39

22.3K 1.1K 21
                                    


"Pulang jam berapa kemarin Mas?" tanya Raline saat mereka selesai melakukan sholat shubuh berjamaah.
Kemarin malam entah suaminya itu pulang jam berapa, Raline tidak tau. Matanya sudah mengantuk dari jam sembilan. Jadi dirinya memutuskan untuk tidur terlebih dahulu tanpa menunggu Argan.

"Jam sepuluh lebih kayaknya, maaf ya? Ada sedikit masalah di kantor. Sepertinya Minggu ini saya bakal sering lembur" jawabnya tampak tak bersemangat, membuat Raline mengeryit penasaran.

"Tumben? Masalah apa?" Argan itu seorang pemimpin, masa harus lembur untuk masalah sepele? Pasti masalah ini cukup besar pikirnya.

"Kamu gak usah ikut kepikiran sayang. Cuma masalah biasalah dikantor" ucapnya meyakinkan.

"Justru itu, aku malah makin kepikiran kalau kamu gak kasih tau aku masalah apa" ucap Raline kekeuh ingin mengetahui masalahnya.

Argan tampak berpikir, lalu menghela nafasnya. "Ada penggelapan dana dari beberapa oknum. Saya sudah mengetahui dalangnya, tapi orangnya kabur, ini yang jadi masalah. Saya juga sedang mencari bukti-bukti untuk melaporkan masalah ini ke polisi. Jadi sabar ya sayang? Gak usah ikut kepikiran kamunya"

"Kok bisa? Pegawai kamu gimana sih Mas sampai masalah kayak begini gak terendus? Banyak gak nominalnya?" tanya Raline cemas.

"Mereka berkomplotan, semua sudah direncanakan sepertinya. Untuk nominal ya lumayan tapi bisa lah saya tanggung nanti. Tenang aja sayang, saya gak akan bangkrut, kamu masih bisa belanja sesukamu" terang Argan.

Raline memukul lengan suaminya pelan. "Bukan begitu, ya aku tau sih kamu emang kaya raya tapi kalau sudah begini kan kamu juga rugi Mas! Semoga cepat ketangkap ya para tikus itu, aku ikut gregetan banget!"

Argan terkekeh, manggut-manggut. "Pasti ketangkap kok, ya sudah saya siap-siap dulu ya? Masih ada banyak hal yang perlu saya urus"

Raline mengangguk, membiarkan suaminya itu ke kamar mandi. Sedangkan dirinya akan turun untuk ikut membantu Bi Nur membuat sarapan.

*****

"Maaf banget Pak tapi sepertinya kita harus ikut ke Jogja, biar semua masalah juga makin clear" ucap Rafael ketika mereka selesai rapat kecil. Di dalam rapat tadi mereka sudah menemukan keberadaan si penipu yang ternyata sedang berada di Jogja, memang agak bodoh mereka. Apa mereka tidak tau kalau Argan juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang properti disana? Hah dasar pasangan tidak tau diuntung.

"Istri saya baru hamil dan saya harus biarin dia sendirian begitu? Saya gak bisa" ucap Argan cepat, menatap sengit kearah Rafael.

"Kita cuma satu hari Pak disana, para polisi juga mengharapkan kehadiran Bapak sebagai bukti valid. Mereka tidak akan asal menahan orang, lagian Bapak juga perlu ke Jogja kan untuk menandatangani proyek kerja dengan gubernur Jawa Tengah? Kita sudah menang tender, jadi mereka ingin secepat mungkin minta tanda tangan Bapak. Pak gubernur juga sudah lama ingin bertemu langsung dengan Bapak. Ini momen yang tepat, kita tidak bisa menunda lagi" jelas Rafael, menunjukkan jadwal yang memang seharusnya Argan datangi. Pertemuan dengan gubernur Jawa Tengah itu sebenarnya kurang satu minggu lagi, tapi Rafael sudah menyanggupi dan menelpon pihak sana kebetulan sekali waktunya tepat gubernur Jawa Tengah itu tampak longgar besok hari.

Argan menghela nafas, pelan. Kalau dipikir-pikir ya memang benar, menunda pekerjaan sama saja akan menumpuknya dan Argan tidak mau itu. Demi apapun dirinya ingin fokus dengan kehamilan istrinya! Pekerjaan ini sangat menganggunya.

"Ya sudah, kalau begitu kita berangkat kapan?" tanya Argan akhirnya.

"Nanti sore Pak, saya sudah pesankan tiket" ucap Rafael, menunjukkan e-tiket yang dia beli tadi.

Melt Your Heart Where stories live. Discover now