"Kau alay sekali, Al! Aku mual," ejek Rolf dengan gelagatnya yang pura-pura muntah di otakku.

Padahal dibandingkan aku, Rolf lebih alay! Dia sudah berlari-lari di kepalaku dengan berulang kali mengaum kencang.

"Kau yang alay!" Ucapku tidak mau kalah.

Tanganku yang berada di punggung Natalie pun tidak jadi membuka resletingnya. Ku benarkan bajunya dan menggenggam tangannya erat. Entah kemana nafsuku pergi, aku hanya ingin bermanja-manja dengannya.

Natalie masih fokus dengan kondisi tubuhku, pipinya mengembung dengan tatapan tajam, menghunus ku. Yang anehnya malah terlihat semakin imut.

Tangannya yang lentik mengancingkan kemeja dan merapihkan baju ku dengan benar. Tadi aku terlalu terburu-buru, sampai lupa melakukannya.

Siapa yang tidak panik jika Natalie tiba-tiba menghilang tanpa memberitahuku, hampir saja aku berubah menjadi Rolf saking kalutnya.

Melihat Natalie yang sedang fokus membuatku gemas, sontak ku peluk pinggang mungilnya dan merapatkan badan kami hingga tidak ada jarak sama sekali. Kepalaku yang mulai terasa pusing, ku tumpu pada bahunya yang terbuka.

Bersentuhan kulit dengan Natalie selalu membuatku nyaman. Apalagi wangi lavender yang menyeruak ke hidung. Harum sekali.

"Ayo pulang. Aku ngantuk, mau tidur. Nanti nyusu lagi ya? Kan sekarang tidak jadi. Tenang saja di rumah tidak ada orang, kau tidak perlu malu, ehehe," pintaku dengan senyum manis dan ekor yang berayun-ayun ke kanan kiri.

Tidak menjawab, Natalie malah sedikit berjinjit dan membenarkan tatanan rambutku.

Setelahnya dia tersenyum kecil dan menarikku untuk mengikutinya berjalan. Jari-jarinya yang lembut terasa sangat kecil hingga seperti tertelan oleh tanganku.

"Asal kau jadi anak baik, mungkin akan ku turuti," jawabnya dengan memalingkan wajahnya, gugup

"Asal kau jadi anak baik, mungkin akan ku turuti," jawabnya dengan memalingkan wajahnya, gugup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Spontan tubuhku terpaku dan jantungku berdegup cepat. Rasanya sangat menyenangkan saat Natalie ingin menuruti ku. Aku jadi tidak sabar ingin cepat pulang ke rumah dan memeluk dirinya.

Ditambah lagi dengan wajahnya yang memerah seperti semangka. Pikiran liar ku mulai bercabang, bimbang ingin memakannya mulai dari mana. Rasanya aku ingin menelan Natalie hidup-hidup.

Tangannya yang berada di genggamanku terasa dingin, menandakan betapa gugupnya dia. Natalie imut sekali.

Namun, baru saja keluar dari gang, sesosok laki-laki mendekati kami. Wajahnya familiar, aku melihatnya di panggung tadi. Tanpa sadar mataku menatapnya tajam.

"Ah Nat, aku mencari mu kemana-mana!" Panggilnya dengan mengangkat tangan menyapa wanitaku.

Natalie hanya diam dan menatap laki-laki itu dengan dingin. Genggamannya terasa menguat seakan membutuhkan kekuatan dariku. Atau mungkin, menahan ku untuk tidak menyerang sosok tersebut. Aku tidak tahu.

Untungnya Natalie-ku tampak tidak tertarik dengannya.

"Apa, Bryan?" Tanyanya dengan suara halus, menjaga sopan santun.

Hanya melihat percakapan singkat seperti ini saja rasanya amarahku sudah terbakar.

Apalagi tatapan Bryan-Bryan itu yang jelas sekali menatap Natalie dengan memuja. Sial, aku cemburu.

Apa aku harus mencolok matanya? Atau memotong kepalanya sekalian? Kurasa ide yang bagus.

Tidak ku sangka dia menyodorkan handphone-nya yang membuat kami berdua bingung. Senyumnya melebar dan matanya menyipit menatap wanitaku.

"Kita belum foto, aku hanya ingin mengabadikan momen bertemu idolaku. Boleh kan? Ah bang bang tolong fotoin!" Pintanya dengan memberikanku iphone keluaran terbaru itu.

Wajahku yang sudah suram semakin menyeramkan setelah mendengar ucapannya. Sial, apa dia mengira aku abang-abang penjual dekat sini? Mendengarnya saja membuatku kesal. Rasanya aku ingin membakar tubuhnya.

Dengan semena-semena pula dia menarik Natalie yang tadinya berada di sisiku ke dalam pelukannya.

Tunggu, pelukan?! Hanya sentuhan saja rasanya aku sudah sangat marah, apalagi sampai tubuh mereka berdekatan tanpa jarak sama sekali dan tidak ada raut wajah bersalah di wajahnya.

"Ah lepaskan, Bri. Kau menarikku terlalu kuat," rintih Natalie berusaha lepas dari pelukan tersebut.

Sedangkan aku, masih terdiam menahan amarah ini. Bisa-bisa aku beneran membunuhnya jika terpancing.

Tanganku sudah mengepal dan menatap tajam, mengusirnya.

Bisikannya di telinga Natalie yang masih dapat ku dengar tidak dapat lagi menahan tubuhku yang terbakar. Apalagi saat tangannya melingkari bahu wanitaku dan mempererat jarak mereka.

"Aku menolong mu, Nat. Orang asing itu pasti penculik, kan? Aku melihat dia memaksa membuka bajumu. Tenanglah, kita akan lari dalam hitunganku."

Urat-uratku semakin terlihat dan tanpa sadar aku menggenggam handphone-nya dengan kuat. Suara pecahan terdengar keras dari tanganku seiringan dengan raut wajahnya yang terkejut.

Setelahnya aku mengembalikannya dengan keadaan sudah berupa pecahan kaca dan layar.

"Ini yang akan terjadi padamu kalau kau berani mendekati wanitaku lagi, She's mine!"

--------

TEBAKKK ALEX BAKAL NGAPAINNN???

AHAAAAHAH

BRYAN MENDING LU BERDOA DULU DEH SEBELUM DIAPA"IN ALEX🙊

BTWWW MAAP YA KLO BERASA PENDEK, UDH 1000 KATA PDHL😭😭 GUE BUATNYA TIGA JAM WOII?!! SMOGA PADA SUKA YAAA

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS KLOO MAU AKU CEPET UPDATEE, MUACHH😚

LOVE YOUUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now