"Kau berharap dicium, ya?" Tanya nya dengan senyum nakal yang terbit di bibir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau berharap dicium, ya?" Tanya nya dengan senyum nakal yang terbit di bibir. Spontan mataku terbuka dan langsung bertatapan dengannya.

Berbeda denganku, dia menyipit dan menatapku lekat, seperti menertawakan.

Merasa sebal, aku memukul bahunya kencang dan membuang muka. Siapa yang tidak kepedean jika tingkahnya seperti itu? Aku malu sekali.

Pasti Alex tertawa puas di dalam sana melihat mataku yang memejam, menunggu bibirnya.

Tidak ingin kalah, ku dekatkan wajahku padanya dan ku pautkan bibir kami tanpa aba-aba.

Matanya terbelalak lebar dengan bibir yang terdiam, kaku. Jarang sekali aku menciumnya duluan, bahkan bisa dihitung jari.

Alex selalu memintaku, akan tetapi ini terlalu memalukan. Aku tidak tahu bagaimana caranya.

Namun, kurasa aku mulai terbiasa. Seperti yang diajarkan, bibirku bergerak dengan sendirinya. Ku lumat bibir Alex dengan lembut dan kadang kala ku hisap kuat.

Alex tidak membalas, seakan ingin menguji kemampuan ku. Merasa tertantang, tanganku terangkat ke rambutnya dan kepalaku lebih miring dari sebelumnya, rasanya semakin dalam dengan posisi seperti ini.

Aku bisa merasakan seluruh isi mulutnya dan lidahku mulai masuk ke dalam sana.

Keningku mengerut merasakan panasnya, biasanya tidak seperti ini. Mulut Alex seperti terbakar, entah karena apa.

Sontak mataku terbuka dan menatapnya lekat. Mata Alex sayu, akan tetapi ku yakin bukan hanya karena nafsu. Napasnya terasa hangat, begitu pun dengan tubuhnya yang panas.

"Al? Apa kau baik-baik saja? Kurasa kau demam," ucapku menatapnya dengan khawatir.

Bukannya cemas, Alex malah tersenyum senang dan menciumku dengan buas, seakan ingin menutupinya.

Bibirnya bergerak liar dan memaksa mulutku untuk terbuka. Lidahnya langsung masuk begitu saja dan dia bermain dengan lihainya.

Namun, pikiran ku sudah tidak fokus. Tanganku mendorong dadanya kuat dan meringis, meminta dilepaskan.

"Ahh, Al, l-lepas," rintih ku, akhirnya memilih menggigit benda empuk yang menyerang mulutku itu.

Seketika lidahnya keluar dan menatapku dengan berkaca-kaca. Tidak ku sangka terdapat bercak darah di sana, aku tidak sadar jika sudah menggigitnya se-kencang itu.

Jantungku berdegup cepat merasa khawatir dan tanganku kini sudah mengelus bibirnya, memastikan semua baik-baik saja.

Akan tetapi, Alex malah semakin menangis dan menatapku merajuk. Telinga kucingnya turun dan bahunya bergetar, terisak.

"Aku hanya ingin mencium pacarku, kenapa kau kasar sekali?" Ungkapnya dengan terbata-bata diselingi napas beratnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku hanya ingin mencium pacarku, kenapa kau kasar sekali?" Ungkapnya dengan terbata-bata diselingi napas beratnya.

Alisku naik, merasa bingung harus melakukan apa. Aku tidak pernah melihat Alex se-sensitif ini sebelumnya.

Dia memalingkan wajahnya dariku dengan menggembungkan pipi dan bibir yang sudah maju, merajuk.

Ku rasa ini semua karena Alex sedang demam, aku harus memakluminya.

Dengan lembut, aku mengelus pipinya, menghapus air mata di sana dan mencium kedua matanya berulang kali. Hal itu berhasil, kini Alex tidak lagi menangis dan malah menatapku dengan berbinar.

Dia seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah, lucu sekali.

Pinggulku bergoyang, meminta diturunkan dan tanganku menekan dadanya menjauh dengan pelan. Untungnya kali ini, Alex menuruti ku.

Kaki ku yang terasa lemas membuatku sedikit goyah saat berdiri, tanpa sadar tanganku menyentuh bisep tangannya. Astaga, berotot sekali. Pantas saja Alex dengan mudah bisa memenjarakan ku.

Hanya dengan menyentuhnya saja pikiranku sudah melayang pada kejadian tadi malam. Masih ku ingat, tangannya yang menekan rambutku dan kadang kala menahan kepalaku agar tidak berpindah saat menghisap miliknya.

Tidak, tidak, jangan membayangkannya lagi, Natalie. Stop sampai di sana!

Mataku menelisik sekitar, mencari kain apapun untuk menutupi badan kami. Ya, sedari tadi kami masih telanjang. Bahkan mata Alex saja tidak bisa lepas dari tubuhku, seakan ingin menyentuhnya lagi.

Setelah menemukannya, ku pasang handuk putih itu melingkari pinggang Alex. Dan dengan cepat pula aku kembali mendongak, tidak mau berlama-lama menatap benda keramat itu.

Tanganku mengelus pipinya dan bibirku tersungging senyum manis, berniat membujuknya.

"Sekarang waktunya kita istirahat, kau tidak tidur semalaman, Al. Kemarilah, aku akan menuntun mu berjalan," ucapku, menopang tubuhnya yang sangat besar. Bahkan badanku sampai tenggelam dibuatnya.

Tidak ku sangka Alex benar-benar akan melemaskan tubuhnya dan menjadi beban untukku. Spontan tanganku dengan susah payah menahan beratnya.

Namun, tiba-tiba saja Alex memojokkan badanku dan kedua tangannya dengan sigap berada di sisi tubuh ku.

Pipinya yang memerah dengan bibir mengerucut, membuatku berfirasat buruk padanya. Ditambah lagi dengan hembusan napasnya yang hangat, menimbulkan pikiran liar di kepalaku.

Wajahnya mendekat padaku dan membisikkan sesuatu di telinga. Sontak mataku terbelalak dan darahku mendesir mendengar ucapannya yang berat dan serak.

"Mama pusing, mau nyusu."

------------

EHEHGHEHHE ALEX MODUS MULU🙈🙈

KESEMPATAN BGT YA MENTANG" LU LAGI SAKIT🌝🌝

TEBAKKK NATALIE BAKAL JAWAB APA? AHAHAHAHA

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YG BNYK DULUUUU BIAR GUE CEPET UPDATEE!!

LOVE YOUUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now