak Ketua!" Ratan pun berjalan keluar UKS menuju kelas untuk mengambilkan hoddie milik Saka.

"Sekarang gue cowok paling tampan di sekolah," ujar Givan terkekeh.

"Masih ada gue mas Bulan," ujar Rizwan.

"Lo itu masih kalah jauh sama ketampanan gue es Wawan," balas Givan tak terima.

"Iyain aja biar kelar," ujar Affan membuka suara.

"Betul itu! Dengerin kata kain kaffan,"ujar Givan menyetujui.

Tak lama kemudian Ratan datang sembari membawa minuman serta hoddie milik Saka.

"Gila! Gue kayak artis aja tadi, dikerubungi dikelas,"ujar Ratan setelah memberikan hoddie milik Saka.

"Pada nanyain Saka?" tebak Arzi.

"Gak meleset sedikit pun!"

"Nyawa lo kayaknya ada seribu deh Kai, luka kemarin saja belum sembuh sekarang tambah lagi," ujar Arzi.

"Bukannya yang ngomong juga sama."

Saka tersenyum miring, ia segera mengenakan hoddie miliknya dan mengambil sebuah masker yang tersedia di UKS.

"Cabut! Gue gak betah di ruangan ini," ujar Saka.

Saka menutupi wajahnya dengan masker yang baru saja ia ambil, tak lupa ia memakai tudung hoddienya berlalu pergi. Sedangkan kelima sahabatnya pun ikut beranjak pergi dari dalam ruangan yang penuh bau obat-obatan itu.

Di pertengahan jalan yang sepi, mereka berjalan dengan santainya melewati banyak kelas yang tengah melakukan kegiatan pembelajaran.

"KALIAN BERENAM, MENGAPA MASIH DILUAR KELAS?!"

Teriakan dari arah belakang mengejutkan mereka semua, tak perlu menoleh ke belakang mereka semua pasti kenal dengan suara itu. Tanpa aba-aba mereka pun berlari melarikan diri masing-masing, sedang di belakang mereka seorang guru dengan perut buncit tengah mengejar mereka.

Dandelions  (KAISAKA) Where stories live. Discover now