29. Ketahuan

22 9 0
                                    

"Salah satu kutipan ayat kitab tertulis, jika kamu mencintainya jangan ambil dia dari Tuhannya."

❝ADIWANGSA❞

⑅⑅⑅

"Keren sih kalau misal markas di renov lagi," ujar Zack yang berjalan mendahului Aaron dengan jaket kulit yang di tetengnya.

Kent yang berjalan bersebelahan dengan Zack hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Duit lo! Ini markas udah bagus-bagus kayak gini, minta di renov lagi," jawab Kent sembari menjitak kening Zack, sedangkan Zack hanya tertawa kecil lalu merangkul pundak Kent.

Aaron dan teman-temannya baru selesai berpatroli, kegiatan biasa yang Morpheus lakukan. Hari ini penuh jadwal, hingga Kent yang biasanya mengurus jadwal Morpheus kewalahan saking banyaknya kegiatan.

Mereka semua berjalan bersama memasuki markas yang selalu menjadi rumah kesekian untuk beristirahat, di sana juga ada Rebecca dan Chelsy yang duduk manis menonton televisi. Sedangkan di dapur, ada dua gadis yang sibuk menyiapkan minum dan makanan.

"Widih, lo bawa maid?" Tanya John dengan wajah kagumnya, ketika melihat Aretha keluar dari dapur dengan gadis manis dan cantik membawa nampan berisi teh hangat.

Kent yang tahu pertanyaan itu dilemparkan untuknya hanya berdeham singkat, "Gue juga heran. Gadis kayak dia mau aja kerja di rumah gue, padahal maid di rumah gue udah banyak."

"Iya sih, aneh juga. Orang cantik kayak gitu kok mau jadi pembantu sih? Mending jadi pacar lo tuh, Kent," goda Zack yang kini sudah anteng duduk di sebelah Rebecca.

Gadis yang tidak di ketahui namanya itu hanya bisa menunduk, pakaiannya tidak terlihat seperti maid yang ada di rumah Kent. Aretha yang tahu gadis di sebelahnya merasa tak nyaman, ijin untuk ke dapur membersihkan sisa kekacauan bersama gadis di sebelahnya.

Theo yang tidak minat untuk ikut campur urusan Kent, segera duduk di sebelah Chelsy yang sibuk menonton televisi. "Bocil laper gak?" Tanya Chelsy sembari merebahkan kepalanya di pundak Theo.

"Nggak," jawab Theo singkat, lalu memindah siaran televisi kartun menjadi berita. Ya, seorang Theo yang sekarang menjadi bapak-bapak pecinta berita. "Aku udah makan tadi," imbuh Theo dengan suara lirihnya, tak ingin teman-temannya tahu.

"Maaf ya, kalau kamu jadi gak nyaman di sini," ujar Aretha sembari mengelap meja yang sedikit kotor. Gadis di sebelahnya hanya mengangguk kecil, lalu tersenyum, "Udah biasa kok. Gak usah di pikirin."

Aretha hanya mengangguk, lalu segera membereskan beberapa bahan yang keluar dari lemari. Aretha tidak mahir menghibur hati seorang gadis, karena jenis hiburannya di luar nalar. "Nama lo siapa, kalau boleh tau?"

Pertanyaan itu bukan keluar dari mulut Aretha, melainkan seorang laki-laki yang berdiri tak jauh dari dapur. Gadis yang di tanyai itu, tersentak lalu sedikit menunduk, "Mina," jawabnya.

Laki-laki itu hanya mengangguk paham, lalu menarik tangan Aretha yang tampak sudah selesai dengan kegiatannya, "Temenin gue, sumpek gue liat bocah-bocah pada bucin," ujar Aaron yang langsung saja di setujui Aretha.

Mina yang merasa dirinya sudah sendirian di dapur, menghela napasnya lega. Ya, dia tidak pintar bergaul.

"Kalau lo mau pulang, gue bisa telfon pak Totok." Mina tersentak kaget, bahkan jantungnya berdegup kencang. Dia memutar tubuhnya menghadap laki-laki yang mengejutkannya, ah ternyata Kent.

Gadis itu hanya mengangguk kecil tak ingin menjawab, mungkin dengan begitu dia bisa sedikit tenang. Mina menatap ujung kakinya, jantungnya masih berdenyut tak karuan karena keterkejutannya. Tapi, sepersekian detik jantungnya makin tak terkendali, saat tangan laki-laki menyentuh sedikit kulit pipinya.

BonaventuraOnde histórias criam vida. Descubra agora