22- Hujan dan Pelukan

25 4 1
                                    

Pasar malam itu tampak ramai. Sahara berjalan sendirian dengan kamera ditangannya. Dia sesekali memotret sekelilingnya, mulai dari permainan lempar bola, hingga ke kincir angin besar.

Sahara sering kesini bersama Ayahnya dulu. Hampir setiap akhir pekan. Saat Ayahnya tidak sibuk bekerja. Sahara berjalan menuju tempat penjual permen kapas kesukaannya.

Setelah membeli permen kapas, Sahara berjalan menuju kincir angin besar yang berada ditengah pasar malam. Biasanya dia takut jika harus naik sendirian, namun kali ini Sahara merasa harus mengatasi rasa takutnya.

Sahara naik ke kincir angin dan duduk di bangku sebelah kanan. Saat penjaga kincir angin akan menutup pintu seseorang menyela dan masuk kedalam bilik kincir angin yang sudah ditempati Sahara. Gadis itu terkejut melihat lelaki yang tiba-tiba saja duduk dihadapannya. Penjaga kincir angin pun menutup bilik milik Sahara dan menjalankan kincir angin. Sedangkan Sahara? Gadis itu masih terkejut mendapati siapa didepannya.

"Hai Ra." Ucap Lelaki itu.

"Lo ngapain disini?"

"Pengen naik kincir angin."

"Ya kenapa harus naik disini? kan disebelah ini bisa?" Tanya Sahara

"Biar gratis." Ucap Lelaki itu.

Sahara tidak lagi menanyakan apapun, dia hanya diam dan menatap pemandangan.

Lelaki itu menatap wajah Sahara lekat. Lama sekali dia tidak bertemu dengan Sahara.

"Cantik ya Ra."

"Iya cantik, pemandangannya kan?" Tanya Sahara

"Nggak, lo." Ucap lelaki itu.

"Tau sih gue cantik." Ucap Sahara.

"Ra, kalo gue bilang gue suka sama lo?"

"Yang bener aja? lo udah punya pacar gila!" Ucap Sahara

"Gue bisa mutusin Hyera, gue gak ngerasain hal yang sama kayak dulu pas sama Hyera. Gue selalu kangen sama lo." Ucap Zelio.

Ya, lelaki itu adalah Zelio. Zelio berada di pasar malam ini atas paksaan Hyera. Gadis itu merengek minta ditemani, namun saat Zelio melihat Sahara, dia langsung saja pergi meninggalkan Hyera dan naik ke kincir angin. Zelio memang merasa tidak nyaman berada disamping Hyera, saat mengetahui sifat asli Hyera yang terlalu overprotective, bahkan hingga ke teman-teman Zelio. Dan Zelio pun merasa bahwa dia sudah jatuh pada pesona Sahara. Karena setiap kali bersama dengan Hyera, dia selalu memikirkan Sahara.

"Lo gausah ngelakuin hal gila! mungkin lo cuma lagi bingung aja, lagian lo lupa lo bela-belain minta diajarin bahasa demi bisa diterima jadi pacarnya Hyera??" Ucap Sahara.

"But you make my heart change." Ucap Zelio.

"Hati lo berubah segampang itu? Lo gak mikir perasaan Hyera?" Tanya Sahara

"Hampir setahun gue bareng lo Ra, setiap hari ketemu sama lo, setiap hari ketawa sama lo. Gue hampir tau semua kesukaan lo Ra. Lo suka red velvet cake, lo suka main gitar sambil nyanyi, lo suka motret pake kamera kesayangan lo, lo suka dengerin lagu NIKI dan Taylor Swift. Dan gue suka lo Ra." Ucap Zelio

"Tau semua tentang gue gak berarti lo suka sama gue Lio." Ucap Sahara

"Gue harus apa biar lo yakin kalo gue suka sama lo?" Tanya Zelio

"Yakinin diri lo sendiri, lo suka sama gue atau lo hanya terbiasa sama keberadaan gue." Ucap Sahara

"Karena menurut gue lo cuma merasa kehilangan karena biasanya gue ada di cerita setiap hari lo." Ucap Sahara lagi.

Zelio tidak berkata apapun lagi. Dia diam sejenak.

"Boleh gue meluk lo?" Tanya Zelio.

Sahara belum sempat menjawab, Zelio langsung memeluk Sahara.

"Gue kangen lo Ra." Bisik Zelio.

Kincir angin berhenti, Zelio melepaskan pelukannya. Saat turun, Zelio turun lebih dahulu diikuti oleh Sahara. Hyera mendorong Zelio menyingkir dan tangannya terangkat hendak menampar Sahara. Namun tangan Sahara lebih cepat menahan tangan Hyera dan menghempaskannya kasar.

"Lo gausah kegatelan sama cowok orang." Ucap Hyera dengan nada meninggi.

"Gue ga kegatelan aja cowok lo ngejar gue, gimana kalo kegatelan? Bokap lo juga ngikut?"

"Pantes ya gapunya etika, orang tua aja ga punya." Ucap Hyera.

Sahara menampar wajah Hyera.

"Lo gak tau apapun tentang orang tua gue. So shut your f*cking mouth." Ucap Sahara emosi.

Zelio menarik tangan Hyera menjauh dari Sahara. Dia berbalik dan berkata tanpa suara.

"Maaf Ra." Ucap Zelio tanpa suara.

Mata Sahara memanas, banyak pasang mata yang menatapnya sekarang. Dia berjalan meninggalkan pasar malam. Langit seakan paham keadaannya, Hujan deras turun begitu saja. Semua orang berlari mencari tempat berteduh, namun Sahara? dia tidak mencari tempat yang tak pernah ada. Kata orang, orang tua itu tempat berteduh. Namun Sahara tidak memiliki orang tua, lantas dimanakah Sahara bisa berteduh?

Gadis itu berjalan dengan Hujan yang menjamah tubuhnya. Hujan malam ini sangat dingin. Namun dingin air hujan itu menenangkan Sahara.

Cahaya lampu kendaraan menyilaukan mata Sahara. Tiba-tiba saja seseorang datang dan membawa Sahara ke pelukannya. Pelukan itu hangat, bahkan ditengah dinginnya Hujan dan Angin malam. Sahara menangis malam itu, dia melepaskan segalanya di pelukan orang yang tak dia ketahui. Tangisan Sahara malam itu sangat pilu. Bahu gadis itu bergetar. Lelaki yang memeluk Sahara itu mengelus rambut Sahara yang kini basah.

Sahara duduk di halte, dia tidak mungkin pulang dengan keadaan sekacau ini, sudah cukup Fathan dan Athan khawatir padanya saat dia pulang basah kuyup 2 tahun yang lalu.

Lelaki disamping Sahara memberikan ikat rambut pada Sahara. Sahara menatap lelaki itu sejenak, mengapa dari sekian banyaknya orang, Sahara harus menangis di pelukan lelaki disampingnya ini? Kenapa harus dia yang datang saat Sahara benar-benar hancur? Dia bahkan bukan seseorang yang pernah Sahara bayangkan akan melihat Sahara begitu terpuruk.

Sahara meraih ikat rambut dan menguncir rambutnya. Lelaki itupun memberikan tisu pada Sahara.

"Maskara lo luntur." Ucap Lelaki itu.

Sahara menutup wajahnya dan menggeser tubuhnya membelakangi lelaki itu. Dia menghapus tinta maskara yang menyebar hingga pipinya.

"Lo mau balik ke rumah?"

"Dengan keadaan kaya gini? Gak deh." Ucap Sahara

"Terus mau kemana?"

Sahara berpikir sejenak, jika harus kerumah Putri pasti membutuhkan waktu yang lama, pakaian Sahara bisa kering di jalan. Apalagi jika kerumah Oma nya di Bogor. Sahara menatap lelaki di sebelahnya sejenak.

"Lo punya hoodie ga kak?"

"Punya, emang kenapa?"

"Yaudah Ayo." Ucap Sahara

"Kemana?"

"Rumah lo." Ucap Sahara santai.

"Kok rumah gue?"

"Ya masa rumah gue?" Tanya Sahara.

Lelaki itu pasrah dan berjalan kearah mobilnya, tak membutuhkan waktu lama mereka sampai dirumah besar berwarna biru pastel itu. Lelaki itu membuka pintu rumahnya dan berjalan memasuki ruang tengah, namun saat menengok kebelakang, Sahara masih mematung didepan pintu.

"Kenapa ga masuk?" Tanya lelaki itu.

"Basah. Airnya netes." Ucap Sahara

"Ya terus mau digendong?"

"Ya nggak lah."

"Yaudah disitu aja sampe bajunya kering, baru masuk."

"Ih kak!" Ucap Sahara yang kemudian melangkah masuk mengekori lelaki itu.

<><><>

SAHARAWhere stories live. Discover now