Bab 29

4.3K 249 2
                                    

Tolong Maafkan Ayah 29

Arga menatap heran preman plontos dan teman-temannya.

"Kalau saya boleh tau, maksud kamu apa, dengan bilang berhutang nyawa sama kakak saya?"

Si plontos ini tidak langsung menjawab. Tapi malah memperhatikan Arga dari ujung rambut, sampai ujung kakinya.

"Kamu adiknya Kak Luna?" tanyanya.

"Ia. Adik bungsunya. Kenalkan saya Arga." Dengan santai, Arga mengulurkan tangannya.

Langsung saja disambut si plontos. "Maaf yah. Kami ini hanya di sewa orang. Gak bener-bener pengen ngerampok kok. Kak Luna selalu ngasih duit cukup buat kami dan keluarga. Istri saya gak kekurangan uang belanja dan gamis yang bagus. Kak Luna memperhatikan kami, layaknya keluarga sendiri. Bahkan sejak saya masih remaja."

Anaya dan Arga saling pandang. Mereka tidak menyangka Aluna punya teman-teman preman, yang dia nafkahi.

Lagi si plontos berkata. "Tolong jangan kasih tau Kak Luna yah. Takutnya, nanti dia murka sama saya. Habislah saya dia goreng."

Meski kata-katanya terdengar lucu, namun, melihat wajah serius si plontos saat bicara, menandakan dia benar-benar ketakutan.

Anaya menarik nafas besar. "Ya sudah. Saya mau nyari lokasi pemukiman Kampung Lama. Kalian mau antar kami? Ah. Siapa nama kamu?"

"Nama saya Karno, Bunda. Kampung Lama? Maksud Bunda, Kampung Lama yang mana?" ucap Karno sambil menggaruk kepala plontosnya.

Anaya menatap Alex. Memberi isyarat, untuk menjawab. Yang ditatap malah bengong dan bingung.

"Memangnya, ada berapa Kampung Lama di daerah ini?" Alex balik bertanya.

Arga yang sudah berdiri di samping Bundanya, mencolek pelan lengan sang Bunda.

"Lho. Kenapa balik bertanya Tuan Alex. Bukannya, sebelum membuat proposal, kalian harus sudah survei lapangan dulu?"

Wajah Alex memerah. "Yang saya tau Kampung Lama itu cuma satu, Bu. Mungkin saja preman ini, yang tidak tau apa-apa. Jangan percaya kepada mereka, Bu."

"Heh. Gorengan basi. Siapa Lo? Kalo gak mikir ada Bunda Naya di sini udah Gw goreng Lo, biar gak basi lagi. Lo pikir kita ngomong sembarangan?" teriak Karno, sambil mengacungkan parang yang masih ada di tangannya ke wajah Alex.

Sontak saja  Alex terkejut dengan respon  Karno.

Anaya melerai Karno, dengan bertanya lagi. "Memangnya, Kampung Lama ada berapa, Karno?"

"Adanya cuma satu Bunda. Tapi, Lima bulan yang lalu, udah digusur, sama pemerintah. Kampung Lama dipindah sekarang. Arahnya malah bukan ke sini. Tapi lurus dari persimpangan di depan. Kalo Bunda belok sini, dapet lokasi proyek pemerintah. Sementara dalam pengerjaan. Mau tak antar Bun?"

Panjang lebar Karno memberi penjelasan.

"Boleh. Boleh. Ayo."

Sambil menunjuk, Karno berkata, "Gak pake mobil juga bisa Bun. Itu jalan masuknya."

Ada jalan setapak masuk. Tangan Alex mengepal. Merasa dia sudah dijebak. Padahal, dia sendiri yang memanipulasi sebagian isi proposal itu. Sekarang mau lari ke mana lagi?

Karno bicara sebentar kepada empat orang anak buahnya. Mereka berjaga di samping mobil.

Yang lain mengawal Anaya ke tempat yang dimaksud Karno.

Sesampainya di lokasi, Arga bergegas mencari kepala proyek. Dia sudah tidak menghiraukan keberadaan Alex. Arga hanya ingin mengetahui kebenaran saja.

Karno dimintai Arga untuk menjaga Anaya. Setelah bertemu dengan kepa proyek, Arga mendapatkan penjelasan, bahwa, pekerjaan yang sedang berlangsung sekarang, murni dari pemerintah.

Tolong Maafkan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang