ceklek! ceklek! ceklek!

17 3 0
                                    

"Bella tunggu"

Pria dengan tanda hitam di punggu tangan itu berlari mengejar.kuni dia berdiri di depanku dan menghadang.matanya menatapku dari atas ke bawah.

"Ada apa denganmu?" Tanyanya memperhatikan kakiku yang dibalut oleh perban.

Ini kali kedua aku bertemu dengannya.setekah pertemuan pertama di dalam lift. Dia Mengenalku sebagai Bella, bukan sebagai Niana.

" jangan berdiri di depan situ. Aku ingin masuk ke kamarku," ucapku memintanya untuk tidak menghalangi jalan.

"mari kubantu." Dia yang tadinya berdiri di hadapanku,kini beralih ke belakang.

" tidak perlu! Aku bisa sendiri. Kamu boleh pergi." Menepis tangannya yang ada di kursi roda.

Dengan mengunakan tangan,aku mengayun kursi roda menjauhi pria itu. Dadaku sesak saat berada di dekatnya. Bayang-bayang Mimpi buruk, melintas saat melihat wajahnya.

Bayangan mimpi, di mana pria itu menyeret adikku ke kamar mandi, lalu menghajarnya hingga tewas.

Tidak berniat untuk menoleh ke belakang, aku masuk ke dalam rawat inap ku.

Dengan susah payah Aku berusaha bangkit dari kursi roda, berpegangan pada tepian ranjang.

Krrrrrrt.

Terdengar pintu yang ada di belakang berbunyi,seseorang membukanya.

"TOLONG JANGAN DEKATI AKU!" Aku berteriak pada orang yang ada di belakang, aku takut jika dia mendekat.

"Niana..."

Aku membalikan badan dan mendapati Jimmy yang baru datang. Tadinya aku kira yang baru masuk adalah pria dengan tanda hitam di bagian punggung tangan.

Jimmy melepaskan ranselnya,lalu berjalan mendekat.

"Apa ada yang menganggumu?" Tanyanya dengan memegangi pinggang dan tanganku.Membantuku untuk naik ke atas ranjang.

"Apa pria yang ada di luar sana sudah pergi?" Tanyaku pada Jimmy.

"Tidak ada siapa-siapa Niana, selain petugas rumah sakit."

Jimmy merapikan tumpukan bantal, membantu berbaring.

Matanya menelusuri tubuhku, sampai akhirnya tatapannya berhenti pada bagian kaki.

"Ya tuhan....lagi-lagi kamu terluka." Jimmy mengusap wajahnya secara kasar.

Menarik kursi dan duduk di samping ranjang.

"Bagaimana dia bisa masuk ke dalam apartemen?" Ucapnya dengan mengembuskan napas kasar.

"Aku tidak tahu."

"Fuuuuuuh...." Jimmy menghela napas.

Setelah membantuku untuk menghabiskan makan siang dan memberikan obat, Jimmy menarik selimut untuk menutupi tubuhku.

"Aku akan menginap disini.sepertinya aku harus mengambil cuti,sampai kamu benar-benar Keluar dari rumah sakit," ucapnya

...

Aku terbangun dari tidurku. Melihat jam di dinding menunjukkan pukul 4 sore.

"Kamu udah bangun?" Jimmy yang duduk di sofa bangkit dan menghampiriku.

"Apa kamu lapar?" Tanyanya lagi.

Aku menggeleng.

"Jimmy...bolehkah minta pada dokter agar aku bisa segera pulang?" Pintaku.

"Kabar baik Niana....besok kamu Sudah di perbolehkan pulang. Ini hari terakhirmu di sini. Luka tusukan pada kaki bisa dirawat jalan," ucap Jimmy.

"baguslah..."

jasad adikku Di plafon Where stories live. Discover now