"Kok lo bisa deket dengan Raka?"

"Lo cemburu gitu?"

"Gue pacarnya, kurang jelas apa coba?"

"Bahkan emaknya aja gue kenal. Lo kenal sama emaknya?"

Pertanyaan Sella itu langsung menimbulkan gejolak emosi dari satu perempuan yang bernama Alindra itu.

"Oh ya, Raka tuh buaya. Lo belum tahu itu kan?" tanya Sella.

"Lo jauhin Raka deh. Gak usah caper!" Alindra sedikit emosi melihat Sella yang tampak memainkannya itu.

"Gue deketin Raka? Idiih... kek gak ada cowok lain aja apa di dunia ini. Ogah lagi ada. Ambil sono Raka!"

"Lo tuh ya!— adek kelas paling kurang ajar!"

"Alindra, jangan sampe gue cepuin kelakuan lo ini ke guru ya. Lo bahkan bisa gue tuntut dengan mudah dan besoknya.... lo tinggal nama buruk doang!"

Sella berani mengancam hal itu karena ia memiliki privilese dari orang tuanya di sekolah ini. Ancamannya itu langsung membuat Alindra tercengang dan emosinya siap tumpah di saat itu juga.

"Lo gak usah seenaknya ngancem-ngancem gue!" pekik Alindra.

Langkah kaki Sella berhenti tiba-tiba di saat ia telah menjauhi semua gerombolan kakak kelas yang terus memakinya itu. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku bajunya dan menunjukkan rekaman suara di sana.

"Lo ngamuk, lo habis besok."

Saat itu juga ia berjalan cepat menjauhi semuanya dan tampak sebuah senyuman terukir dengan puas di wajahnya.

BRUUK!

"Aaaww!"

Saat ia terlalu senang sampai badannya tak sengaja tertabrak orang lain di saat itu. Sella mendesis dan ia melihat segera siapa orang yang menabraknya itu.

"Belum balik, Sel?"

Orang yang membuatnya terseret di kejadian tadi sudah berada di depannya saat ini. Raka yang rupanya tak sengaja menabraknya itu. Laki-laki itu tampak begitu keringatan setelah selesai memainkan bola basket di tangannya itu.

"Lo bisa gak bilangin ke cewek lo si Alindra itu, gak usah nuduh orang sembarangan!?"

"Lo kenapa?"

"Gak jelas banget tuh cewek gila. Lo juga ngapain pacaran sama dia?!"

Raka terkekeh mendengar pertanyaan Sella itu.

"Mau nyoba doang— gimana pacaran sama dia maksudnya. Beberapa hari lagi bakalan gue putusin kok." jawabnya.

"Oh pantes.... gak ceweknya, gak cowoknya pada gila semua!"

Sella dengan cepat meninggalkan laki-laki itu di sana. Ia sudah terlanjur emosi melihat semua kejadian di depan matanya hari ini karena ia tak mau semakin menjadi-jadi ia memutuskan untuk pergi meninggalkan semuanya.

Sedangkan Raka hanya sibuk melihat kepergian gadis itu dengan kebingungan. Sebelum ia berbalik menjauhi tatapannya dari sana, ada satu objek lagi yang mengunci matanya di sini.

Ia memperhatikan dengan seksama Sella yang tengah menemui seorang gadis, begitu ia berjalan sedikit ke depan untuk melihat dengan jelas, di situ dirinya terpaku melihat ada sosok yang sempat muncul di pikirannya beberapa kali dalam seminggu ini.

Anora.

Kedua gadis itu berjalan bersama menuju keluar gerbang sekolah. Raka berjalan lebih dekat lagi demi melihatnya dengan jelas dan tak jauh dari gerbang itu, ia dapat melihat sosok Anora dengan rambutnya yang terurai. Kali ini tak ada lagi jepit rambut ungu yang biasa ia pakai, hanya rambut hitamnya yang sesekali terbang disepoi angin siang ini.

butterfly disaster Where stories live. Discover now