Bab 13

6.4K 312 38
                                    

Tolong Maafkan Ayah 13

Aluna berdiri tanpa takut dihadapanku. Aku kembali mengingat hari itu, sewaktu dia masih kecil. Usianya sekitar sepuluh atau sebelas tahun. Aku menumpahkan kopi panas ke tangan Anaya, karena dia salah menakar gula dalam kopiku.

Piring alas kopi dihempaskan Aluna, dan mengenai kemeja baru hadiah ulang tahunku dari Talita. Sisa kopi di piring itu menodai kemeja yang baru pertama kali aku pakai. Darahku mendidih. Aku seret anak itu ke ruang tengah. Ikat pinggang aku lepaskan. Dan setelahnya aku memukul Aluna dengan membabi buta.

Tanpa aku sadar. Anaya juga menerima pukulan itu, karena memeluk tubuh Aluna. Melindungi dia dari ikat pinggang yang terus melayang.

Tidak kulihat air mata di pipinya. Atau teriakannya minta ampun. Tidak ada rasa takut sedikitpun di wajahnya, membuat aku sangat tersinggung dan ingin memukulinya lagi.

Wajah itu, ada di depanku sekarang. Ekspresinya sama seperti saat dia masih kecil dulu. Tapi kali ini berbeda. Bukan cuma tidak ada rasa takut, yang ada wajahnya seperti mengejekku. Mengatai kelemahanku.

"Kau. Apa kau pikir dengan menjadi dokter, kau sudah memiliki segala-galanya? Apa dengan menjadi dokter, kau bisa meremehkan keluargamu Aluna? Jika aku tidak ada di dunia ini, maka kau pun tidak ada. Apa kau tidak tau itu? Aku ayahmu. Dan anak dan istriku adalah keluargamu. Jika kau tidak mau memberikan uang yang diminta Virgo, jangan kau pukuli dia sampai babak belur begini!" tanganku mengepal di sisi tubuh.

"Sudahlah Pak. Tidak usah bicara omong kosong. Ingat apa yang saya katakan. Jangan ganggu saya lagi. Saya tidak punya hubungan apa-apa dengan anda dan keluarga anda. Saya sudah merekam apa yang dilakukan anak anda dan teman-temannya pada saya. Jika anda masih mau masa depan anak anda baik-baik saja, menjauhlah dari saya dan keluarga saya. Jika kalian nekat, rekaman itu akan sampai di kantor polisi. Dan saya pastikan, anak anda akan jadi narapidana."

Jari telunjuknya menunjuk kamera kecil di depan kaca mobil, yang menyorot tepat ke arah kami. Lalu berjalan dengan santai masuk ke dalam mobilnya.

Dengan gerakan cepat, aku mencekal pergelangan tangannya.

"Kamu tidak bisa seperti ini Aluna. Aku ayahmu! Di mana rasa hormatmu?"

Aku mendengar gigi-giginya gemeletuk. Gerahamnya mengetat. Matanya merah, begitu juga wajahnya. Sangat terlihat, jika dia menahan amarah.

Dengan pelan dia melepaskan cekalan tanganku. Aku bisa merasakan tangan Aluna begitu dingin.

"Sudah saya bilang. Jangan bicara omong kosong Pak Surya! Anda mau menganggap apa saya ini, silahkan. Tapi jangan paksa saya untuk sepemikiran dengan anda. Dan saya akan tetap menganggap anda bukan siapa-siapa saya!"

Dia pergi. Aluna. Oh Tuhan. Separah itukah dia menganggap aku? Niat hati ingin memberinya pelajaran, malah aku yang kena mental dan diancam balik .

***

Terpaksa aku memberi uang 10juta yang diminta Virgo. Menemaninya menyelesaikan perkara hutang itu.

"Makasih yah Pa. Udah mau bantuin aku."

Aku mengangguk. "Kondisi keuangan Papa lagi gak baik-baik aja Virgo. Tolong jangan berhutang lagi."

"Jadi, apa yang Papa bilang waktu itu beneran Pa? Aku pikir, Papa cuman mau ngetes kita aja. Tapi, aku gak mau loh yah, kalo sampe uang jajanku juga kena imbas Pa."

Aku diam saja. Percuma bicara dengan anak keras kepala seperti Virgo. Dia sama persis dengan Talita.

Setelah memastikan Virgo sudah di kamarnya, aku berniat untuk mandi dan istirahat. Melewati kamar Melisa, yang pintunya sedikit terbuka. Aku mendengar suara Melisa bicara di telpon.

Tolong Maafkan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang