Bab 08

7.4K 317 15
                                    

Tolong Maafkan Ayah 08

"Yah sudah. Aku gak peduli. Yang terpenting, cepat suruh kedua anak itu mendonorkan sumsum tulang belakang untuk Radit. Memang itu kewajiban mereka kan. Radit masih saudara mereka." Dengan entengnya Talita bicara seperti itu.

"Sayangnya, aku sangat ragu mereka akan mau menuruti keinginan kita."

"Kamu ancam aja Mas. Gak akan jadi wali nikah untuk mereka. Gampang kan?"

Aku terdiam. Memang Aluna dan Anatasya pasti akan mencariku untuk masalah yang satu itu. Namun, untuk menjadi wali nikah, bukankah itu adalah kewajiban seorang ayah?

Akan aku coba bernegosiasi dengan Aluna. Siapa tau dia akan luluh, karena butuh juga kepadaku. Apalagi, usia Aluna adalah usia yang sudah matang untuk menikah.

"Mas. Jika Anaya sekarang CEO perusahaan, dia kaya dong. Kenapa gak kamu manfaatin aja? Atau manfaatin Aluna gitu."

Aku menatap wanita di sampingku. Dia pikir Anaya masih sama seperti dulu yang bucin kepadaku?

"Talita. Kalo mau kasih saran, cobalah kasih saran yang masuk akal."

Tiba-tiba pintu ruangan dibuka dengan kasar dari luar. Virgo datang dengan wajah merah padam.

"Aku whatshapp Mama sama Papa gak ada yang balas. Udah berapa hari kalian gak di rumah. Mana gak ada transferan duit jajan aku lagi. Ma! Siniin satu juta Ma. Aku mau main."

"Kamu gak liat Kakakmu lagi sakit Virgo? Dia dioperasi. Butuh biaya banyak Nak. Mama sama Papa lagi bokek." lembut suara Talita menyambut kata-kata kasar Virgo.

"Bokek? Sejak kapan? Alaah. Gak usah boong. Masa sejuta aja gak ada?" dia menghempaskan tubuh di sofa.

"Papa hampir bangkrut Virgo. Kalian terlalu menghambur-hamburkan uang. Coba kamu bantu Papa kerja. Jangan cuma tau nikmatin duitnya aja."

"Ngapain kerja kalo dengan minta aja aku bisa dapetin yang aku mau? Nyusahin aja."

"Mulai hari ini gak ada lagi uang jajan. Kalo lapar pulang makan di rumah. Mama gak dikasih duit lagi sama Papa."

Mata anak itu menatap tajam ke arahku. Aku membalas tatapannya dengan angkuh. Masih jadi benalu aja udah belagu. Dasar kurang didikan.

"Kalian jangan nyesel kalo sampe ada barang-barang kalian yang aku jual. Aku minta baik-baik gak mau ngasih. Liat aja nanti." Anak itu malah balik mengancam orang tuanya.

Dia berdiri, melihat Melisa sekilas dan pergi. Apalagi masalah yang akan dia perbuat kali ini.

"Kamu lihat hasil didikan kamu Talita? Anak tak tau diuntung. Bisanya hanya merongrong orang tua."

"Dia juga anak kamu Mas. Jangan cuman salahin aku dong. Lagian kamu juga sih Mas. Ngasih duit sejuta aja gak bisa. Anakmu itu lho."

Sejuta hanya buat jajan dua sampai tiga hari. Nanti kalo duit habis, baru dia pulang ke rumah. Pulang juga cuman mandi, lalu minta duit lagi.

"Mau jadi apa anak itu? Apa nanti kalo dapat jodoh, kita yang kasih makan anak istrinya?"

"Jangan mikir kejauhan Mas. Virgo masih kecil. Biar aja dia puas-puasin masa mudanya."

Talita memang seperti itu. Pembelaannya atas sikap anak-anak, membuat mereka menjadi manja dan tidak bertanggung jawab sama sekali.

"Kamu tau, anak Anaya yang laki-laki seusia Virgo, sudah jadi Direktur di perusahaan yang memberi aku dana. Usia mereka sama, lalu kenapa bisa beda tingkah lakunya? Lalu, kamu bilang Virgo masih kecil?"

"Jadi kamu banding-bandingin Mas? Emangnya, anak Anaya yang nanti jadi penerus kamu? Bukan kan? Beda anak beda watak Mas."

Lagi, dia membantah ucapanku. Kelakuan Virgo yang suka membantah itu, pasti meniru mamanya. Suami bilang apa aja, pasti dibantah sama dia.

Tolong Maafkan AyahWhere stories live. Discover now