Bab 35

5.7K 279 6
                                    

Kenyataan pahit yang baru saja meruntuhkan kepercayaan diri Talita, membuat wanita itu bimbang.

Kakinya gontai masuk ke dalam rumah kontrakkan orang tuannya. Wajah kusutnya sangat kentara.

Sambutan sang ibu pun, bukannya membuat dia membaik. Malah semakin meradang saja hatinya.

"Mana perhiasan Ibu, Talita?"

Talita mendelik. "Gak ada Bu. Aku keburu sakit hati. Gak jadi belanja. Aku langsung pulang."

"Lho. Pulang jalan-jalan kok, malah sakit hati sih?"

"Ibu juga, udah tua, mikirin perhiasan terus," sewot Talita.

"Ih niih anak. Pulang-pulang, ngajak berantem. Sakit hati sama orang lain, Ibunya yang kena omel. Males ah."

Melihat ibunya yang cemberut, Talita makin manyun saja.

"Sakit hati kenapa? Sama siapa?" Tanya ibunya.

"Bu. Aku harus gimana? Ternyata, Marvel nipu aku Bu. Tiga hari lagi, dia mau nikah. Tadi aku ketemu sama calon istrinya, di toko perhiasan. Aku udah pede banget lepasin Mas Surya. Eh, malah ditipu."

Dahi ibunya bertautan.

"Tapi kan dia gak nipu-nipu amat Talita. Buktinya dia beliin kamu rumah. Udah. Yang penting kan kamu gak dia telantarin. Jadi istri sirih juga gak apa-apa. Nanti juga kamu bikin Marvel klepek-klepek sama kamu, terus hasut dia untuk ceraikan istrinya itu. Sama kek dulu si Surya kan?"

Talita diam. Benar juga. Yang penting, hidupnya terjamin. Status? Bisa diperbaiki setelahnya.

Semangatnya bangkit lagi.

"Ya udah. Ibu sama bapak udah siap? Kita berangkat!"

"Udah siap sih. Tapi gak ikut kamu Talita. Ibu sama Bapak, juga Hilda mau balik kampung. Sawah kita katanya kena gusur buat jalan tol. Mau diurus. Kompensasinya lumayan, buat Ibu bikin modal buka toko." sahut ibunya.

"Oh. Mau aku anterin Bu? Sampe terminal tapinya."

"Gak usah Nak. Sama Hilda udah pesen mobil travel. Ibu minta tambahan ongkos."

Tangan keriput itu terjulur kedepan, dengan telapak yang terbuka. Talita membuka tasnya. Tadi dia sempat ambil cash di atm. Dua puluh lembar uang merah, dia angsurkan ke tangan sang ibu, yang menyambut dengan mata berbinar.

Setelah memastikan keluarganya pergi, kunci kontrakan sudah dia letakan di bawah keset kaki, Talita pun memacu mobil, meninggalkan rumah itu.

***

Dua minggu berlalu. Tidak tampak sama sekali Marvel membalas pesan Talita. Wanita itu hanya bisa pasrah. Hatinya kembali bimbang. Hari ini, dia akan menghadiri sidang perdana di pengadilan agama.

Talita menimbang ingin datang atau tidak. Ada sedikit rasa rindu dalam hati kepada Surya. Pria yang sampai sekarang, masih menjadi suaminya itu.

Tak bisa dia tampik sebuah kenyataan bahwa, hanya Surya, pria yang mampu hidup dengannya, wanita yang banyak permintaan dan aturan.

Hanya Surya, pria yang mencintai dia, dengan segenap jiwa raganya. Surya yang memanjakannya, yang mengikuti semua maunya.

Semakin ke sini, Talita semakin berat melepaskan Surya. Dalam hati, dia bersyukur, hari itu, Surya tidak menjatuhkan talak padanya.

Talita berdandan sesopan dan sebaik mungkin. Ingin menunjukan kepada Surya, bahwa, dia masih Talita yang digilai pria itu.

Gedung pengadilan agama, tampak di depan mata. Talita merasakan kegugupan di hatinya. Ternyata, dia masih membutuhkan Surya.

Tolong Maafkan AyahWhere stories live. Discover now