23

22.7K 1.2K 21
                                    


Raline melangkah memasuki kamar hotel dan sedikit terkejut saat mendapati Argan yang sudah ada disana tanpa mengabarinya.

"Mas? Kok udah pulang kata Rafael kamu sampai malam" tanya Raline pelan, sambil melepas hells-nya.

"Ya" hanya jawaban singkat itu yang Raline dapat.

"Udah makan belum kamu? Aku masakin? Apa mau order makanan?" Raline mendekat kearah suaminya yang masih sibuk dengan laptop dipangkuannya.

"Gak usah, saya gak lapar"

Raline menghela nafasnya. "Kamu itu kenapa sih Mas? Aku kadang ngerasa capek banget sama sikap kamu. Dari pagi sampai malam gini aja kamu gak kabarin aku, nanya aku kemana aja gak kamu lakuin, sebegitu gak perdulinya ya kamu"

Argan menghentikan ketikannya di laptop dan langsung melirik istrinya itu. "Sorry, tapi dari awal kita emang gak cocok kan?"

Raline mengepalkan tangannya, merasa emosinya memuncak. "Gak cocok katamu? Setelah apa yang kita lakuin dan kamu bilang begitu? Brengsek kamu Mas!"

"Waktu itu saya emang hilang kendali, dan saya juga udah minta maaf. Gak usah kayak anak kecil kamu, udah sana tidur" balasnya sangat santai, melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi.

Raline geleng-geleng kepala, lalu tertawa miris. "Anak kecil kamu bilang? ngaca Mas, salah banget emang aku berharap sama kamu" lalu Raline segera mengemasi barang-barangnya, beruntungnya tadi pagi dia belum sempat membongkar isi kopernya.

Argan kaget, menatap istrinya dengan tatapan tidak percaya. "Mau kemana kamu malam-malam begini?"

"Perduli? Kali ini aku benar-benar kecewa sama kamu" dengan gerakan cepat Raline menggeret kopernya itu keluar kamar.

"Raline berhenti! Gak usah gila ini sudah malam" ucap Argan tajam, tapi Raline tidak perduli. Hatinya sudah terlanjur sakit mendengar ucapan Argan tadi.

"Saya bilang berhenti Raline!" Raline semakin mempercepat langkahnya menyusuri koridor hotel yang sepi, Raline tau Argan mengejarnya di belakang.

Untung saja lift yang dia butuhkan langsung terbuka dan Raline segera memencet tombol untuk turun. Raline kacau benar-benar kacau harga dirinya seperti diinjak-injak oleh suaminya sendiri.

Tanpa pikir panjang Raline segera menghubungi Dian, paling tidak malam ini dia akan menginap dirumah sahabatnya itu dan besok pagi akan langsung pulang ke rumahnya sendiri.

"Halo Yan? Gue boleh gak nginep di rumah lo malam ini?" ucapnya sedikit bergetar menahan tangis.

"Halo, lo dimana Line? Kenapa?"

"Ceritanya panjang Yan, nanti gue jelasin. Tolong share look rumahmu"

"Gak usah, gue jemput aja. Lo dimana cepetan gak usah bikin gue khawatir Line"

"Gue ngerasa ngerepotin lo banget, gue di hotel deket Malioboro"

"Udah gak usah bacot lo, kayak siapa aja cepetan share lokasi gue kesana sekarang baik-baik lo" lalu sambungan terputus, Raline segera memberikan lokasinya. Dia memutuskan menunggu di halte sekitar, Argan lelaki itu tidak mungkin mengejarnya sampai disini, gak ada perdulinya dia. Apa yang lo harap-in Raline.

******

"Shit, apa yang udah gue lakuin" Argan meremas rambutnya sendiri merasa frustasi.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, dia langsung buru-buru mengangkat siapa tau Raline berubah pikiran.

"Mas! Lo bawa Mbak Raline kemana sih? Dari pagi sampai malam gini gak bisa dihubungi sama sekali, gue curiga banget asli!" Argan menegang, ini suara adiknya Raina.

"Raline sibuk, gak usah ganggu kamu" jawabnya asal, pikirannya sudah buntu.

"Yang bener dong, tapi beneran orangnya gak apa-apa kan? Sama lo? Mana gue kangen banget tau gak!" 

"Di kamar mandi, udah ah Mas tutup teleponnya udah malam gak sopan kamu" lalu dirinya langsung menekan tombol merah, tidak mau terlalu banyak berbohong terhadap adiknya sendiri. Entah kemana sekarang istrinya itu pergi, bahkan Argan tidak punya keberanian sedikit pun untuk menyusul atau membujuknya sama sekali.

Argan pikir, Raline akan reservasi di hotel ini juga, besok pagi dirinya akan bertanya dengan resepsionis. Pasalnya hotel lain sangat jauh dari sini, tidak mungkin dengan keadaan sekacau itu Raline berjalan kaki atau sekedar mencari taksi semalam ini. Mungkin Raline memang butuh waktu untuk sendiri, begitupun dirinya.

*****

"Line udah gue gak tega banget lihat lo kayak gini, brengsek banget suami lo" Dian memeluk Raline, mengelus-elus punggungnya.

"Gue juga kecewa banget sama diri gue sendiri Yan" Raline masih terisak, pikirannya sedang sangat kacau.

"Udah lo aduin aja kelakuan brengsek suami lo itu. Gue yakin Pak Adi gak mungkin tinggal diam lihat anak semata wayangnya disakitin kayak gini. Sampai kapan lo mau bertahan Line?" nasehatnya.

"Gue gak bisa Yan, lo tau sendiri nama baik keluarga masih tetap menjadi nomer satu, gue yakin bokap gue gak bakal belain gue. Yang ada gue di cap sebagai wanita yang gak becus ngurus  suami Yan" Raline mengambil tisu, mengelap air matanya sendiri.

"Emang segitunya ya? Lo berhak bahagia Line, diluaran sana masih banyak banget cowok yang lebih baik, yang bisa ngerti dan perhatian sama lo, gak kayak gini. Pengen gue tampol beneran suami lo, kesel banget gue"

Raline mengangguk-anggukan kepalanya. "Gue takut juga Yan sama reaksi Bunda saat lihat sebegini besarnya masalah rumah tangga gue. Bunda pasti kecewa banget, Raina juga, gue gak mau lihat mereka sedih Yan. Gue harus gimana?"

"Lo ini manusia apa bukan sih? Kenapa juga lo masih mikirin orang disaat lo sendiri kayak gini Line? Please kebahagiaan lo juga penting banget. Gak usah jadi cewek bodoh, lo itu pinter tapi disaat begini kenapa jadi tolol sih! Udah sekarang lo tidur dulu, kelihatan banget capeknya besok kita omongin lagi"










Melt Your Heart Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon