Chapter 25 : Sinner

ابدأ من البداية
                                    

Gabrielle mencekik pria itu dan menariknya ke atas hingga kakinya tidak menyentuh tanah, lalu melempar pada mafioso lain yang bertugas untuk mengelola sistem informasi-komunikasi mereka. Ia berganti menghajar pria itu karenanya mereka bisa dilacak dan ditunggu di sana sehingga Letizia bertemu dengan Arexi.

Setelah menghajar satu orang itu hingga pingsan Gabrielle berbalik menatap kedua asistennya yang masih belum terkena bogeman. Kedua orang itulah yang bertanggung jawab atas apa saja yang terjadi. Gabrielle kembali mengepalkan tangan dengan rahang mengeras tinju kembali dilayangkan pada Ace dan Massimiliano. Setelah membuat mereka terbaring kesakitan di lantai, ia mengambil botol vodka di atas meja santai dan memukulkannya pada mereka hingga pecah. Pecahan botol itu kembali di pukulan pada mereka. Tajamnya pecahan botol kaca membuat luka sobek di tubuh mereka semakin menjadi-jadi.

Hingga, Gabrielle seolah kehabisan kesabaran mengambil pematik kecil di sakunya, ingin membakar manusia-manusia bodoh di depannya.

"Gabrielle," panggil Letizia melipat kedua tangannya di depan dada dari kejauhan seolah sejak tadi menonton kelakukan manusia yang dirasuki iblis itu dengan tidak suka. Ekspresi dingin Letizia seakan wanita itu tidak tahu mengapa Gabrielle semarah ini. Tentu saja, Gabrielle memang sering memukul anak buahnya dan itu bukan hal baru. "Kita akan terlambat makan malam jika kau terus memukuli mereka," peringatnya melepas sedekap tangan, lalu kembali masuk ke dalam kamar.

Gabrielle menatap kepergian istrinya sambil menyalakan pemantik di tangannya, sebelum melemparnya pada Ace dan Massimiliano, lalu melangkahkan kaki untuk masuk, mengikuti Letizia.

Ace dan Massimiliano yang terbakar langsung lompat ke dalam kolam renang, menyebabkan rasa perih luka-luka menganga yang terkena air kaporit itu.

Letizia melangkah cepat masuk ke dalam vila meninggalkan Gabrielle di belakangnya, masih kesal dan bertanya-tanya mengapa Gabrielle terus memerhatikan wanita itu padahal Letizia ada di depannya. Tidak berselang lama Gabrielle masuk dan memeluknya dari belakang, mengecup puncak kepalanya, namun Letizia malah melepaskan pelukan itu.

"Jangan sentuh aku jika kau masih bau darah," ketus Letizia melepas heels-nya dengan sedikit kesulitan karena terburu-buru.

Gabrielle langsung berlutut dan melepas kaitan heels di kaki Letizia dengan tenang, mengecup betisnya sensual.

"Aku ingin mandi, L," peringatnya berjauh, lalu tangannya berusaha meraih ritsleting dress di punggungnya dan tanpa jeda satu detik Gabrielle mengambil alih, menarik ritsleting itu dari atas ke bawah dengan mudah.

Letizia langsung melepas pakaian dan membiarkannya jatuh ke lantai. "Kita akan makan malam di kapal pesiar, bukan?" peringatnya berniat mengambil pakaian dari lantai untuk menaruh ke keranjang kotor, tapi lagi-lagi Gabrielle mengambil alih pekerjaannya. Masih kesal, Letizia langsung melangkah masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower.

Gabrielle melepas ikatan dasi hitam di kerah putihnya, membuka satu per satu kancing kemeja dengan tatapan terus mengarah pada Letizia yang termenung di bawah pancuran air. Setelah melepas semua pakaiannya, Gabrielle ikut masuk ke kamar mandi, memeluk wanita itu dari belakang, membiarkan seluruh tubuh mereka menempel.

"I'm sorry," bisik Gabrielle dengan suara pelan.

"Untuk apa?"

"Everything."

"Siapa wanita itu?" tanya Letizia tanpa menoleh, masih bergeming di tempatnya.

Gabrielle menyingkirkan rambut-rambut basah Letizia ke samping leher, menyandarkan rahangnya ke bahu Letizia, dan menjawab, "Ketua kelompok Enigma."

"Sekutu atau musuh?"

"Neutral, but likely to become our enemy."

Letizia menghela napas berat, menjauh dari pria itu, berbalik menatapnya masih dengan tatapan tenang. "Bisa kau ceritakan bagaimana dia bisa menjadi ketua kelompok?"

Gabrielle mematikan shower agar Letizia tidak kesulitan menatapnya di bawah pancuran air. "Dia menikah dengan ketua kelompok Enigma, tapi suaminya mati satu bulan kemudian."

Letizia tersenyum paksa. Ia masih kesal karena pria itu sehingga bercanda sedikit pada Gabrielle akan membuat pria itu kesal balik dan membuatnya terasa impas, bukan? Letizia bergurau, "Seperti jika kau mati maka aku yang akan menjadi ketua kelompok?" Hening beberapa saat, melihat Gabrielle tidak mengubah ekspresinya, Letizia tertawa garing sekaligus kesal karena pria itu tidak terusik akan ucapannya. "I'm just kidding."

Gabrielle yang masih tenang, menatap lurus netra Letizia, serius. "Until then, I hope you're strong enough to protect yourself."

Letizia yang tadinya ingin berbalik, kembali menoleh pada pria itu, mendengar jawaban Gabrielle. Ia pikir bercanda seperti itu dapat menganggu Gabrielle karena ia sudah sangat kesal tadi. Namun, ucapan suaminya malah membuat dirinya sendiri yang naik pitam. "Itu tidak lucu."

Gabrielle menepikan surai lembut wanita itu ke belakang telinga, menyentuh wajah istrinya, memberi sinyal bahwa ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tatapan biru laut yang begitu intens itu menandakan bahwa Gabrielle tidak main-main. "I will sacrifice everything to protect you even if I have to kill myself," bisiknya dengan suara rendah, seolah putus asa dan hanya wanita itu penawarnya. Ia melirik bibir Letizia dan mengusapnya, lembut. "I'm not strong enough to lose you."

Apa yang pria itu katakan? Apa ia mengatakan bahwa Gabrielle benar-benar berharap jika salah satu dari mereka harus mati, maka pria itu ingin lebih dulu dan ia tahu hidup tanpa Letizia tidak akan bisa membuatnya benar-benar terasa hidup? Sial, pembahasan ini semakin membuat Letizia terganggu. "Gabrielle-"

"I will merge heaven and hell so that a sinner like me can be with an angel like you."







#To be Continue...





180723 -Stylly Rybell-
Instagram : maulida_cy

Monster's Wife [Gabrielle's Season 2]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن