Bab 10

7.2K 346 15
                                    

Tolong Maafkan Ayah 10

Pov Anaya.

Pernikahan impian bagiku telah terlaksana. Aku bahagia dipersunting pria tampan, berpendidikan dan mapan seperti suamiku, Mas Surya.

Meskipun rumah tanggaku selalu dirongrong ibu mertua, tapi bagiku tak mengapa. Aku tetap bahagia.

Usaha yang sementara didirikannya mulai beranjak naik. Dan menghasilkan pundi-pundi uang baginya. Yah hanya baginya.

Aku seperti tidak ikut menikmati uang itu. Bagaimana tidak, uang bulananku, hanya 400ribu per bulan. Aku kelimpungan mengaturnya. Apalagi, ibu mertua yang selalu meminta makanan kepada kami.

Aku berinisiatif untuk membuat kue, supaya punya penghasilan sendiri. Aku jual kue keju itu secara online. Mas Surya tidak tau itu. Meski begitu, aku selalu berusaha memupuk rasa cintaku pada Mas Surya. Selagi dia tidak bermain hati, aku masih bisa menahannya.

Malapetaka itu datang, setelah satu tahun pernikahan kami. Mas Surya mulai berubah. Hampir tiap hari pulang kerja larut malam karena alasan banyak pekerjaan.

Ponsel yang diprivasi. Padahal, selama ini, tidak pernah begitu. Dia tidak pernah lagi menyentuh makanan di malam hari. Dan pergi pagi-pagi sekali sebelum sarapan.

Aku menepis prasangka dan praduga yang seringkali hadir, saat melihat noda lipstik di kemejanya, bau parfum wanita yang menyengat, bill restoran berbintang, karcis bioskop yang aku temukan di saku celananya.

Aku diam. Tidak akan aku lukai hatiku dengan mencari tau sesuatu yang mungkin tidak hanya melukai hatiku, tapi bisa membunuh ragaku. Kesabaranku berbuah hasil.

Beberapa bulan kemudian, tidak pernah lagi kudapati sesuatu yang mencurigakan. Suamiku kembali bersikap normal. Meskipun kadang, jika keluar kota, tidak akan pulang sampai satu minggu.

Tahun kedua pernikahanku, lahirlah anak perempuan cantik dari rahimku. Duniaku berubah. Aku benar-benar mencintai Aluna. Dia anak yang sungguh manis dan pintar. Kecerdasan Aluna sudah terlihat sejak dia kecil.

Sesuatu yang menyedihkan untukku adalah, perhatian Mas Surya yang hanya sekedar saja kepada Aluna. Dan meskipun sudah bertambah anggota keluarga, tapi, uang bulanan tidak pernah berubah. Hanya sesekali nambah 100ribu.

Aku melahirkan Anatasya saat Aluna berusia tiga tahun. Sikap Mas Surya semakin menjadi. Jangankan perhatian, kedua putrinya bahkan jarang mendapatkan pelukan dan belaian darinya.

Kedua anakku seperti tidak memiliki ayah. Namun, aku selalu memberikan pengertian, jika ayah mereka sibuk, mencari uang, supaya mereka bisa makan dan sekolah.

Aluna adalah anak yang kritis. Dia tidak segan memberi kritik kepada ayahnya. Menyindir supaya Mas Surya sedikit perhatian kepada mereka berdua.

Bukannya mendapatkan perhatian, Aluna kerap kali dibentak, didorong, bahkan ditampar Mas Surya. Aku yang membela Aluna pun, sering menjadi sasaran tendangannya.

Mas Surya semakin membenci kami, saat dokter memvonis Anatasya lumpuh karena jatuh dari kursi saat bermain. Saat itu usianya lima tahun.

Tidak ada rasa kasihan atau simpati yang Mas Surya berikan kepada Anatasya. Anak itu bahkan dianggap tidak ada sama Mas Surya.

Tahun itu juga, aku telat haid, dan positif hamil. Aku sembunyikan kehamilan ini dari Mas Surya. Entahlah. Naluriku sebagai seorang ibu mengatakan, aku harus melakukan itu.

Setelah empat bulan kandunganku, aku mendapatkan ijin dari Mas Surya, untuk membawa Anatasya ke kampung, untuk terapi herbal. Aku dan kedua anakku tinggal di sana, sampai aku melahirkan.

Tolong Maafkan AyahWhere stories live. Discover now