Aku tidak mengerti kenapa kami bisa berada di satu kelas yang sama, seharusnya Alex sedang sibuk kerja atau sudah menikah.

Anehnya tidak ada keterkejutan di raut wajahnya. Bibirnya malah tersenyum lebar dan mencium pipiku cepat.

"Aku tidak pernah bilang kita seumuran, sayang, lagipula aku bosen kerja. Entahlah, aku hanya merasa akan menemukan mate-ku di sana, lihat instingku terbukti, kan?" tanyanya dengan bangga dan menatapku memuja.

Tangannya menekanku semakin kencang dan dagunya berada di atas kepalaku. Kadang kala dia menghirup wangi rambutku kuat, menikmatinya. 

Aku yang tidak nyaman spontan memberontak dan mendorong tubuhnya, yang tentu saja tidak berpengaruh apa-apa.

Reaksinya yang biasa saja terlihat sangat menyebalkan. Apa hanya aku yang terkejut di sini? 

"Hei itu instingku! Kau dulu sibuk sama perempuan lain!" ucap Rolf yang tiba-tiba saja muncul di pikirannya.

Alis Alex menyatu, tampak tidak suka mendengarnya. Dari raut wajahnya saja terlihat bahwa pria itu sedang berusaha menyanggah pernyataan Rolf. Sedangkan aku yang baru mengetahuinya semakin merasa jengkel dan ingin cepat-cepat pergi.

Alex menyebalkan! Jantan yang paling baik di dunia ini hanya Rolf!

Tanpa aba-aba aku menggigit bahunya kuat membuat Alex yang sedang melamun jadi terkejut. Refleks tangannya melepaskanku dan memberikanku kesempatan untuk kabur. Dengan cepat kaki ku melangkah menjauhinya.

Ternyata benar bahwa Alex memiliki banyak wanita, entah mengapa aku merasa panas hanya dengan memikirkannya. 

Memang hal yang wajar di umurnya sekarang, Alex memiliki perempuan di sisinya. Namun tetap saja aku tidak dapat menerima fakta tersebut. 

Setelah berdiri, kaki ku melangkah mundur dengan tatapan mengancam 'jangan mendekat'. Enak saja dia bisa menyentuhku sebebasnya di saat aku tidak bisa begitu.

"Kau tetap pembohong, Al. Kau bilang ini kamarmu, padahal ruangan dimana kau membawa wanita lain. Dan mungkin, kau juga melakukannya di sini. Aku tidak mau disamakan dengan mereka," lirihku dengan suara yang mencicit.

Pandanganku menunduk, tidak berani menatap matanya yang mungkin saja membenarkan perkataanku. Hanya tau dari Alvin saja rasanya sudah sangat tidak nyaman, apalagi jika harus mendengarnya dari mulut Alex langsung.

Mengingat kamar ini adalah yang pertama bagiku melakukan hal dewasa, rasanya tidak adil jika Alex sudah sering melakukannya. Aku merasa bodoh.

Apa setiap bulan purnama Alex membawa wanita ke sini? Dan memakai gaun yang ku pakai sekarang? Sepertinya memang begitu. 

Aku baru menyadari jika tidak ada yang spesial dariku. Semuanya hanya berulang bagi Alex, seperti radio rusak yang memutar siaran yang sama.

Tidak mendapatkan jawaban apapun, Alex seakan mengakuinya. 

Kaki ku yang lemas sampai harus terduduk di lantai, tidak dapat menopang badanku sendiri. Perasaanku campur aduk, ingin marah, akan tetapi tidak tahu apa yang harus ku katakan lagi. Ingin sedih pun rasanya seperti percuma. 

Seharusnya aku mengenal Alex lebih dalam sebelum bertindak jauh. Tidak hanya tubuhku, tanpa alasan yang jelas hatiku pun terasa retak.

Perlahan, ku rasakan seseorang mendekat dan duduk di sampingku. Dia menggenggam tanganku dan mengangkat daguku hingga kami bertatapan.

Tidak ku sangka, Alex menangis. Maksudku, dia memang cengeng dan seperti bocil, namun tetap saja mengejutkan melihatnya berlinang air mata seperti itu.

"Alex tidak seburuk yang Natalie pikirkan! Jangan menunjukkan wajah seperti itu lagi, please, ayang lebih cantik kalau tersenyum," ucapnya di telinga yang berhasil membuatku meringis geli.

Spontan aku menggosokkan telinga ke bahu berulang kali, menggaruk kupingku. Napasnya yang hangat terasa menggelitik. Padahal sedang serius seperti ini, aku malah fokus ke hal lain.

Tidak, Natalie, jangan memikirkan yang tidak-tidak. Alex harus diberi pelajaran.

Tanpa peringatan sebelumnya, tiba-tiba saja tangannya turun ke pinggangku dan menggelitik area sana. Tidak ada ampun, Alex melakukannya dengan kedua tangan hingga membuatku tiduran di lantai.

Refleks aku mencegahnya dengan mendorong tangannya, walaupun tidak berefek apa-apa. Rasanya sangat menggelikan saat tubuhku ditahan dan digelitik seperti itu. Tanpa sadar kaki ku meringkuk dan tawaku menggema ke seluruh kamar.

Bahkan aku sampai melupakan apa yang tadi kami bahas saking tidak dapat menahan gelinya. Untungnya tidak lama, Alex melepaskanku dan ikut tiduran di sampingku. 

Mataku menatap langit-langit tembok dan terdiam untuk beberapa saat. Napasku yang masih terengah-engah membuatku harus menenangkannya terlebih dahulu. 

Merasa diperhatikan, aku menoleh ke samping dan bertatapan dengan Alex yang sedari tadi menatapku. 

Senyum lebar terpatri di bibirnya dan matanya menatapku dengan binar cahaya yang tidak dapat dijelaskan.

Senyum lebar terpatri di bibirnya dan matanya menatapku dengan binar cahaya yang tidak dapat dijelaskan

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.

"Aku benar, kau lebih cantik kalau tertawa, sayang."

Deg. Aku merasa jantungku berdegup kencang, apalagi melihat wajah tampannya yang sangat dekat. Mendadak, aku merasa malu dan ingin cepat-cepat kabur.

Dengan cepat, aku mengalihkan pandanganku kembali ke atas dan menolak interaksi mata dengannya. Ini terlalu mendebarkan. 

Sial, Natalie, kembalikan otak warasmu! Menggeleng, aku tidak akan jatuh lagi pada tatapannya. 

Alex selalu berhasil membuatku luluh dengan sifat imut dan unpredictable-nya, aku merasa benar-benar murahan mengingat bukan hanya aku saja yang ditatap seperti itu olehnya.

Dan mungkin saja, mulut manisnya itu bukan hanya tertuju padaku. Tidak ada yang tahu bagaimana Alex memperlakukan wanita sebelumnya. Namun ku duga pasti sama.

Karena itu, jangan merasa spesial, Nat. Ini bukan apa-apa bagi Alex.

Masih terlarut dalam pikiranku, dia bangkit dari tidurnya dan mengubah posisi hingga kini berada di atasku. Tangannya yang menyentuh pipi membuatku sadar dan terbelalak.

Begitu pula dengan sebelah tangan Alex yang sigap sudah berada di samping kepala, menahanku untuk kabur. Tubuhku terpaku dan pandanganku hanya terdapat wajahnya.

Ini membuatku gugup. Apalagi setelah mendengar ucapannya yang serius, aku takut tidak dapat menahan diriku. Entah dorongan darimana, aku ingin mempercayainya.

"Baiklah aku minta maaf sudah pernah melakukannya. Tapi itu sudah sangat lama, sayang, aku tidak bermain wanita lagi sejak bertemu denganmu. Dan ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan padamu, tentang kamarku sebenarnya. Ku harap kau tidak akan marah setelah melihatnya, cantik."

---------

EHEHEHHEHE TEBAKKK ISI KAMAR ALEX APAAA?

GUE TAU INI KETEBAKK BUTTT PLISSS TUNGGUINNN

GUE BAKAL BUATTT SE MENGEJUTKAN MUNGKIN, JEDER!!

AYOOO TEBAK DULU TEBAK DULUU

YG BENERRR DPT CIUMAN GUE DARI JAUH AHAAHHAHA, MUAHH!ლ⁠(⁠'⁠ ⁠❥⁠ ⁠'⁠ლ⁠)

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAA

LOVE YOUUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα