BAGIAN 19

9.2K 1.3K 129
                                    

Haii! Pelan pelan pak supir.
Jangan lupa vote muach

Bagian 19 : Gila, tapi suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 19 : Gila, tapi suka.

"Pak cepetan pak! gawat darurat ini!"

Ini hampir jam dua-belas malam ketika Serra mendapat telepon orang yang bilang kalau namanya Wira Hagasa. Ternyata selain ngaku nama-nya Wira, pria itu juga bilang kalau Ia adalah teman baik Reven.  Serra tidak percaya, siapa tau modus pinjaman online mengingat pacar-nya yang satu itu sultan.

Iya, sebelum telinganya yang tertempel ponsel berdengung kencang mendengar suara pecahan kaca sekaligus teriakan murka seorang Revenata Winata.

Wira bilang moment itu mulai memanas sekitar jam setengah dua belas, ya gimana? Ia juga tak sempat  memegang ponsel kerena Ziel masih sangat betah mempertahankan kesadarannya. Lalu, setelah cowok itu terpejam pulas-lah Serra bisa menggapai ponsel miliknya.

"Harga diri? harga diri lo sini gue beli!"

Matanya terpejam, meresapi teriakan Reven yang saling sahut menyahut. Punya pacar banyak tingkahnya pun banyak betul, "pak berhenti pak," Serra menepuk punggung belakang Bapak Supir Zielo yang Ia jadikan korban perjalanannya malam ini.

Entah mengkhususkan dirinya agar tak kenapa-kenapa, atau karena diantara mereka berdua tidak ada yang mengenakan helm sama sekali. Yang pasti, Bapak Supir ini nge gas motor bisa Serra kira hanya di angka duapuluh. Lama sekali dan ponselnya kini makin berdering brutal.

"Kenapa, Neng?" Bapak itu menoleh, tak ulung motor Supra tua miliknya menepi di jalan yang sepi.

"Turun pak, saya yang gonceng," Serra yang sudah turun duluan menatap penuh tekat si Bapak. Dengan pandangan full celingak-celinguk Bapak Supir hanya menuruti, takut di cepuin ke Zielo Sanjaya yang bucin mampus sama gadis cantik ini.

"Lho neng, motor bapak mau dibawa kemana?"

"Naik Pak!" seloroh Serra buru-buru. Baru saja pantat pria paruh baya itu menempel pada jok motor Supra kesayangan, Serra malah langsung menggas Supra si Bapak dengan brutal. Nyaris kejengkang menjadi penyebab Bapak Supir berteriak menyebut lafaz keagamaan.

"Allahuakbar neng! neng!"

"Ha! apa pak? ngebut? oke!"

Suara angin yang menyungsruk berisik membuat suara Bapak Supir teredam, sepi sih sepi. Ia tersenyum sinis melihat lampu merah pertigaan yang tampak berwarna merah, gadis itu langsung menambah kecepatan bak pembalap MotoGP profesional yang sering ayah tonton di televisi dulu. Suara Bapak Supir kontan makin histeris.

"Sepi pak! Santai!" teriaknya keras-keras.

"Pelan-pelan neng Serra!" duh Supra gini doang mah kecil, dulu Kakek Pricila punya. Serra belajar pake motor kopling kaya gini juga dari Kakek Pricil. Sangat ingat diluar kepala putuah sepuh percintaan alias Kakek Pricilia pernah bilang kaya gini ke Serra kurang lebih-nya.

Character Boyfriend'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang