lidah dan gigi yang terlepas

34 3 0
                                    

Setelah banyaknya proses yang dilakukan,akhirnya,hari ini jasad adikku dijadwalkan untuk di semayamkan.

"Harus kuat ya Niana....harus kuat"

Pamela temanku, mendekapku erat saat berjalan menuju peti mati.

"Pukul aku Pamela. Bilang semua ini hanya mimpi buruk." Aku menghentinkan langkahku, sebelum sampai di depan peti mati.

Lututku terasa lemas. tidak sanggup rasanya, untuk melihat jasad adikku yang terbaring di sana.

Hampir saja tubuhku jatuh, namun Pamela dengan sigap menahan tubuhku. Kembali melangkahkan kaki, menuju peti mati yang sebentar lagi di tutup.

Kulihat wajah pucat itu kini terlihat damai dalam tidur panjangnya. Padahal aku tahu, beberapa jam kebelakang, dia mengalami hal buruk yang merenggut nyawa.

Bergetar tubuhku menyentuh wajahnya yang dingin.

"Kamu bilang, kamu ingin menjadi dokter." Tangisku pecah berusaha merangkul tubuhnya yang kaku.

"LALU KENAPA PERGI." Teriakku menggema di dalam ruangan ini.

Tidak ada kalimat apapun yang keluar dari mulut Pamela, temanku. tangannya hanya sibuk menahanku untuk tidak mengamuk.

Meski jasad Talitha kini sudah di rias, tapi tidak menghilangkan bekas luka jahitan di area kepala.

Sebelumya tim berwenang, telah meminta izin untuk membedah kepala dan juga bagian perut adikku semua itu dilakukan untuk, mengetahui penyebab kematian adikku secara spesifik, melalui pemeriksaan forensik.

Meski lemah dan sedikit pusing. tanganku membuka satu persatu pakaian adikku. Aku harus memeriksa semuanya, memastikan tidak ada laporan pemeriksaan yang luput diberitahukan padaku.

"Niana, kamu ngapain?" Pamela berusaha mencegahku.

"Sebelum adikku disemayamkan, aku harus memeriksa setiap inci tubuhnya." Aku melepas tangan Pamela yang berusaha menahanku.

Semua kancing pakaian terbuka. Memperlihatkan tubuhnya, serta luka jahitan di bagian perut.

Namun petugas tidak menjelaskan, bahwa pada bagian perut, terdapat lebam yang cukup besar hingga menghitam.

Lengan, perut, punggung,kaki , semuanya tidak luput diperiksa
serta bekas lebam di bagian rusuk kanan itu harus aku pertanyakan kepada pihak penyidik nantinya. Kenapa mereka sampai lupa untuk menjabarkan ini padaku?

Kembali mengenakan pakaian Talitha. Merapikan rambut dan juga tangannya

Oh adikku yang malang kamu masih berusia belasan, Tapi harus pergi secepat ini, padahal aku sudah menyisihkan uang gajiku untuk penunjang cita-citamu nanti, yang ingin menjadi seorang dokter.

Oh adikku yang malang. menyesal aku harus memukulmu malam itu, harusnya aku merangkul dan memelukmu hangat. Agar kau mau bercerita, tentang apa yang telah kamu lakukan.

Tapi rasa sesak itu kini tidak ada gunanya. Saat aku tidak lagi bisa, mengungkapkan rasa penyesalan dan juga permintaan maaf.

Tanganku membelai wajah Talitha yang sudah dirias itu. Membungkukan tubuh, mencium setiap inci wajah Talitha,adikku tersayang.

"Talitha....padahal aku bermimpi di masa depan kita akan menjadi Kakak beradik yang sukses. Aku akan membantu mewujudkan mimpimu. Dan kita akan hidup menua bersama, bahagia dengan pasangan masing-masing. Dan tidak akan berpisah ,tapi kenapa tuhan jahat sekali Talitha? Kenapa tuhan juga membawamu pergi? Padahal Tuhan tahu, hanya kau satu-satunya yang aku miliki di dunia ini." Air mataku jatuh membasahi wajah Talitha.

jasad adikku Di plafon Where stories live. Discover now