Bab 36

14.2K 503 23
                                    

"Kak. Shopping yuk. Aku gabut nih." ajak Anatsya pada Aluna, yang betah duduk di hadapan laptopnya.

"Tunggu Adek dulu Cha. Kalo gabut tuh bobok. Biar seger. Kalo Shopping malah nambah kerjaan." jawab Aluna.

"Kita bertiga kan belom pernah shopping bareng. Kali ini, aku yang traktir deh. Yah Kak?" bujuk Anatasya. Dia bahkan menggosok-gosok kepalanya di punggung sang kakak.

Kalau sudah begini, Aluna pasti menyerah. Bagaimana mau kerja kalau di ganggu terus.

"Atau kita ke salon yuk Kak. Liat nih muka Kakak. Udah mulai ada kerutannya. Gimana kulit gak ngerut. Itu kening di tekuk terus. Lihat organ tubuh manusia. Segala darah-berdarah. Iii.. Santai dikit napa Kak? Kerja mulu."

Anatasya bicara lanjang lebar. Jemari lentiknya, dengan nakal menari-nari di wajah Aluna. Hidung yang dipencet-pencet. Pipi dicubit. Dagunya ditarik-tarik. Dan akhirnya Aluna menyerah.

Tangannya memeluk leher Anatasya. Dibawahnya wajah cantik itu masuk ke ketiaknya. Kepala Anatasya digetuk-getuk, sampai anak itu berteriak kesakitan.

Mereka berdua tertawa. Saling gelitik, dan berakhir dengan Anatasya yang kalah tenaga. Melempar bantal sofa kepada kakaknya dan pura-pura menangis.

Aluna memeluk adiknya, lalu mencium kepalanya, dengan sayang. "Manja. Makanya. Jangan shopping mulu. Sana tinju samsak. Tenaganya loyo gitu."

Anatasya yang ada dalam pelukan Aluna hanya tersenyum manis. Dia sangat suka, saat kakaknya mengomel, sambil memeluknya seperti ini. Tiba-tiba dia ingat sesuatu. Dengan cepat dia mengangkat wajahnya.

"Kak. Aku udah lupa mau cerita ini ke Kakak." kata Anatasya, sedikit memekik.

"Ya Allah, Acha. Kakak sampe kaget ini. Apa?"

Ponsel yang tadi diletakkan Anatasya diatas meja, dia ambil dengan cepat. Lalu membuka video. Menyodorkan ponselnya, kepada Aluna.

Aluna menonton video itu, dengan wajah datar. Tidak ada ekspresi sama sekali. Setelah selesai dia memberikannya kembali pada Anatasya.

"Ngomong Bu Dokter," ucap Anatasya.

"Harus ngomong apa? Males ah."

"Apa kek gitu Kak. Kemaren anaknya yang cewek itu nyiram jus mangga ke aku. Marah dia. Katanya, aku anak durhaka. Gak mau akuin Papanya."

"Waktu kamu temu fans di aula perusahaan, dia juga nampar Kakak. Katanya Kakak pelakor. Rebut cowoknya. Hiii.."

Anatasya kaget. "Dia nampar Kakak? Kenapa tangannya gak Kakak patahin sekalian?"

"Namparnya gak kuat Dek. Pipi Kakak, cuman kesemutan dikit. Gak ngaruh. Kalo Kakak bales, bisa copot giginya. Kasihan kan anak orang, mana cuma modal tampang doang lagi."

Mereka berdua saling tatap, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Mandi gih Cha. Kita shopping." kata Aluna. Anatasya berjingkrak senang. Dicium pipi kakaknya. Lalu berlari ke kamarnya. Aluna hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

***

"Adek di mana? Kakak sama Kak Acha udah di jalan ini. Minta di anterin Pak Mun yah. Jangan pake taxi online," Aluna bicara dengan Alisya di telepon.

"Udah di lobi ini Kak. Pak Mun yang anter. Ini dijagain juga." terdengar suara Alisya di seberang telepon.

"Tunggu yah. Sepuluh menitan sampe Dek." Ponsel Aluna letakkan di dalam tas lagi.

Ketiga gadis cantik itu menikmati hari libur mereka dengan bahagia. Masuk keluar toko, dan membeli apa saja yang mereka inginkan.

Setelah merasa lelah, mereka istirahat, sambil minum kopi kesukaan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tolong Maafkan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang