Mungkin kalau aku tidak datang, Alex akan tetap bersama Natasha dan melanjutkan apa yang mereka lakukan.

Atau mungkin, memang seharusnya aku tidak datang.

Meneguk ludah kasar, aku mencoba memberanikan diri menatap matanya yang sayu itu. Dulu tampak sangat menawan hingga aku merasa ingin memberikan segalanya. Sekarang terasa seperti hal yang bodoh.

"Untuk apa, Al? Kau yang mengusirku duluan! Dan semua tentang dress merah itu benar, kan. Kau bernafsu pada semua wanita yang mengenakannya, bukan hanya padaku," ungkapku dengan suara yang sangat kecil.

Banyak pikiran buruk yang bersemayam di otakku sekarang, rasanya percuma saja seminggu ini aku memikirkannya. Pada kenyataannya, Alex malah asik bersenang-senang dengan wanita lain.

Yang membuatku sangat sakit adalah kemungkinan bahwa Alex tidak merasa kehilanganku. Sudah pasti aku tidak ada apa-apanya dibandingkan wanita-wanitanya di ranjang.

Menunduk, aku ingin cepat-cepat pergi dari sini dan kembali menumpahkan air mataku. Dimanapun, tanpa ada Alex di sekelilingku.

"Ayo pergi, Bri—" ajakku yang terpotong dengan ucapan Alex. Nada suaranya terdengar marah dan tangannya dengan cepat menarikku ke pelukannya.

Mulutku menganga, merasakan tubuhku yang ikut dipenuhi darah. Badanku sampai merinding merasa jijik dengan diriku sendiri.

"Natalie! Kau tidak boleh pergi dengan pria lain! Wanitaku hanya kau, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Natalie! Kau tidak boleh pergi dengan pria lain! Wanitaku hanya kau, sayang. Dan aku sudah membunuh Natasha, tidak akan ada yang mengganggu kita lagi," bisiknya di telingaku dengan tangannya yang mengerat, tidak ingin melepaskan pelukannya.

Tubuhku sudah lemas dengan banyak darah yang membanjiri kami, sampai-sampai aku tidak bisa melepaskan cengkramannnya.

Yang bisa ku lakukan saat ini adalah menatap memohon pada Bryan, meminta pertolongan. Anehnya, pria itu hanya diam di tempat dengan wajah yang mengeras. Entah karena alasan apa dia menahan amarahnya, padahal jelas sekali dari raut wajahnya.

Alex tidak seperti orang yang ku kenal, tidak lagi terlihat menggemaskan dan imut seperti saat pertama kali bertemu. Saat ini hanya ketakutan yang memenuhi pikiranku.

Apalagi mendengar ucapannya yang tidak ada rasa bersalah sama sekali. Aku saja sampai speechless mengetahuinya. Sebenci-bencinya aku dengan Natasha, tidak ada setitik pikiranku untuk melenyapkannya.

"K-kau membunuhnya?" tanyaku memastikan dengan suara yang terbata-bata.

"Iya, semua orang yang membuatmu sedih, harus mati!" tegasnya, terdengar menakutkan.

Memberontak, aku memukul-mukul tangannya dan kadang kala menggigitnya kencang. Bukannya kesakitan, dia malah semakin mengencangkannya hingga leherku sedikit tercekik.

Tidak pernah aku setakut ini sebelumnya. Alex membunuh Natasha dengan mudahnya, pikiran burukku mengatakan bahwa hal itu dapat terjadi padaku juga.

"Kau gila, Al. Lepas!" tekanku dengan menginjak-injak kakinya.

Ditambah dengan cengkraman Bryan di bahu Alex, aku bisa lepas darinya.

Kaki ku cepat-cepat langsung berlari ke arah Bryan dan bersembunyi di belakang punggungnya. Bahuku yang tidak tertutupi apapun kini tercium bau amis darah yang membuatku mual. Warna merahnya lebih pekat dari pada bajuku.

Ini benar-benar darah manusia.

Tidak ada ketakutan pada Alex sama sekali, dia malah tersenyum puas dengan kelakukannya. Seakan membunuh seseorang bukanlah hal yang besar untuknya.

Sindiranku pun tidak berpengaruh apa-apa pada Alex, dia tidak terlihat tersinggung. Pikirannya malah membenarkan ucapanku.

"Aku memang sudah gila karena kau, Natalie sayang. Bagaimana ini Rolf? Aku ingin menculiknya dan membawa Natalie ke kamarku," ucapnya dengan lirikan mata tajam, tengah menyusun rencananya.

Aku harus segera kabur dari sini. Memegang ujung jaket Bryan, aku mengkodenya untuk segera pergi.

"Jangan menakuti mate-ku, bodoh! Apa kau tidak lihat rautnya yang menatapmu seperti monster? Dan mayat Natasha masih ada di sana, jangan sampai Natalie melihat seberapa buruk kau membunuhnya. Kepalanya saja sampai terlepas dari tubuhnya," timpal Rolf yang membuatku mengerut, tidak suka.

Hanya dengan membayangkannya saja, aku sudah merasa ingin muntah. Aku tidak tahu jika Alex bisa sekejam itu. Ini terlalu menyeramkan. Rasanya aku tidak akan pernah siap untuk bertemu dengannya lagi.

Rolf mungkin mengerti keadaanku, akan tetapi dia pun satu tubuh dengan Alex. Aku tidak bisa mempercayainya begitu saja.

Tidak kuat berada satu ruangan dengan Alex, aku melangkah pergi ke pintu keluar. Ku yakin cepat atau lambat, Bryan pun akan mengikutiku.

Hal terakhir yang ku dengar adalah ucapan Bryan yang terdengar sangat marah pada Alex. Dia seperti sosok kakak yang sedang melindungiku.

"Kalau begitu seharusnya kau bunuh diri! Orang yang paling membuatnya sedih adalah dirimu, bodoh! Aku memberikan kalian waktu, karena ku pikir kau akan meminta maaf. Namun, kau malah menakutinya. Bukankah sudah jelas jika sekarang Natalie adalah milikku?"

-------

TEBAKKK ALEX BAKAL NGAPAINN? 

DASAR GENGSINYA TINGGI BGT LU MINTA MAAP AJA GA

JUJURR, INI MAKIN SERU ATAU MAKIN GAJELAS? GUE AGAK OVT

APAAAA YG PENGEN BGT KALIAN LIAT DI NOVEL INI? JAWAB DONGG, ROLF KAH ATAU SCENE APA WKWKWK

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTS YG BNYK YA MANIZZ

LOVE YOUUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang