Dengan gerakan memutar, dia menggosokkannya lagi.

Tatapannya sudah terlihat sangat bernafsu dengan mulut menganga. Kadang kala dia menjilat bibir, membuatnya tampak seperti om-om mesum di mataku.

Lenganku yang sudah terbebas, menahan tangannya dan mengelus dengan perlahan. Alex yang seperti ini tidak bisa dihindari, karena itulah aku harus memberinya kelembutan.

"Al, sudah ya," lirihku dengan tersenyum dan mengedipkan mata berkali-kali, membujuknya.

Untuk sesaat, tubuhnya menegang dan aku berhasil melepaskan tangannya dari dada ku.

Namun, tidak se-mudah itu, Alex malah mengambil tanganku dan dia taruh di kemaluannya.

Senyumnya terbit dengan indahnya dan jari-jarinya tidak berhenti menggerakkan tanganku di bawah sana.

"Kalau begitu, kau puaskan aku saja," ucapnya dengan nada antusias.

Mataku sudah terbelalak melihat tingkah agresifnya dan badanku menegang, melihat kejantanannya yang tepat berada di hadapanku.

Sepertinya memang begini rencana Alex, aku yang duduk di bathup entah bagaimana bisa sangat pas dengan miliknya yang berdiri tepat di mataku.

Spontan aku mengalihkan wajah, terlalu gugup untuk menatap benda tersebut. Sedangkan Alex, sudah memejamkan mata dan memainkan tanganku di miliknya.

Dia lah yang menggerakkannya, aku tidak kuat, terlalu lemas.

"Hmm enak, Nat, tanganmu lembut," desahnya berulang kali menyebutkan namaku. Ini terlalu memalukan.

Apalagi cahaya lampu bersinar terang membuatku dapat melihatnya dengan jelas, besar dan berurat.

Alex memainkan tanganku dengan lihainya. Kadang dia jilat untuk mempermudah cairannya.

Mulutnya tidak berhenti memujiku, entah dari tangan, dada, hingga seluruh tubuhku disebutnya. Padahal matanya masih terpejam, akan tetapi mulutnya terus saja berbicara hal-hal mesum.

Tidak berapa lama, miliknya mengembung di tanganku dan kurasakan denyutannya yang kuat. Bukannya di lepaskan, Alex malah semakin menggenggam ku erat dan memainkannya lebih cepat.

Jantungku sudah berdegup cepat merasakan kemaluannya yang akan keluar. Rasa takut ini membuatku menutup mata lebih dalam, tidak mau melihatnya.

"Ahh," teriakan Alex yang sangat kencang memenuhi ruangan.

Setelahnya yang dapat ku rasakan adalah cairan hangatnya yang menembak ku dari muka hingga dada. Aku sudah memalingkan wajah, akan tetapi dengan nakalnya Alex malah menahan kepalaku.

Bahkan tangannya menarik dagu ku kuat, memaksa untuk mulutku terbuka.

Mau tidak mau aku merasakan cairannya lagi. Rasanya asin dan membuatku mual, aku tidak terbiasa mencicipinya.

Entah apa yang Alex lakukan pada tanganku hingga miliknya tidak berhenti-berhenti keluar. Pergelangan tanganku sudah sangat pegal dibuatnya.

Napasnya terdengar memburu dan dia terduduk di ujung bathup. Tangannya sudah melepaskan ku, tidak lupa juga dia cium berulang kali dengan lembutnya.

"Terima kasih, sayang," ucapnya dengan tulus, membuatku membuka mata, menatapnya.

Wajahnya tersenyum lebar dengan mata merem melek, seperti mengantuk. Berbeda denganku yang menatapnya tajam dan murka. Ku yakin bentuk ku sudah kacau balau.

Rambut yang berantakan dengan cairannya yang mengotori seluruh tubuhku. Bahkan tadi ada yang sedikit menetes dari mulut, saking tidak bisa ku telan.

Dengan kencang, aku berniat memukul pahanya.

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now