36. Di balik Bingkai Foto

Start from the beginning
                                    

Hana menutup kembali pintu kamar dengan pelan, sedikit suara. Lalu gadis itu berlari kecil ke arah lemari pakaian yang belum sempat ia tutup.

"Apa ini? Bingkai? Bingkai foto?"

Pikiran Hana sudah merambat kemana mana. Mengapa ada benda ini di dalam lemari? Mengapa di sembunyikan? Sudah pasti ini ulah suami nya. Tapi mengapa? Apa yang terjadi? Apa ada rahasia? Apa jangan jangan..

Hana memukul jidat nya sendiri setelah memikirkan banyak hal. Kemudian beristighfar. Bisa bisa nya ia memikirkan hal buruk semacam itu. Lagi pula, tidak mungkin Azzam menyembunyikan sesuatu tanpa ada unsur alasan yang jelas.

"Suudzon ngga baik." Gumam nya meyakinkan diri.

Lama lama ia memandang bingkai foto itu yang masih belum jelas terlihat foto apa, Hana mengambil nya untuk melihat jelas.

Ternyata dugaan nya tidak seperti yang ia sentuh saat ini. Bingkai foto ini, bukan bingkai yang menyimpan foto wanita lain. Tetapi itu adalah foto ketika hari pernikahan nya bersama Azzam. Hanya saja, foto ini sedikit berbeda. Hana dan Azzam terpisah dalam foto yang berbeda, tapi di satukan dalam satu bingkai.

Karena mereka menikah ketika ingin merajalela nya pandemi waktu itu.

Memandangi foto itu dengan lama, Hana tersenyum. Ia masih ingat, ketika mendengar suara Azzam yang mengucapkan ijab kabul kala itu, tersengat jelas dengan mic, Hana tidak ingin keluar untuk menemui Azzam yang telah menjadi suami nya. Hana mencetuskan banyak alasan, padahal sebenarnya, ia benar benar tidak menyukai pernikahan itu, apalagi Azzam.

Tapi itu dulu.

Flashback...

"Tetap aja. Aku ngga mau ketemu sama dia. Pertama, sekarang lagi awal pandemi, biarpun belum begitu padat, tapi kan mau berjaga jaga?"

Bunda menggelengkan kepala saat mendengar anak semata wayangnya itu terus saja berbicara, dan bersikeras tidak ingin menemui Azzam yang telah menjadi suami nya.

"Tapi kan, sebelum pernikahan, sudah di lakukan tes, nak. Dia negatif, kamu negatif. Bunda sama Ayah sudah merencanakan banyak hal agar tamu tamu yang datang itu hanya keluarga dekat dan tetangga tetangga dekat. Daerah kita juga masih dalam zona aman, kok."

Hana terdiam saat mendengar penjelasan bunda. Ia menggigit bibir nya. Meremat baju pernikahan yang ia kenakan saat itu. Pandangan nya menuju ke arah cermin di hadapan nya, ia begitu cantik meski riasan nua tidak begitu tebal. Tidak memakai bulu mata palsu, memakai hijab menutup dada, mengenakan riasan tipis seperti ini membuat nya agak kesal. Bukan ini yang ia harapkan. Ia belum begitu ramah dengan hijab.

"Tapi Hana ngga mau..."

Hana bersuara kecil. Bunda mengambil kursi dan duduk di sebelah putri nya. Memasang senyum.

"Nak, kamu tau? Semua ini juga usulan nya Gus Azzam. Dia benar benar punya pemikiran yang baik. Bahkan riasan mu dia yang meminta nya..."

"Hana ngga mau ketemu sama dia, Bunda. Suruh pulang aja, ya?"

Bunda melihat sekitar, memukul pelan lengan nya. Wanita itu tertawa kecil.

"Kamu ini, ada ada saja. Ini kan hari pernikahan kamu? Masa suami kamu di suruh pulang tanpa melihat kamu terlebih dahulu?" Kemudian Bunda menyenggol lengan Hana dengan siku nya.

GUS AZZAM Where stories live. Discover now