32. Come back to me

23 8 3
                                    

"Pengorbanan mu telah usai."

⑅⑅⑅

Suara sirine ambulance berpadu dengan gerimis yang turun membasahi kota, beberapa motor bagai pengawal berjajar rapi di belakang dan depan ambulance membuka jalan.

Tamatlah sudah riwayat sang kapten dengan darah yang mengalir tak henti, dengan napas yang semakin lama semakin lemah. Apa nyawanya akan menjadi bayaran atas perbuatannya semasa hidup?

"Ron, gue mohon bertahan sebentar aja ..."

"AWAS!!! JANGAN DI JALAN! ADA PASIEN KRITIS!"

Semua mata menatap pedih penuh sedih dan sendu yang menyergap 4 laki-laki dan 1 perempuan muda yang tergopoh-gopoh mendorong bangkar, yang kini terbaring sosok laki-laki yang ketampanannya sudah tak layak di sebut tampan.

Beberapa perawat ikut serta mendorong bangkar itu, ada pula yang memanggil dokter agar menangani pasien dengan segera agar nyawanya terselamatkan.

"Tolong tunggu di luar ya, dek. Kami, pihak rumah sakit akan melakukan yang terbaik. Banyak berdoa," ucap salah satu perawat perempuan yang langsung menutup pintu berkaca tembus pandang, yang hanya di tutup kain gorden bewarna hijau.

"Wa, gue gak mau Aaron kenapa-napa ..." (Aretha)

"Udah Tha, kita doa aja yang terbaik buat Aaron ..." (Theo)

Tiga laki-laki lainnya terus mondar-mandir ke sana kemari, mengusap wajah gusar dan penuh khawatir. Tindakan yang di ambil Aaron cukup membuat mereka semua pucat, bahkan berpikir keras apa yang akan mereka katakan pada keluarga Aaron nanti.

"Harusnya kita cegah Aaron!" (Zack)

"Udahlah Zack, semua udah terjadi. Kalau itu kemauan Aaron, kita bisa apa?" (John)

"Tapi gak gini juga John! Dia temen kita! Lo tega emang, liat temen lo bercucuran darah?!" (Zack)

"Udah, Zack! Kita di rumah sakit!" Lerai Kent yang matanya sudah merah berair.

Theo dan yang lain akhirnya terduduk lemas di kursi tunggu, merapal semua doa yang mereka ingat. Banyak kenangan yang mereka miliki bersama Aaron, semoga Tuhan memberikan mukjizat.

***

"APA?! AARON DI RUMAH SAKIT?!"

"Yanda, kenapa? Aaron kenapa?" Tanya wanita paru baya yang menggendong anak kecil, menenangkan bocah itu karena merindukan Aaron.

"Baik, kami kesana."

"Yanda, bang Aaron kenapa?" Kini bertanyalah laki-laki yang sudah mengenakan pakaian santai, siap untuk beristirahat.

"Kita ke rumah sakit sekarang, Aaron kritis."

Bagi petir yang menyambar, wanita paru baya yang menggendong anak kecil itu tampak lemas mendengar kabar anaknya yang tiba-tiba saja kritis. Bagi seorang Ibu, berita menyakitkan itu sangatlah di benci.

Butuh beberapa waktu agar keluarga Aaron tiba di tempat tujuan, Anya—adik Aaron—memilih menemani Arvin saja di mobil. Tidak baik bagi Arvin jika bocah itu melihat kondisi di dalam.

"Gimana keadaan Aaron?! Kenapa bisa Aaron kritis?!"

Theo dan yang lain segera berdiri, saat Wicak—Ayah Aaron—tiba di sana bersama dengan istri dan Rafa—adik Aaron.

BonaventuraМесто, где живут истории. Откройте их для себя