Tidak berhentinya sedari tadi Alex menjilat pipi ku, seperti seekor anjing.

Elusan jari-jarinya yang sudah masuk ke dalam kaos, mengelus punggungku dengan sensual. Baju ku sampai naik ke dada dibuatnya.

Sontak mataku menatapnya tajam dan menahan tangannya. Alex tidak bisa diam sekali, ada saja kelakuannya. Dan kini kami berada di posisi yang berbahaya, dia bisa dengan mudah memenjarakan ku dan melakukan hal yang semalam.

Tidak, aku tidak mau lagi. Terlalu melelahkan.

Dengan cepat aku bangkit dan sedikit menjauh darinya. Ku ambil tangan Alex yang nakal dan menggigitnya kuat, memberi efek jera.

Namun, bukannya kesakitan, Alex malah tertawa renyah dan melepaskannya dengan gampang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namun, bukannya kesakitan, Alex malah tertawa renyah dan melepaskannya dengan gampang. Tangannya yang besar tiba-tiba saja mencubit pipiku kuat, membuatku menatapnya kesal.

"Tidak sakit sama sekali, sayang. Lebih enak jika kau melakukannya di bawah sana," lirihnya dengan nada serak yang ku hapal, tanpa sadar otakku menyalakan sinyal bahaya.

Kepalaku menggeleng keras dan tubuhku semakin menjauh ke ujung kasur. Dengan sigap juga aku menutup tubuh Alex menggunakan selimut tebal dan menggulung-gulungnya.

Merasa sudah aman, tanganku menepuk rambutnya dan ku elus lembut bagian sana.

"Tidurlah, Al, kau menguap terus sedari tadi. Bayi manja harus cepat tidur! Nina bobo oh nina bobo, kalau tidak bobo digigit nyamuk," nyanyi ku yang membuatnya memejamkan mata sejenak.

Setelah aku berhenti, Alex kembali membuka mata dan menatapku sebal.

"Nyanyikan aku lagu lagi, suaramu enak, sayang. Kalau tidak mau, suara desahan mu pun tidak apa-apa, lagi lagi," pintanya dengan wajah merenggut dan menatapku memohon.

Ditambah lagi dengan pikiran serigala nakal di dalam sana yang terdengar sangat mesum.

"Kita hajar lagi saja, Al. Aku pun masih belum puas mendengar desahannya," ucap Rolf memprovokasi pikiran Alex.

Seiringan dengan hal itu, tegukan ludahnya terdengar kasar dan tatapan matanya menajam, seperti seekor harimau yang sedang menunggu mangsanya lengah.

Dengan cepat aku menggeleng dan beranjak, pura-pura akan ke toilet. Berada di dekatnya terlalu menakutkan.

Namun itu semua sia-sia karena tangannya yang berurat menarikku kuat dan memeluk tubuhku kencang. Tanpa aba-aba pula dia memenjarakan ku dengan tangan dan kakinya yang berat.

"Ahh Al," desahku saat tidak sengaja lengannya menyentuh leherku yang berdarah. Walaupun sudah menjadi darah kering, akan tetapi tetap terasa sakit.

Matanya meneduh, menatapku khawatir dan memeriksa bagian belakang leherku.

"Maaf sayang, aku lupa ada bekas gigitan Rolf di sana. Apa masih sakit?" Tanyanya dengan lembut dan penuh perhatian.

Wajahnya yang sangat dekat, membuatku malu untuk menatapnya balik. Dengan ragu-ragu aku hanya mengangguk. Bahkan untuk tidur saja rasanya tidak nyaman.

Alex dengan hati-hati memelukku dan tidak menyentuh bagian sana. Matanya terpejam dan mengurungku dengan kencang. Aku tidak bisa keluar dari kungkungannya.

Mataku menatapnya sayu dan hanya diam, terlalu lelah untuk memberontak. Yang penting tangannya tidak merambat kesana kemari lagi, hanya ekornya yang kadang kala mengelus ku.

Pipi ku memerah merasakan kulitnya yang hangat menyentuh tubuhku. Bibirnya pun kini tepat berada di kening, menciumku lembut.

Dapat ku lihat pula senyum tulusnya yang bahagia.

Dapat ku lihat pula senyum tulusnya yang bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Begini saja, aku menyukainya. Habis kau menolak terus, sayang, nyusu tidak boleh, desah tidak boleh, semua tidak boleh. Aku sebal! Padahal kita pacaran, sebal sebal," rengeknya dengan bibir yang maju seperti bebek.

Berbeda denganku yang sudah malu-malu, tidak mau menatapnya. Bagaimana tidak ku tolak, Alex selalu meminta hal aneh yang belum pernah ku lakukan sebelumnya. Ini semua sangat cepat bagiku.

Merasa terkurung, tanganku keluar dari selimut dan tanpa sadar menyentuh otot kekarnya itu. Bermaksud menenangkan, aku mengelusnya.

"Aku sudah menurutimu tadi malam, sayang," ucapku membujuknya. Alex selalu memanggilku seperti itu, entah mengapa aku jadi ingin mencobanya juga.

Tidak ku sangka tiba-tiba saja dia mengangkat daguku lembut hingga kini mata kami bertatapan. Senyumnya tersungging jelas di sana dan tatapan matanya terlihat berbinar.

"Katakan lagi! Aku ingin mendengarnya," pintanya dengan menatap bibirku lekat.

Aku malu sekali. Spontan tanganku sedikit mendorongnya dan ingin menghindari tatapan intensnya itu. Sayang, Alex malah menahan ku semakin kuat.

Ditambah lagi dengan tubuhnya yang panas, membakar ku di dalam selimut.

Miliknya di bawah sana sudah memaksa masuk di sela-sela pahaku, membuat kaki ku mau tidak mau mengangkang, memeluknya. Walaupun masih mengenakan celana, dapat kurasakan kemaluannya yang tegang dan besar menekan ku.

Dengan menggoda, dia memainkan pinggulnya hingga rasanya semakin menusuk. Bodohnya lagi, dengan pikiran kosong aku malah mendesah keenakan, menuruti kemauannya.

"Ahh sayang, b-berhenti."

Dan kini aku menyesal. Yang ku ingat setelahnya hanya tatapan buas Alex menatapku. Giginya yang runcing keluar dari mulutnya dan cakarannya di punggungku terasa menguat. Tanpa aba-aba dia menenggelamkan ku dalam selimut.

"Kau memancingku! Sekali saja setelah ini aku akan tidur, janji."

------------

SIAPA YG GAPERCAYA BAKAL SEKALI AJA?!🙋🙋

BTWW MAAP YA KLO GINI GINI AJAA, KAN MSH ROMANTIS"NYA EHEHEHHEE GATAU NANTI

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS DULU YAAA

LOVE YOUUU!🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now