Bab 34

5.7K 273 14
                                    

Wanita yang sudah dimabuk cinta lama itu, tersenyum sinis, melihat isi pesan whatsapp anak gadisnya.

"Siapa juga yang mau datang melayat? Mertua jahat kek gitu. Pantesnya mati aja. Mau nilai apapun, terserah!" Talita bicara sinis, sambil terus melihat isi chat anaknya.

Tak sengaja, Talita melihat Melisa yang membuat story WA. Foto di pemakaman. Ada banyak orang di sana. Foto itu dizoom Talita, karena sepintas, dia mengenal wanita yang berdiri diapit dua pria.

Anaya ada di sana? Cih. Pencitraan. Wanita itu selalu mencari muka di setiap kesempatan. Mungkin supaya aku terlihat buruk, di mata orang yang mengenal kami.

Wanita itu menutup aplikasi chat dengan Melisa. Lalu membuang ponselnya di atas ranjang. Ranjang king size, yang dibelikan Marvel, seminggu yang lalu.

Dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ruangan yang interiornya, adalah pilihan dia sendiri. Sudah seminggu Talita tinggal di hunian super mewah, di lingkungan super elit. Perumahan Bonavit Hills. Pemukiman impiannya sejak lama.

Sudut bibirnya tertarik ke atas. Menjadi sebuah senyum. Senyum kemenangan. Senyum bahagia. Senyum kebanggaan. Akhirnya.

Pernikahan puluhan tahunnya dengan Surya, tidak mampu memenuhi apa yang sebenarnya menjadi impiannya. Walaupun dia akui, Surya menuruti semua kemauannya. Tapi tidak bisa memenuhi seluruh impiannya.

Sekarang. Hidup Talita berada di atas awan. Kartu kredit setingkat lebih tinggi dari yang dulu dia gunakan, ada dalam genggaman tangannya.

Dia akan mengembalikan harga dirinya yang sempat tercoreng di kalangan elit sosialita. Talita. Kau memang wanita special. Senyumnya bertambah lebar, setelah memikirkan kambali semuanya.

Lemari tinggi besar, sepanjang dinding sebelah kanan kamarnya, penuh dengan gaun-gaun mahal. Sepatu brandad yang terpajang rapi di lemari kaca. Di sebelahnya, ada tas-tas mahal yang berjejer sesuai warna sepatunya. Sempurna!

Dia bangun dari tempat tidur. Berjalan turun dari kamarnya yang besar dan luas. Memberi perintah kepada asisten rumah tangganya, untuk membuatkan dia makan siang.

Sudah dua hari, Marvel tidak berkunjung. Dia bilang, untuk sementara waktu sebelum Talita mendapatkan surat cerai dari Surya, dan sebelum mereka menikah, maka, mereka tidak akan tinggal satu rumah.

Marvel membelikan rumah ini untuknya, setelah Talita menceritakan kepadanya, jika Surya menyuruh dia keluar dari rumah. Karena rumah mereka akan dijual.

"Sayang. Kamu gak dateng hari ini?" Send.

Centang satu abu-abu.

"Kabarin aku, kalo mau dateng, biar aku siap-siap."

Lagi. Centang satu abu-abu. Nomor Marvel belum aktif juga. Nasib jadi simpanan. Dulu juga begitu. Mereka harua main kucing-kucingan.

"Mbok. Nanti malam, tolong masakin sop iga yah. Aku dah beli dagingnya. Sama cap cay juga. Telur puyuhnya banyakin," Talita memberi perintah kepada artnya.

"Baik Nyonya."

Setelah mandi dan berdandan, Talita bersiap untuk pergi shopping.

Ting. Ting. Pesan dari Hilda.

"Mbak. Ada amplop coklat dari pengadilan agama. Kata Tante, ke rumah sekarang."

"Ok." Balas Talita.

Saat dia mengeluarkan mobil dari pekarangan, alphard putih melewatinya dengan pelan. Talita mengeryitkan dahi, melihat gadis cantik yang menyetir mobil itu.

"Hoh. Jadi mereka juga tinggal di sini? Yah. Pastilah. Ibunya berhasil menangkan ikan kakap besar dan gemuk. Hunian di sini pasti hanya seperti gubuk buat mereka." Gumamnya.

Tolong Maafkan AyahKde žijí příběhy. Začni objevovat